Menuju konten utama

Adnan Al-Kaissy & Saddam Hussein: Gulat di Bawah Moncong Senapan

Adnan adalah bintang gulat asal Irak, yang kemudian diminta oleh Saddam Hussein untuk membawa gulat profesional ke Irak.

Adnan Al-Kaissy & Saddam Hussein: Gulat di Bawah Moncong Senapan
Ilustrasi Saddam Hussein Melawan Pegulat di Irak. tirto.id/Ecun

tirto.id - Namanya Adnan Al-Kaissie dan dia tumbuh besar di negara yang penuh gejolak. Irak, ketika Adnan sedang tumbuh dewasa, sedang berusaha mencari bentuk. Serangkaian perang dan kudeta mewarnai negeri tersebut pada dekade 1940-an dan 1950-an. Namun, sebagai putra seorang imam terpandang di Baghdad, Adnan tak terlalu merasakan dampaknya.

Adnan muda tumbuh dengan menyenangkan. Dia bisa menyalurkan bakat olahraganya dengan bermain sepak bola dan gulat amatir di level sekolah. Berkat itu, Adnan pun mendapatkan beasiswa atletik dari University of Houston di Amerika Serikat.

Menariknya, Adnan mendapat beasiswa itu untuk bermain American football, sebuah olahraga yang sangat asing bagi dirinya. Itulah mengapa, Adnan lalu memutuskan untuk pindah ke Oklahoma State University dan menggunakan beasiswa atletiknya tadi untuk berlatih gulat amatir.

Dengan modal kemampuan bergulat yang diasah di negeri kelahirannya, Adnan sukses mempersembahkan gelar NCAA untuk kampusnya. Adnan pun dianggap layak memperkuat tim gulat amatir Amerika Serikat di Olimpiade Roma 1960. Kala itu, Amerika Serikat memang hanya mengirimkan atlet-atlet universitasnya untuk berlaga di Olimpiade yang mewajibkan kontestannya menyandang status amatir. Sayangnya, karena bukan warga negara Amerika Serikat, sosok kelahiran 1939 itu urung bertolak ke Italia.

Meski begitu, kegagalan berangkat ke Olimpiade tersebut justru menjadi berkat tersendiri. Sebuah jalan lain terbuka lebar untuknya. Sebuah jalan yang mengantarkan Adnan pada segala kenikmatan duniawi. Sebuah jalan yang bakal menuntunnya kembali ke rumah—yang tak lama kemudian harus dia tinggalkan selamanya karena Saddam Hussein menaruh rasa cemburu padanya.

Jalan itu bernama gulat profesional.

Awal Mula Adnan

Jauh sebelum gulat profesional didominasi oleh World Wrestling Entertainment (WWE), ada sebuah sistem yang dikenal sebagai sistem teritori. Pada prinsipnya, setiap negara bagian—atau wilayah terdiri dari beberapa negara bagian—memiliki promosi gulat profesionalnya sendiri. World Wide Wrestling Federation (WWWF), yang merupakan cikal bakal WWE, pun dulunya merupakan bagian dari sistem teritori ini.

Pada 1959, Adnan memulai kiprahnya di gulat profesional bersama Pacific Northwest Wrestling. Karena bukan orang kulit putih, dia pun memainkan karakter non-kulit putih bernama Billy White Wolf yang ceritanya merupakan seorang penduduk asli Amerika (native American). Keputusannya masuk ke dunia gulat profesional ini sekaligus mengakhiri masa studinya di Oklahoma State secara prematur.

Gulat profesional mampu memberi Adnan penghidupan yang layak. Status legendaris ketika itu, tentu saja, masih jauh dari gapaiannya. Akan tetapi, Adnan muda sudah cukup populer di Amerika karena pada masa itu gulat profesional adalah hiburan yang ditonton semua kalangan. Pada titik itu, Adnan sudah cinta mati dengan Amerika.

Bahkan, pada 1967, Adnan pun menikah dengan seorang perempuan Amerika. Pernikahan ini membuat sosok kelahiran Bahgdad itu pun resmi menjadi warga negara Amerika Serikat. Meski begitu, bukan berarti Adnan lupa dengan asal-usulnya. Dia tahu bahwa keluarga, sanak saudara, dan kawan-kawan lamanya ada di Irak.

Itulah mengapa, pada 1969, Adnan memutuskan untuk pulang ke Irak. Dia berniat mengunjungi orang-orang yang sudah lama dia tinggalkan itu. Namun, tak disangka-sangka, kepulangan Adnan ke Irak tersebut kemudian dimanfaatkan seorang kawan lama yang tengah naik daun sebagai politisi. Kawan lama itu tak lain adalah Saddam Hussein.

Adnan dan Saddam berkenalan saat keduanya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dalam autobiografinya yang berjudul The Sheikh of Baghdad: Tales of Celebrity and Terror from Pro Wrestling's General Adnan, Adnan menuturkan bagaimana dia mengenal Saddam. Di sebuah warung kopi tak jauh dari rumahnya, kenang Adnan, dia sering bermain catur dengan Saddam.

Kedekatan Adnan dengan Saddam itu terjadi di tengah sengitnya pergulatan politik antara Partai Baath dan kaum komunis Irak dalam memperebutkan pengaruh. Pada akhirnya, Saddam sendiri bergabung dengan Partai Baath, sementara Adnan, seperti yang telah diceritakan sebelumnya, mendapat beasiswa atletik di Amerika Serikat.

Setelah lebih dari satu dekade berpisah, nasib kembali mempertemukan Adnan dengan Saddam. Adnan sudah menjadi pegulat terkenal, sementara Saddam telah menduduki posisi penting di Partai Baath yang popularitasnya terus menanjak. Ketika mendengar Adnan pulang ke Baghdad, Saddam pun mengundangnya untuk minum teh di rumahnya.

Adnan mulanya tidak menaruh curiga. Dia pikir, Saddam hanya ingin menjalin silaturahmi karena lama tak bersua. Namun, perkiraan Adnan salah. Dalam perjumpaan pertamanya dengan Saddam setelah bertahun-tahun itu, Adnan langsung mendapat "perintah" untuk membawa gulat profesional ke Irak.

Mendengar tawaran itu, Adnan tidak langsung setuju. Dia berkata bahwa dia hanya akan berada di Irak selama beberapa bulan. Namun, Saddam kemudian berkata, "Kami berharap kamu mau melakukan ini semua sebagai bentuk pengabdianmu kepada Irak."

Adnan pun tak punya pilihan.

Membawa Sekeping Amerika Serikat ke Irak

Tidak terlalu jelas titel apa yang diberikan Saddam kepada Adnan. Namun, gampangnya, kita bisa bayangkan Adnan sebagai seorang promotor sekaligus bintang gulat profesional utama di Irak. Dia yang mengorganisasi penyelenggaraan, dia yang mengundang pegulat-pegulat dari luar negeri, dan dia pulalah yang berlaga di atas ring.

Menurut kesaksian Adnan dalam autobiografinya, Saddam dan orang-orang Irak lainnya tidak tahu bahwa gulat profesional bukanlah kompetisi olahraga bona fide. Yang mereka tahu, Adnan adalah seorang bintang gulat terkenal di Amerika Serikat dan itulah yang ingin dimanfaatkan oleh Saddam.

Bersama Partai Baath, Saddam berniat menguasai Irak sepenuhnya dan, tentu saja, upaya tersebut masih mendapat resistensi dari berbagai pihak. Resistensi inilah yang kemudian dilawan dengan kekerasan. Sembari melakukan itu, Saddam ingin mengalihkan perhatian rakyat banyak lewat gulat profesional.

Jadilah kemudian Adnan diberi banyak uang dan keleluasaan untuk menjalankan perintah Saddam. Di Amerika, hidup Adnan sebetulnya sudah cukup mapan dan menyenangkan. Namun, di Irak, dia benar-benar jadi pesohor nomor wahid. Rumahnya bak istana, mobil-mobilnya mewah, dan uangnya bagai tak pernah habis.

Berbagai pegulat kenamaan dunia didatangkan ke Irak oleh Adnan. Namun, tak ada nama yang lebih besar dibandingkan Andre the Giant, raksasa asal Prancis yang merupakan salah satu pegulat paling terkenal sepanjang masa. Pertarungan Adnan dengan Andre the Giant inilah yang menjadi titik puncak popularitas gulat profesional di Irak.

Pertarungan antara Adnan dan Andre itu rencananya digelar dalam tiga fall. Adnan dan Andre sudah sepakat bahwa Adnan bakal mendapatkan fall pertama, Andre mendapatkan fall kedua, lalu Adnan mendapatkan fall ketiga untuk mengunci kemenangan.

Fall sendiri, dalam gulat profesional, adalah ketika pertandingan dihentikan ketika ada seorang kompetitor yang tidak mampu lepas dari kuncian atau menyerah. Sebagian besar pertarungan gulat profesional diselesaikan hanya dalam satu fall. Namun, dalam stipulasi-stipulasi tertentu, keberadaan lebih dari satu fall dalam satu pertandingan memang dimungkinkan.

Sepintas, rencana Adnan itu brilian. Sebab, dia tidak cuma bakal memberi kemenangan bagi rakyat Irak, tetapi juga menunjukkan kehebatan seorang Andre the Giant. Akan tetapi, rencana tinggal rencana. Sebab, belakangan Adnan sadar bahwa pertandingan melawan Andre tersebut digelar pada sebuah hari spesial di Irak, yaitu 6 Januari 1971 yang merupakan peringatan ke-50 angkatan bersenjata negeri tersebut.

Pertarungan digelar di Stadion Al-Shaab, Bahgdad, dan sebagian besar penonton merupakan tentara Irak yang membawa bedilnya ke dalam stadion. Dari situ saja, Adnan sudah bisa membayangkan kengerian yang akan terjadi seandainya Andre the Giant sampai menang.

Sudah begitu, sebelum masuk ke dalam ring, Adnan sempat menghampiri Saddam yang mengungkapkan harapan agar kemenangan atas Andre the Giant bisa jadi contoh bagi masyarakat Irak. Tak cuma itu, Saddam juga menunjukkan sepucuk pistol berlapis emas yang "bakal digunakan untuk menembak Andre kalau-kalau dia menyakiti Adnan".

Pikiran Adnan berkecamuk. Tentu saja dia tak mau Andre the Giant sampai mati di tanah Irak. Maka dari itu, Adnan pun dengan segera menyampaikan perubahan rencana kepada Andre. Adnan berkata bahwa dia harus menang mutlak hanya dalam dua fall. Bahkan, Adnan pun harus berkata kepada Andre untuk tidak menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya.

Akhirnya, perubahan rencana itulah yang ditampilkan Adnan dan Andre di atas ring. Adnan menang "mudah" dalam dua fall dan kebahagiaan meledak di Stadion Al-Shaab. Pelor dimuntahkan dari pucuk senapan para serdadu yang menonton sampai-sampai Andre the Giant mesti bersembunyi di bawah ring. Hari itu, Adnan Al-Kaissie menjadi pahlawan nasional Irak.

Sayangnya, kebahagiaan Adnan di Irak tak berlangsung lama. Ya, dia memang sangat populer. Ya, dia memang kaya raya. Ya, dia memang begitu dipuja sampai-sampai rumahnya sering didatangi penduduk yang menyerahkan kurban kambing. Akan tetapi, justru semua itulah yang membuat Adnan jadi berada dalam bahaya.

Bisa dibilang, cuma Adnan yang mampu menyaingi popularitas Saddam di Irak. Bahkan, ada pula yang menyatakan bahwa Adnan lebih populer dibandingkan Saddam. Realitas demikian tak dapat diterima begitu saja oleh Saddam. Hal ini diberitahukan seorang kerabat yang bekerja di pemerintahan kepada Adnan.

Infografik Saddam Hussein Melawan Pegulat di Irak

Infografik Saddam Hussein Melawan Pegulat di Irak. tirto.id/Ecun

Maka, Adnan pun mulai sering pergi dari Irak. Dia sempat berkelana ke Jepang dan berkompetisi di New Japan Pro Wrestling bikinan Antonio Inoki. Adnan juga akhirnya bergabung dengan WWWF milik Vince McMahon Sr. pada 1976 dan memenangi gelar tag team bersama Chief Jay Strongbow dengan karakter Billy White Wolf-nya tadi.

Sampai akhirnya, pada 1978, setelah kembali ke Irak, Adnan betul-betul menyiapkan diri untuk kabur selama-lamanya. Pada suatu hari, dia menjejalkan uang 50 ribu dolar AS ke dalam kopornya, lalu pergi dan tak pernah kembali lagi. Meski demikian, Adnan senantiasa menjalin kontak dengan sanak saudaranya di Baghdad.

Setelah kabur dari Irak, Adnan melanjutkan karier gulat profesinalnya bersama American Wrestling Association. Di situ, dia memperkenalkan persona Sheik of Baghdad. Setelah itu, pada 1990, dia bergabung dengan WWF (yang sudah jadi milik Vince McMahon) dan memperkenalkan karakter baru bernama General Adnan.

Karakter General Adnan sendiri didasarkan Adnan pada sosok Saddam yang kala itu tengah memimpin invasi Irak ke Kuwait. Dengan kata lain, General Adnan adalah cara Adnan untuk balik memanfaatkan Saddam untuk kepentingan pribadinya sendiri.

Di WWF sendiri, Adnan tidak banyak beraksi di atas ring karena usianya memang sudah tidak muda lagi. Dia berperan sebagai seorang manajer yang, ceritanya, sukses mencuci otak Sgt. Slaughter untuk membelot. Sampai akhirnya, Adnan pensiun sepenuhnya dari dunia gulat profesional pada 1998.

Semua cerita tentang Adnan ini tidaklah diketahui sampai pertengahan 2000-an, di mana ketika itu Amerika Serikat telah berhasil menggulingkan Saddam dari kursi kepemimpinan di Irak. Setelah Saddam ditangkap dan hendak diadili, barulah Adnan berani menceritakan semua kisah hidupnya itu melalui buku autobiografi tadi. Baru pada waktu itu orang-orang tahu bahwa Sheik of Baghdad ternyata betul-betul seorang syekh yang pernah berkawan dengan Saddam Hussein.

Pada 2006, dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Adnan mengungkapkan keinginan kembali ke Irak dan bertarung sekali lagi di pusat kota Baghdad. Sayangnya, keinginan tersebut belum bisa diwujudkan Adnan sampai sekarang dan, rasa-rasanya, takkan pernah mungkin terwujud.

Baca juga artikel terkait SADDAM HUSSEIN atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Nuran Wibisono