tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memperkirakan, laju inflasi sampai dengan akhir tahun berada di kisaran 5,34 persen sampai 5,5 persen secara year on year (yoy). Proyeksi itu didasari laju inflasi dalam tiga bulan terakhir yang berada di kisaran 5 persen.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2022, inflasi tercatat sebesar 5,95 persen (yoy). Kemudian pada Oktober 2022 inflasi turun sebesar 5,71 persen (yoy), dan November 2022 inflasi juga turun sebesar 5,42 persen (yoy).
“Diperkirakan sampai akhir tahun bisa di angka 5,34 persen - 5,5 persen. Tentu ini harus kita perhatikan," ujarnya dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2022).
Walaupun demikian, Airlangga mengakui, proyeksi laju inflasi RI tersebut, lebih tinggi dari perkiraan inflasi global di sepanjang 2022 yang berada di kisaran 2,2 persen - 2,7 persen. Kenaikan inflasi ini tak lepas dari kondisi ekonomi global yang bergejolak.
“[Inflas] Indonesia tumbuhnya mendekati dua kalau dari global. Ini karena juga tensi geopolitik, inflasi, suku bunga global, dan stagflasi yang masih terlihat,” kata dia.
Sejalan dengan proyeksi laju inflasi, Airlangga pun memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa mencapai 5,2 persen (yoy). Proyeksi itu melanjutkan tren pertumbuhan ekonomi yang terjaga di kisaran 5 persen.
Pada kuartal III-2022 ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,72 persen (yoy), lebih tinggi dari kuartal II-2022 sebesar 5,44 persen (yoy) dan kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen (yoy).
“Pertumbuhan ekonomi kita di kuartal III itu 5,72 persen dan diperkirakan sampai akhir tahun secara yoy itu 5,2 persen," kata Airlangga.
BPS optimistis inflasi tahun ini bisa berada di bawah target pemerintah yakni 6 persen secara year to date (ytd). Adapun inflasi tahun kalender pada Januari - November 2023 baru mencapai 4,82 persen.
“Untuk inflasi year to date 4,82 persen (Januari - November). Ditargetkan pemerintah akan berada di 6 persen. Keliatannya masih memenuhi target ditetapkan pemerintah," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, dalam konferensi pers, di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Dia mengatakan, secara tren inflasi sampai akhir tahun polanya akan mengalami pelambatan. Ini terlihat dari inflasi pada Oktober dan November yang turun masing-masing 5,71 persen (yoy) dan 5,42 persen (yoy) dibandingkan pada September yang sebesar 5,95 persen.
“Jadi kalau kita lihat tren inflasi bulanan saya sempat dikasih gambaran tertinggi terjadi ketika pemerintah melakukan lenyesuaian harga BBM. Itu selalu tertinggi," jelasnya.
Walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri pada Desember ini akan ada momentum perayaan keagamaan dan tahun baru. Momentum tersebut diperkirakan bakal berikan andil inflasi pada Desember 2022.
“Tren kuartal IV-2022 di Desember ketika ada hari keagamanan nasional dan nataru apakah terjadi Desember, kita liat nanti karena BPS tidak dalam posisi proyeksi dan prediksi ke depan,” kata dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz