tirto.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sejumlah alasan pemerintah untuk mengizinkan mudik setelah dua tahun sebelumnya melarang akibat COVID-19.
"Kasus COVID-19 di Indonesia terus menunjukkan penurunan, meski ada temuan varian baru Omicron BA.2," katanya dalam konferensi Pers pada Rabu (23/3/2022) lalu.
Selain itu Budi juga optimistis dengan hasil riset yang menemukan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki imunitas terhadap COVID-19, baik dari infeksi atau vaksin.
"Indonesia tergolong terlambat dalam menjalankan vaksin, karena baru dilakukan secara masif pada September 2021, sehingga kekebalan masih kuat," ujarnya.
Alasan lain adalah karena angka reproduction rate di Indonesia sudah mendekati 1 yang menjadi indikator dalam mengizinkan mudik pada lebaran mendatang.
"Angka reproduction rate sudah mendekati 1, apabila di atas satu maka penularan dari satu orang menularkan kepada lebih dari satu, bisa dua dan tiga," terangnya.
Dari kesimpulan tersebut pemerintah mengizinkan mudik dengan syarat telah mendapatkan vaksin dosis ketiga alias booster.
"Bagi mereka yang belum baru vaksin 2 dosis, diharuskan membawa hasil tes Antigen, sedangkan yang baru 1 dosis diharuskan membawa hasil tes RT-PCR," jelasnya.
Budi menerangkan nantinya akan ada vaksinasi di tempat jelang keberangkatan untuk memenuhi kuota para pemudik yang belum mendapatkan vaksin booster sebelumnya.
"Kementerian Kesehatan telah mengadakan 475 juta dosis vaksin, 395 juta dosis telah disuntikkan dan 89 juta dosis vaksin yang bisa digunakan sebagai booster dan dosis kedua," ungkapnya.
Secara terpisah, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menambahkan bahwa pihaknya menargetkan 30 persen masyarakat di Indonesia untuk bisa mendapat vaksinasi dosis ketiga atau booster hingga akhir Mei mendatang.
"Akhir Mei kita berharap 30 persen, atau 62.479.716 masyarakat Indonesia," kata Nadia saat dihubungi Tirto pada Jum'at (25/3/2022).
Penulis: Irfan Amin
Editor: Bayu Septianto