tirto.id -
"Skrining rutin mata penting, tidak harus menunggu ada keluhan. Banyak penyakit mata yang bisa kita cegah," ujarnya seperti dilansir dari Antara.
Zoraya mengatakan, bahkan ternyata bayi setelah lahir dapat langsung mendapatkan pemeriksaan pada matanya. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendeteksi berbagai penyakit bawaan seperti katarak dan glaukoma bawaan.
Pemeriksaan mata dini juga dapat mendeteksi miopi atau rabun jauh yang dialami anak-anak. Anak dengan kondisi rabun jauh seringkali memberikan gambaran dengan memicingkan matanya saat melihat objek jauh.
"Kalau memegang suatu objek misalnya gawai, dia suka dari dekat," ujar Zoraya yang mendapatkan gelar dokter spesialis mata dari Universitas Padjadjaran Bandung itu.
Ia menjelaskan, pada prinsipnya, miopi adalah kondisi saat terjadi ketidaksesuaian antara panjang bola mata dengan kekuatan optiknya sehingga seseorang tidak bisa memfokuskan cahaya pada retina. Kondisi ini membutuhkan lensa minus untuk bisa menjatuhkan bayangan tepat di retina.
"Sehari-hari tidak tampak ada keluhan tidak ada salahnya skrining. Kita harus lebih hati-hati. Bisa jadi anak tidak memberikan gambaran sama sekali tetapi ternyata minusnya (sudah) tinggi," kata dia.
Zoraya menuturkan kondisi mata minus dianggap sebagai gangguan refraksi tertinggi dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pada tahun 2050, setengah populasi dunia akan mengalami mata minus.
Berbicara penyebab, menurut dia, jarangnya anak terpapar matahari akibat pandemi yang mengharuskan mereka di rumah sehingga terus menggunakan penglihatan jarak dekat, kurang vitamin D, dan faktor genetik merupakan di antaranya.
"Apakah faktor genetik mutlak? Tidak, bisa juga dipengaruhi nutrisi, kebiasaan, lingkungan dan lainnya," demikian kata Zoraya.
Editor: Iswara N Raditya