Menuju konten utama

Ahli: Belum Ada Bukti Virus Corona Bisa Bertahan di Makanan

Para ahli mengatakan, hingga saat ini belum ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa virus corona bisa bertahan dan menular lewat makanan. 

Ahli: Belum Ada Bukti Virus Corona Bisa Bertahan di Makanan
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Merebaknya wabah virus corona COVID-19 yang kini tengah menjadi pandemi, membuat seluruh masyarakat dunia semakin waspada dan peduli terhadap kebersihan dan kesehatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau agar selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dan memperhatikan apa yang dikonsumsi, agar dapat terhindar dari virus corona.

Virus dapat menular dari cairan bersin atau batuk, sentuhan dan kontak fisik lain antar manusia. Namun, muncul satu pertanyaan, apakah corona dapat bertahan dan menular lewat makanan?

Dilansir dari Livescience, para ahli mengatakan saat ini tidak ada bukti penyakit coronavirus baru, COVID-19, yang ditularkan melalui makanan.

"Kami tidak benar-benar memiliki bukti bahwa makanan atau kemasan makanan merupakan sumber penyakit COVID-19," kata Benjamin Chapman, seorang profesor dan spesialis keamanan makanan di North Carolina State University.

Virus corona COVID-19 umumnya berdiam di sel-sel seperti paru-paru, sementara virus lain seperti norovirus atau bakteri misalnya salmonella bertahan di asam di lambung, kemudian berkembang biak setelah menempel pada sel-sel di dalam usus manusia.

Chapman menekankan bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang COVID-19 dan virus yang menyebabkannya, SARS-CoV-2.

"Pemahaman kami tentang penyebaran penyakit ini, dan risiko yang ditimbulkan oleh makanan, dapat berubah ketika lebih banyak informasi tersedia," tegasnya.

Chapman menambahkan, "Tetapi sejauh yang kita tahu, penyakit ini tampaknya menyebar terutama dari orang ke orang melalui partikel virus yang menyebar ketika seseorang batuk atau bersin, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)."

Sementara COVID-19 secara teoritis dapat ditularkan dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh hidung, mulut atau mata Anda, namun hal itu tidak dianggap sebagai mode penularan utamanya, demikian menurut CDC.

Dilansir Medical Xpress, menurut para ahli, justru penyebaran corona lebih berisiko terjadi dari kontak di toko grosir antara pelanggan dan karyawan lain, daripada apa pun yang dikonsumsi.

Itu sebabnya, toko-toko membatasi jumlah orang yang mereka izinkan masuk dan meminta pelanggan untuk menjaga jarak fisik.

Para ahli menyarankan untuk menjaga kebersihan tangan dan menghindari menyentuh wajah termasuk saat berbelanja. Setelah membongkar belanjaan di rumah, sebaiknya segera mencuci tangan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan para ahli lainnya, mencatat, belum ada bukti COVID-19 membuat orang sakit melalui sistem pencernaan mereka, meskipun virus terdeteksi pada kotoran orang yang terinfeksi.

Di sisi lain, ada perbedaan dalam penyebaran antara corona dan virus lain yang menyerang pencernaan.

Virus yang menyerang saluran pernapasan seperti flu dan corona menyebar terutama melalui kontak orang-ke-orang dan tetesan air dari batuk, bersin atau air liur.

Sementara kuman yang membuat orang sakit melalui makanan menyebabkan gejala seperti diare. Mengenai virus corona yang ditemukan dalam tinja orang yang terinfeksi.

Alison Stout, seorang ahli penyakit menular dan kesehatan masyarakat di Universitas Cornell mengatakan, hal ini cenderung sebagai cerminan dari infeksi sistemik daripada kemampuannya untuk bertahan hidup di saluran pencernaan.

Mengapa virus corona tak dapat bertahan di makanan?

Ada juga beberapa faktor yang dapat membuat penularan corona COVID-19 melalui makanan lebih kecil kemungkinannya, bahkan jika virus ada pada makanan atau para pekerja di toko.

Pertama, langkah-langkah keamanan pangan yang sudah diterapkan untuk mencegah penyakit seperti sering mencuci tangan, membersihkan permukaan dan peralatan makan, dan memasak makanan pada suhu yang tepat. Hal itu bisa mengurangi penularan partikel virus melalui makanan.

Faktor lain adalah biologi virus itu sendiri yang tidak dapat bertahan selama berminggu-minggu pada suatu permukaan, menurut Center for Science in the Public Interest.

Studi telah menemukan bahwa virus corona hanya dapat bertahan beberapa jam hingga beberapa hari pada permukaan tertentu.

Virus ini tidak seperti bakteri yang tumbuh di dalam makanan, sehingga jumlah virus dalam makanan akan diperkirakan berkurang seiring waktu.

Juga, secara teori, jenis virus ini seharusnya tidak dapat bertahan dengan baik di perut, yang sangat asam. "Itu kabar baik tentang makanan," kata Chapman.

Namun, belum jelas sejauh mana orang dapat terinfeksi dengan menyentuh mulut mereka, atau makan makanan yang terkontaminasi.

"Bukannya tidak mungkin" bagi orang untuk terinfeksi COVID-19 melalui makanan, kata Chapman.

"Selalu ada kemungkinan ini. Tapi saya ingin membuat keputusan manajemen risiko terbaik berdasarkan ilmu pengetahuan dan bukti terbaik, dan kami hanya tidak memiliki bukti di bidang itu "sekarang, kata Chapman.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH