tirto.id - Dua warga Palestina tewas dalam bentrokan terkait pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel, setelah Hamas menyerukan "Hari Kemarahan" untuk memprotes keputusan Donald Trump.
Tentara Israel menembak mati dua orang tersebut pada hari Jumat di dekat perbatasan Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina dalam sebuah pernyataan, sementara Palang Merah menyebutkan ada korban luka dalam bentrokan di Tepi Barat tersebut.
Militer Israel mengatakan ratusan orang Palestina telah menggulung ban yang terbakar dan melemparkan batu ke tentara di perbatasan Gaza.
"Selama aksi protes yang berujung rusuh, tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menembak secara selektif ke dua penghasut utama," menurut pernyataan dari tentara, dilansir dari Independent.
Ashraf al-Qedra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan kepada para wartawan bahwa pada aksi protes Jumat ini telah mengakibatkan dua orang tewas dan 155 lainnya terluka sedangkan tiga di antaranya berada dalam kondisi kritis.
Sementara itu, 65 orang lainnya terkena gas air mata dan peluru karet, tambahnya.
Kerusuhan ini terjadi di sekitar 30 lokasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza sepanjang Jumat siang, menurut sebuah pernyataan oleh Angkatan Bersenjata Israel (IDF).
Di Yudea dan Samaria, sekitar 3.000 orang Palestina berpartisipasi dalam aksi protes yang berujung rusuh, kata pernyataan tersebut, menurut Xinhua.
Aksi protes ini diwarnai dengan pelemparan bom api dan bebatuan serta menggulung ban yang terbakar ke pasukan keamanan. Kerusuhan masih terjadi di Hebron, Makam Rachel, Beit Ummar, Al-Arroub, Tulkarm dan Qalandiya, menurut sumber tersebut.
Untuk membubarkan kerusuhan dan menghentikan ekskalasi kekerasan lebih lanjut, tentara IDF dan Polisi Perbatasan menanggapi dengan melepaskan tembakan peringatan ke udara. Sejauh ini, enam orang telah ditangkap.
Ketegangan antara Israel dan Palestina memuncak pada Jumat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu menyatakan pengakuan atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri