tirto.id - “Aku menjerit histeris. Rasanya minta ampun. Sakit tak tertanggungkan! Jeritanku bagai ringkikan seribu kuda. Nyaringnya luar biasa. Aku sampai ngos-ngosan karena menahan rasa ngilu campur perih yang diciptakan dari tarikan selang.”
Krisdayanti, diva Indonesia, mengungkapkan rasa sakit yang mendera setelah melakukan operasi implant payudara di bawah penanganan Dokter Pitchet di Bangkok, Thailand, pada 2003. Dia membuat pengakuan di buku otobiografi “My Life My Secret”.
Krisdayanti mewakili banyak perempuan yang memilih jalan singkat dengan operasi plastik demi tampil cantik. Ia rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit hingga puluhan juta ataupun ratusan juta untuk mempermak habis penampilannya. Krisdayanti membayar lebih dari Rp155 juta saat melakukan implant payudara kedua dan tummy tuck atau menghilangkan gelambir perut di YEAP Plastic Reconstructive & Cosmetic Surgery di RS Mount Elizabeth Singapura, pada 2009.
Operasi serupa sebenarnya sudah bisa dilakukan di dalam negeri, dengan biaya yang jauh lebih murah. Namun, banyak perempuan Indonesia yang lebih mempercayakan rombak wajah dan tubuhnya kepada dokter-dokter di luar negeri. Selain Bangkok dan Singapura, negara lain yang kini menjadi favorit adalah Korea Selatan.
Dalam hal operasi plastik ini, Korea Selatan bisa disebut sebagai surganya. Operasi plastik di Korea Selatan bisa dilakukan mulai dari rumah sakit ternama dan berkelas hingga klinik-klinik kecil. Di Korea Selatan, operasi plastik memang sudah menjadi hal yang biasa. Banyak orang tua yang memberikan hadiah ulang tahun kepada anaknya berupa operasi plastik.
Demam K-Pop yang menampilkan artis dan aktor menawan dipercaya juga jadi pemicu. Anak-anak muda pun terobsesi memiliki kaki jenjang, dagu lancip, bibir tipis, hidung mancung, serta mata besar bak idola mereka. Apalagi para idola juga tak segan mengakui telah melakukan operasi plastik untuk mempercantik penampilan.
Tawarkan Operasi Plastik hingga Hotel
Wabah K-Pop yang mendunia membuat banyak orang mendambakan kesempurnaan layaknya para idola Korea. Termasuk perempuan Indonesia. Mereka pun mulai mencari tahu berbagai informasi tentang bagaimana kiat para perempuan Korea memiliki wajah cantik bak dewi.
Hal ini ditangkap kalangan medis dan para dokter yang bergulat dengan kecantikan di negeri ginseng. Kini, kemahiran para dokter Korea memberi “wajah kedua” bagi pasien sudah dikenal dunia. Apalagi dengan tawaran harga yang terjangkau.
Salah satu klinik yang memberikan layanan operasi plastik dan menjadi tujuan pasien asal Indonesia adalah ID Hospital Korea. Mereka menyodorkan harga yang bervariasi, bergantung apa yang diinginkan dan bagaimana bentuk awal milik pasien.
“Operasi V-line surgery dimulai dari 10 juta Korean Won (KRW sekitar 9.000 dolar AS), rhinoplasty 5 juta KRW (4.700 dolar AS),” kata Rina, perwakilan ID Hospital kepada tirto.id, Kamis (27/10/2016).
Harga yang setara Rp56 juta - Rp108 juta tersebut sudah termasuk biaya pemeriksaan, yakni X-Ray dan CT Scan, post-op treatments, anestesi dan lainnya.
Rina menjelaskan, jika sebelum keberangkatan pasien sudah terlebih dulu menambahkan deposit sebanyak 1 juta KRW atau sekitar Rp12 juta, maka mereka akan memastikan pasien bakal mendapat dokter terbaik.
“Kami juga akan membantu masalah airport pick-up, hotel booking yang dekat dengan rumah sakit,” katanya.
Hotel yang disodorkan adalah Young Dong Hotel dengan harga Rp840 ribu per malam dengan kasur dobel dan gratis sarapan. Tentu harga dapat berubah sesuai rekomendasi dokter saat melakukan konsultasi. Pasien biasanya akan tinggal di Korea selama kurang lebih 15 hari setelah operasi untuk melakukan check up dan treatment.
“Setelahnya akan ada bengkak dan memar selama 3-5 minggu,” katanya.
Masih menurut Rina, jenis operasi yang paling murah adalah operasi mempercantik lipatan mata. Biayanya Rp15 juta - Rp30 juta. Operasi untuk menarik kulit wajah serta leher agar lebih kencang dan tampak muda bagi wanita usia 30 tahun ke atas, dihargai Rp60 juta sampai Rp90 juta.
Kebanyakan Asal Singapura dan Indonesia
Antusiasme orang untuk melakukan operasi plastik di luar negeri menjadi ladang bisnis tersendiri. Mereka adalah para agen operasi plastik di Korea Selatan, salah satunya bernama Tonny yang . Pria yang sudah menekuni bisnis tersebut selama tiga tahun itu, setidaknya sudah membantu memberangkatkan lebih dari 300 orang di seluruh dunia. Pasien kebanyakan berasal dari Singapura, Indonesia, atau Malaysia. Selebihnya berasal dari negara non-Asia.
Setiap tahun, Tonny bisa memperoleh 80 pasien hingga 110 pasien. Sebanyak 15 persen -25 persen berasal dari Indonesia. Artinya, ada 12 orang hingga 28 orang Indonesia yang dia berangkatkan ke Korea untuk mempercantik fisik. Padahal Tonny hanya salah satu agen perjalanan.
“Klien termuda yang pernah saya bantu berusia 19 tahun dan yang paling tua 56 tahun. Kebanyakan memang perempuan dan hanya beberapa yang laki-laki,” ujarnya kepada tirto.id, Kamis (27/10/2016).
Sebagai agen dan sekaligus penerjemah bagi para klien, Tonny mengaku membuka jasa tersebut hanya untuk membantu orang-orang dari negara lain yang ingin berkunjung ke Korea untuk operasi plastik. Terutama mereka yang minim informasi tentang operasi plastik dan tak memiliki sanak-saudara di Korea.
“Tidak hanya tentang uang. Saya mengerti apa yang mereka rasakan. Jadi saya mencoba menjadi teman dan membuat mereka nyaman,” katanya.
Saat memakai jasanya, para klien terlebih dulu memesan tiga klinik yang akan dikunjungi sebelum berangkat. Tonny akan mengantar klien mengunjungi ketiga klinik tersebut dalam satu hari kujungan. Setelah menerima konsultasi, melihat hasil setelah operasi dan mengetahui harga yang harus dibayar, maka saatnya memilih klinik.
“Selama di sini, Anda akan memakai transportasi publik. Murah dan nyaman, Untuk klinik, saya rekomendasikan Teuim Klinik untuk mata, JW klinik untuk hidung dan Regen Klinik untuk rahang. Pilihan itu berdasar pengalaman saya selama tiga tahun,” jelasnya.
Minat untuk tetap cantik para perempuan, termasuk Indonesia menjadi bisnis yang menggiurkan. Tak hanya bagi dokter dan kalangan medis, tapi juga biro perjalanan dan para agennya.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Kukuh Bhimo Nugroho