tirto.id - Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat, Dr Salmin menjelaskan perlu dilakukan antisipasi terhadap penyakit antraks yang saat ini menyebar di Polewali Mandar.
"Serangan bakteri Antraks yang telah menyebabkan kematian sapi di Polewali Mandar, menjadi perhatian sejumlah pihak agar penyakit mematikan bagi ternak itu tidak meluas. Ini rawan menyebar jika tidak dilakukan langkah antisipasi," Salmin di Polewali Mandar, Senin (21/3/2016).
Menurut dia, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) telah menurunkan tim ke lokasi ditemukannya Antraks yakni di desa Gattuangan, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar.
Salmin menjelaskan Fakultas Peternakan Unsulbar telah menggelar penyuluhan kepada peternak mulai dari penjelasan ciri-ciri penyakit antraks, cara pencegahan termasuk menjelaskan bagaimana penyakit mematikan itu dapat menyebar dari satu ternak ke ternak lain.
"Kasus Antraks ini tentu menjadi perhatian bagi kami di kampus, penting untuk memberi informasi lebih jauh ke peternak bagaimana Antraks dan mencegahnya agar tidak meluas," katanya.
Dia menyebutkan, kematian lima ekor sapi di Desa Gattungan, Kecamatan Campalagian sejak pekan lalu akhirnya dipastikan positif karena antraks. Kepastian itu diperoleh setelah Pemkab Polewali Mandar menerima hasil uji lab sampel sapi mati dari Balai Besar Veteriner Maros, Jumat, (18/3/2016).
Penyebaran antraks
Sementara itu, dosen Peternakan Unsulbar, drh Deka Uli, mengatakan wilayah Indonesia Timur termasuk Sulawesi Barat sejak dulu memang menyimpan potensi bakteri antraks, khususnya di wilayah yang dingin dan atau berkapur.
Ia menjelaskan antraks tidak muncul setiap tahun, sehingga penting bagi peternak memiliki pengetahuan dasar tentang penyakit mematikan tersebut.
"Lalat dan atau nyamuk bisa ikut menyebarkan penyakit antraks, yaitu bila nyamuk atau lalat setelah menggigit atau hinggap di bagian sapi antraks kemudian pihak ke sapi lain yang masih sehat, di samping itu antraks bisa juga menular ke manusia bila kita makan daging ternak yang positif antraks," jelasnya.
Pencegahan penyebaran
Dokter Uli menambahkan, tim Fakultas Peternakan Perikanan Unsulbar mendukung langkah pemerintah dan peternak yang langsung membakar dan mengubur sapi yang mati. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah penyebaran antraks.
Langkah pemerintah mengisolasi desa lokasi Antraks juga tepat karena antraks dapat menyebar dalam radius 1 Km melalui udara.
Kepada warga khususnya peternak sapi dan kambing, dokter hewan Unsulbar itu menjelaskan ciri-ciri awal penyakit antraks antara lain keluarnya lendir berwarna gelap dari mulut atau hidung.
Antraks itu sendiri terdiri dua jenis yakni yang menyerang otak ternak dan yang menyerang pencernaan.
Dosen Peternakan lainnya, Marsudi menjelaskan di samping penyuluhan, pihaknya juga membagikan brosur tentang antraks. Pihaknya berharap penyebaran informasi tersebut dapat membantu peternak dan pemerintah mencegah penyebaran antraks.
"Ini juga akan menjadi bahan penelitian kami di kampus sehingga ke depan lebih banyak data dan informasi bagi peternak," kata Marsudi. (ANT)