tirto.id - Kementerian Koordinator bidang Perekonomian akan menggenjot laju konsumsi pemerintah pada semester II-2022. Strategi ini perlu dilakukan, mengingat konsumsi pemerintah kurang berperan dalam pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) realisasi konsumsi pemerintah pada dua kuartal berturut mengalami kontraksi masing-masing 7,74 persen dan 5,24 persen.
“Apabila belanja di kuartal II masih bisa kita dorong, maka kita akan alihkan belanja pemerintah di kuartal III dan kuartal IV karena secara siklus anggaran akan [meningkat] di akhir," kata Airlangga dalam Konferensi Pers Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini, di Kantornya, Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Airlangga mengakui perlambatan belanja disebabkan pemerintah ingin menjaga pertumbuhan ekonomi karena konsumsi cenderung melemah akibat meluasnya pandemi COVID-19. Oleh karena itu, pada kuartal II tahun lalu pemerintah menggenjot sisi belanja melalui bantuan sosial dan perlindungan sosial.
Di sisi lain, Airlangga membantah penyebab kontraksi belanja pemerintah karena penyaluran program pemulihan ekonomi nasional yang melambat hingga Semester I. Dia berdalih, penyerapan PEN tidak maksimal sebab jumlah kasus aktif COVID-19 menurun.
"Karena salah satu anggaran tertinggi dalam program PEN yakni untuk kesehatan [Rp 122,5 triliun] kita gak memaksimalkan anggaran kesehatan karena penanganan COVID-19 sudah lebih baik," tuturnya.
BPS mencatat belanja pemerintah kembali negatif pada triwulan II 2022. Pada periode sebelumnya belanja pemerintah juga mengalami pertumbuhan yang negatif.
Kepala BPS Magro Yuwono menilai, kondisi tersebut menghambat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan konsumsi pemerintah sepanjang Januari-Maret 2022 tercatat minus 7,74 persen. Sementara pada April-Juni 2022 belanja pemerintah kembali tercatat minus 5,24 persen.
"Ini karena ada penurunan realisasi belanja pegawai dan belanja barang jasa dalam APBN di kuartal II tahun 2022," katanya dalam Pengumuman Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2022, Jumat, (5/8/2022).
Dia menilai belanja pemerintah menjadi satu-satunya sektor dari sisi pengeluaran yang mengalami pertumbuhan negatif. Sementara konsumsi lain seperti konsumsi rumah tangga tumbuh signifikan menjadi 5,51 persen.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz