tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan pagi ini Jumat (20/5/2022). Indeks naik 0,23 persen di posisi 6.839 dibandingkan pembukaan perdagangan sebelumnya.
IHSG lanjut menguat 0,83 persen pada pukul 09.06 WIB dan menyentuh level 6.880. Namun, asing net sell sebesar Rp61 miliar.
Saham BBCA dan BBRI menjadi dua saham paling banyak dilepas asing dengan net sell masing-masing Rp 38 miliar dan Rp 15 miliar.
Sementara itu, asing net buy di saham BMRI dan INCO masing-masing sebesar Rp6 miliar dan Rp5 miliar. Kedua saham ini menjadi saham yang paling banyak diborong asing pagi ini.
Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper mengatakan, secara teknikal candlestick membentuk higher high dan higher low mengindikasikan potensi penguatan pada IHSG. Pergerakan ini akan didorong rilis kinerja emiten pada kuartal I-2022.
Namun, penguatan ini diperkirakan akan bersifat sementara dikarenakan masih akan ada tekanan dari sentimen global terkait inflasi berkepanjangan dan kebijakan The Fed ke depan.
Sementara itu, pengamat pasar modal Edhi Pranasidhi memproyeksikan, pergerakan IHSG akan terus menguat pada tahun pemulihan ekonomi 2022, menembus level 7.400 - 7.600. Prediksi tersebut seiring dengan harapan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diperkirakan di kisaran 5,2 persen.
"Jika memperhitungkan earnings per index pada 2022 yang sekitar 440-an atau 430, dikalikan rata-rata price earnings ratio (PER) IHSG tertinggi dalam 10 tahun terakhir yaitu 17. Maka, kita akan mendapatkan IHSG tahun 2022 harusnya antara 7.400 - 7.600 seperti itu,” ujarnya dalam risetnya.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat (AS) turun pada perdagangan Kamis (19/5/2022). Investor melakukan aksi jual di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) untuk melawan inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 236,94 poin (-0,75 persen) ke 31.253,94. S&P 500 surut 22,89 poin (-0,58 persen) ke 3.900,79. Sedangkan Nasdaq melemah 29,66 poin (-0,25 persen) ke 11.388,5.
S&P 500 saat ini terhitung anjlok 18 persen point-to-point (ptp) dari rekor tertingginya. Jika koreksi sampai menyentuh 20 persen atau lebih maka indeks acuan utama bursa AS tersebut terkategori memasuki fase bearish, menjadi yang pertama sejak Maret 2020 ketika terjadi aksi jual akibat pandemi COVID-19.
Sementara Dow Jones telah mencapai level terendah sejak tahun 2021. Terhitung dari puncak harga tertinggi pada awal Januari, Dow Jones telah jatuh 15,3 persen ptp. Diikuti oleh NASDAQ yang turun 29 persen ptp.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri