Menuju konten utama

Anak yang Tinggal di Rumah Berlantai Vinil Berisiko Kena Penyakit

Paparan PBDEs akan menyebabkan keterlambatan perkembangan saraf, obesitas, gangguan endokrin dan tiroid, kanker dan penyakit lainnya.

Anak yang Tinggal di Rumah Berlantai Vinil Berisiko Kena Penyakit
Rumah dengan menggunakan lantai berbahan vinil. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Anak-anak yang tinggal di rumah yang memiliki lantai vinil (bahan kimia lantai yang tahan api) memiliki konsentrasi senyawa organik semi-volatile (SVOCs) yang berbahaya pada darah atau urine mereka. Potensi bahaya yang dihasilkan lantai vinil ini diungkapkan penelitian terbaru dari Duke University.

Para peneliti menemukan, anak-anak yang tinggal di rumah-rumah di mana sofa di ruang tamu utama berisi polybrominated diphenyl ethers yang tahan api (PBDEs) memiliki konsentrasi PBDE enam kali lebih tinggi dalam darah mereka. Paparan PBDEs akan menyebabkan keterlambatan perkembangan saraf, obesitas, gangguan endokrin dan tiroid, kanker dan penyakit lainnya.

Anak-anak dari rumah yang memiliki lantai vinil di semua area ditemukan memiliki konsentrasi benzyl butyl phthalate metabolit dalam urine mereka. Hal itu 15 kali lebih tinggi lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di rumah tanpa lantai vinil.

Benzil butil phthalate telah dikaitkan dengan gangguan pernafasan, iritasi kulit, multiple myeolma dan gangguan reproduksi.

"SVOCs banyak digunakan dalam elektronik, furnitur dan bahan bangunan dan dapat dideteksi di hampir semua lingkungan dalam ruangan. Paparan manusia terhadap mereka tersebar luas, terutama untuk anak-anak muda yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalam ruangan dan memiliki paparan lebih besar terhadap bahan kimia yang ditemukan dalam debu di dalam rumah," jelas Heather Stapleton, penulis penelitian dari Duke University.

"Sayangnya fakta tersebut tidak diimbangi dengan penelitian. Sedikit sekali penelitian tentang hubungan produk dan bahan SVOCs itu pada kesehatan anak-anak," tambah Stapleton seperti dilansir Science Daily.

Oleh sebab itu pada 2014 Stapleton dan rekan-rekannya dari Duke mulai meneliti tentang SVOC di rumah yang dikaitkan dengan 203 anak-anak dari 190 keluarga.

"Tujuan utama kami adalah untuk menyelidiki hubungan antara produk tertentu dan paparan anak-anak, dan untuk menentukan bagaimana paparan itu terjadi, bahwa apakah itu masuk ke pernapasan, kontak dengan kulit atau inhalasi debu yang tidak disengaja," kata Stapleton.

Untuk itu, tim menganalisis sampel udara dalam ruangan, debu dalam ruangan dan busa yang dikumpulkan dari furnitur di setiap rumah, bersama dengan sampel tulisan tangan, urin, dan darah dari masing-masing anak.

"Kami menghitung 44 biomarker dari paparan ftalat, ester organofosfat, penghambat api brominasi, paraben, fenol, agen antibakteri dan zat perfluoroalkyl dan polifluoroalkil (PFAS)," kata Stapleton.

Dilansir dari EurekAlert, Stapleton mempresentasikan temuan timnya di AAAS (American Association for the Advancement of Science) di Washington, D.C dengan judul penelitian: "Homes at the Center of Chemical Exposure: Uniting Chemists, Engineers and Health Scientists."

Infografik SC Bahaya Lantai Vinil

Infografik SC Bahaya Lantai Vinil. tirto.id/Teguh

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra