Menuju konten utama

Alasan Ibu Kota & Pusat Bisnis Dipisah Bisa Dilakukan di Indonesia

Rencana pemerintah untuk memisahkan ibu kota dan pusat bisnis sudah pernah dilakukan negara dunia lain sehingga dinilai memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia.

Alasan Ibu Kota & Pusat Bisnis Dipisah Bisa Dilakukan di Indonesia
Ilustrasi Kemacetan. FOTO/iStockphoto.

tirto.id -

Presiden Jokowi menyetujui rencana pemindahan ibu kota negara ke luar Pulau Jawa. Meskipun dipindah pemerintah memastikan pusat bisnis tetap berada di Jakarta sehingga yang dipindah adalah pusat pemerintahannya saja.

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie menilai rencana pemerintah untuk memisahkan kedua fungsi itu sudah pernah dilakukan negara dunia lain sehingga memungkinkan untuk diterapkan.

Jerry mencontohkan negara tetangga, Malaysia yang memindahkan kota pemerintahannya ke Putra Jaya. Namun, kota bisnis tetap Kuala Lumpur. Hal yang sama juga terjadi di Cina yang menjadikan Peking sebagai ibu kota dan Shanghai sebagai pusat bisnis.

Contoh lainnya, menurut Jerry, dapat merujuk pada Amerika Serikat, salah satu negara bagiannya melakukan hal yang sama. Dalam hal ini, New York dengan ibu kota di Albany tetapi pusat bisnis berada di Manhattan.

"Berkaca dari Malaysia yang berhasil memindahkan kota pemerintahannya. Jadi bisa saja ibu kota dipindahkan ke Pulau Kalimantan atau Sumatera," ucap Jerry saat dihubungi reporter Tirto mengonfirmasi keterangan tertulisnya pada Jumat (3/5/2019).

Lebih lanjut, Jerry juga mengingatkan bahwa rencana ini telah lama ada di Indonesia sendiri bahkan sejak zaman Ir Soekarno. Dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat", Jerry mengatakan Soekarno pernah mau memindahkan ibu kota ke Yogyakarta.

Namun, rencana itu telah banyak berubah di periode Jokowi. Pulau Jawa tak lagi menjadi pilihan karena jumlah penduduknya sudah menembus 57 persen dari keseluruhan. Sementara kepadatan penduduk kedua diikuti Pulau Sumatera.

Jerry juga menuturkan bahwa jumlah penduduk kota Jakarta kini mencapai sekitar 10 juta orang. Menurutnya, dengan luas Jakarta saat ini, jumlah itu sudah cukup padat.

"Masalah kepadatan penduduk memang dapat menjadi acuan," ucap Jerry.

Belum lagi Jerry menilai selama menjadi ibu kota negara, Jakarta kini banyak dilanda masalah seperti banjir. Padahal salah satu pertimbangan pemilihan ibu kota sendiri adalah bebas dari bencana.

"Ibu kota kerap banjir. Memang Jakarta terdiri dari rawa, kali, kuala jadi tanahnya kurang baik," ucap Jerry.

Hal lainnya yang juga menjadi penyebab yakni tingkat kemacetan di Jakarta yang sudah cukup parah.

Jakarta, kata dia, masuk urutan ke-12 kota paling macet di dunia. Sebab diperkirakan tiap harinya ada 1.500 kendaraan baru masuk Jakarta dan motor di Jakarta ada 8 juta dari 111 juta kendaraan di seluruh Indonesia.

"Jakarta macet parah bagaimana mengatur pemerintahan kalau macet," ucap Jerry.

Baca juga artikel terkait PEMINDAHAN IBU KOTA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Politik
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri