Menuju konten utama

Aksi-Aksi "Koboi" Dokter Anwari Hingga Akhirnya Masuk Bui

Anwari Kertahusada, dokter dengan rentetan aksi menyerang orang lain, akhirnya meringkuk di penjara.

Aksi-Aksi
Dokter Anwari dibawa polisi setelah melakukan penganiayaan. tirto.id/Felix Natanhiel

tirto.id - Nama Anwari Kertahusada mungkin asing bagi orang-orang yang bukan pasiennya. Tapi sejak bulan lalu, ia mendadak terkenal. Pada 6 Oktober lalu, aksinya menodongkan senjata di parkiran Gandaria City kepada seorang petugas parkir setelah menolak bayar sewa sebesar Rp 5.000 tersebar luas di sosial media.

Itu bukan kali pertama Anwari melakukan penganiayaan. Anwari, bekas dokter Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), juga pernah melakukan penganiayaan terhadap seorang satpam karena dianggap diperlakukan tidak sopan, dua hari sebelum ia menganiaya petugas parkir.

Anwari hanya ditahan beberapa hari. Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini sempat mendapat penangguhan penahanan sampai kemudian, pada Kamis (28/10) pekan lalu, ditangkap lagi atas kasus baru: penganiayaan Ketua RT 006/RW 010 Bintaro, Pesanggrahan, Subagio.

Penahanan kembali Anwari pekan lalu bermula pada peristiwa yang terjadi pada 5 Oktober. Pria yang meraih gelar doktor pada 2015 lalu dari UGM ini memuntahkan senjata api miliknya—berjenis glock—di depan sebuah bengkel. Tembakan itu hanya sekali, tapi cukup untuk membuat bolong atap seng bengkel tersebut.

Baca juga: Sosok Anwari, Dokter Penganiaya Juru Parkir Gandaria City

Ketika itu, Anwari sedang mengendarai Toyota Avanza hijau tentara untuk membeli nasi goreng di depan bengkel GoService milik Adi Sucipto Gani. Dokter rehabilitasi fisik itu, dalam beberapa bulan belakangan, memang sering membeli nasi goreng di sana, tepatnya di Jalan Cempaka V.

Emosi Anwari tiba-tiba tersulut dan menembakkan pistol miliknya ke atap seng milik Adi. Tukang nasi goreng, Sutrisno dan Imam, hanya terdiam. Mereka takut menghadapi Anwari yang memegang pistol. Untungnya, tak lama setelah itu, Anwari pergi meninggalkan lokasi. Sebab kejadian tersebut masih tidak jelas.

Menurut Adi, tidak ada masalah serius yang terjadi. Apalagi, menurut penuturan Adi, dirinya dan Anwari tidak pernah ada masalah pribadi. Adi yang kesal akhirnya pada 10 Oktober melaporkan Anwari ke polisi, namun tidak ditindak lanjuti karena ternyata Anwari sudah ditahan atas kasus penganiayaan juru parkir dan satpam rumah sakit.

Pada 18 Oktober, ketika sudah ditangguhkan penanganannya, Anwari mendatangi Adi. Ia tahu bahwa Adi melaporkannya ke polisi. Di sana Anwari mengumpat, berkata "babi" dan "anjing", lalu melengos pergi. Seminggu setelahnya, pada 25 Oktober, Anwari kembali mendatangi Adi. Ia semakin geram karena videonya yang sedang marah-marah ternyata tersebar di media sosial.

Di sana, Anwari menantang Adi berkelahi. "Dia bilang, 'ayo, kalau berani berantem aja,'" kata Adi kepada Tirto. Adi tidak menanggapi. Ia berpikir itu sia-sia.

Baca juga: Dokter Anwari Pernah Todong Pistol ke Satpam & Tembak Kucing

Tanggal 26 Oktober, Anwari datang lagi ke bengkel GoService. Namun, ketika itu Adi tidak ada. Merasa perlu menyalurkan amarahnya, Sutrisno dan Imam, tukang nasi goreng yang jadi saksi, jadi sasaran kemarahan. Ia berteriak kepada mereka untuk tidak boleh lagi berdagang di depan bengkel. "Kalau enggak, gue obrak-abrik nih," kata Adi, menirukan ucapan Anwari sebagaimana yang diceritakan tukang nasi goreng.

Sehari kemudian, 27 Oktober, Anwari kembali mendatangi Adi. Salah satu gawai milik karyawan Adi ada yang diambil karena ia merasa terekam di sana.

Subagio, Ketua RT 006, kemudian menerima telepon dari salah satu karyawan Adi. Ia diminta datang ke bengkel. Ketika itu Subagio baru saja tiba di rumah, sekitar pukul 22.00, setelah seharian ikut pemilihan RT wilayah Bintaro. Belum sempat bertatap muka dengan Anwari yang sedang marah-marah. gawai Subagio berdering. Ketika berdering itu, Anwari mendatangi Subagio dan menudingnya menelepon polisi atau merekamnya sedang marah-marah.

Cekcok antara Anwari dan Subagio tidak berlangsung lama. Anwari kembali ke mobilnya dan pergi. Namun, ternyata ia tidak benar-benar pergi, melainkan mengambil senapan angin laras panjang. Anwari kembali ke lokasi semula, lalu menodong kepala Subagio dengan senapannya. Anwari mengancam akan menembak jika ada yang berusaha memberontak. Tentu tidak ada yang berani.

Tapi Subagio tidak takut. Dia bilang, "kalau mau tembak, tembak saja kalau berani." Jelas Anwari semakin geram. Ia memang tidak menembak Subagio, tapi melepaskan tembakan ke udara dua kali.

Baju Subagio lalu direnggut, empat dari enam kancingnya lepas. Subagio juga sempat ditempeleng hingga topi yang ia kenakan lepas. Anwari kemudian mengambil topi Subagio itu dan pergi lokasi. Saat polisi datang, Subagio sudah compang camping dan bertelanjang dada.

Baca juga: Gubernur DKI Kecam Tindakan Dokter Anwari ke Petugas Parkir

Selesai? Ternyata tidak.

Subagio memutuskan untuk melapor ke Polsek Pesanggrahan. Namun, ia tidak melaporkan tindakan yang Anwari lakukan kepadanya, melainkan apa yang dilakukan Anwari terhadap karyawan Adi. Namun, saat sedang mengobrol dengan petugas di depan pintu masuk Polsek, Anwari datang dengan terburu-buru.

Begitu melihat Subagio, kalimat pertama yang terlontar adalah, "ini dia yang mukulin saya."

Dokter klinik Kerta Medika Bintaro ini datang dengan kondisi yang sangat berbeda. Memakai baju hitam bertuliskan Perbakin, celana panjang, dan peci, Anwari mengaku telah mengalami pemukulan. Bibirnya monyong, ia juga bilang bahwa giginya tanggal satu akibat pemukulan. Namun, bagi Subagio, laporan ini janggal. Di keributan terakhir, meski ada ratusan warga yang berkerumun, tak ada satu pun yang melayangkan pukulan sampai Anwari pergi dengan mobilnya.

Anwari cukup berani. Meski ada polisi, ia merangsek menuju Subagio dan mendaratkan 3 pukulan di wajah dan 1 tendangan di perut. Anwari kemudian ditahan oleh 4 orang polisi dan dibawa ke sel tahanan lantai 2 Polsek.

Anwari masih belum kapok juga. Saat diajak ngobrol oleh aparat kepolisian, ia malah melarikan diri. Pagi hari tanggal 28 Oktober, sekitar pukul 07.30, ia sudah berada di kediaman Subagio. Anwari mengaku kepada anak dan istri Subagio bahwa ia berasal dari Polsek.

Subagio tentu kaget. Pria yang seharusnya ada di dalam tahanan, ternyata ada di ruang tamunya. Namun di situ Anwari sudah agak tenang. Ia tidak minta maaf, tapi tetap akan mengadukan siapa pihak yang memukul dan menyebarkan videonya. Tidak lama kemudian, Anwari pulang.

Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba Polsek Pesanggrahan mengabari Subagio bahwa Anwari sudah ditangkap dan akan dibawa ke Polres Jakarta Selatan.

Di Polres Jakarta Selatan, Adi, ditemani Subagio, hendak melaporkan pengrusakan dan penganiayaan yang dilakukan Anwari. Adi memutuskan lapor di Polres Jakarta Selatan agar mendapat atensi lebih dari pihak kepolisian. Menurutnya dan Subagio, kasus ini cukup serius.

Ketika mereka berdua sampai di Polres, ternyata Anwari sudah di sana. Mereka malah sempat bertemu Anwari di lorong Polres. Saat Subagio hendak pulang, Anwari sempat mendatanginya dan meminta maaf. "Saya mohon maaf, saya khilaf. Kemarin saya emosi karena gigi saya hilang satu ditonjok orang," kata Subagio menirukan ucapan Anwari.

Hal yang sama tak berlaku untuk Adi. Bukannya meminta maaf, Anwari, di hadapan para petugas kepolisian, malah adu mulut dengan Adi. Ia kembali menantang Adi berkelahi. "Kalau kamu emang berani sama saya, ayo kita berantem di toilet, kata si dokter. Pas di lorong, ada saksinya para penyidik, anggota juga. Mungkin dianggapnya orang gila," kata Subagio.

Baca juga: Mental Jago Kandang Pemilik Senjata Api di Indonesia

Sekitar 1 kilometer dari lokasi bengkel Adi, ada klinik tempat Anwari bekerja. Saban hari, biasanya Anwari selalu praktik di sana, tentu sebelum kasus penganiayaan Gandaria. Sore hari situasi terpantau sepi. Resepsionis tidak mau menjawab apa pun ketika ditanya soal Anwari.

Saat saya datang, ada 3 perempuan yang berjaga di meja resepsionis. Mereka hanya menjawab bahwa sudah lama Anwari tak masuk kerja. Saat saya hendak bertemu dengan penanggung jawab klinik tersebut, mereka bahkan tak mau menyebutkan namanya. Mereka takut kasus Anwari ini menjadi isu publik yang cukup besar.

Saya juga sempat bertanya bagaimana perilaku Anwari di tempat kerja, termasuk relasi dengan rekan sejawatnya, tetapi mereka hanya bungkam sambil tersenyum. "Ya, kita enggak bisa jawab pokoknya," kata salah satu staf.

Kabid Humas Polres Jakarta Selatan, Kompol Purwanta, dan Kanit Reskrim Polsek Pesanggrahan Iptu Budi Bowo Laksono, tidak memberikan alamat pelaku. Oleh karena itu, keterangan dari pihak keluarga belum kami dapatkan.

Baca juga artikel terkait KEKERASAN atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Hukum
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino & Maulida Sri Handayani