Menuju konten utama

Adaptasi Finansial, Cara Bertahan di Masa Krusial

Proses adaptasi finansial memang gampang-gampang susah, tapi bukan berarti tak bisa dilakukan.

Adaptasi Finansial, Cara Bertahan di Masa Krusial
Ilustrasi pengaturan keuangan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Athea, 30 tahun, sales di sebuah agensi digital, merasakan betul bagaimana pandemi telah mengubah gaya hidupnya. “Pendapatan turun 30% sejak April, THR juga belum dibayarkan karena tak ada klien masuk selama pandemi. Dulu, tiap hari bisa nongkrong sambil memperluas jaringan, sekarang seminggu sekali aja belum tentu, yang penting bisa bayar cicilan sama kebutuhan,” ceritanya.

Dampak lebih parah dirasakan Mudi, 67 tahun, yang sehari-hari berjualan wedang tahu di daerah Pondok Jagung Timur, Serpong Utara, Tangerang Selatan. Sejak beberapa perumahan menutup akses untuk umum, pedagang keliling seperti dirinya kehilangan hampir 70% pelanggan. “Kalau biasanya nyiapin satu panci, sekarang cuma sanggup bawa setengah. Itu juga nggak habis. Selain akses ditutup, orang masih takut beli jajanan kaki lima.” Pendapatannya menurun drastis, bahkan kerap merugi. Namun ia tak punya pilihan selain terus berjualan sembari mengharap keajaiban.

Pandemi membawa dampak pada hidup banyak orang, tak hanya kesehatan, tetapi juga keuangan. Dampak ekonomi ini dirasakan oleh masyarakat dunia—mulai dari pendapatan menurun sampai yang terburuk kehilangan pekerjaan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus ini akan ada di kehidupan kita dalam jangka waktu lama, bahkan tak akan hilang meski antivirus ditemukan. Maka untuk dapat bertahan, segala cara mesti kita lakukan, salah satunya beradaptasi dengan tatanan atau pola hidup baru yang substansinya adalah penguatan protokol kesehatan.

Namun adaptasi tak melulu soal itu. Ada kondisi keuangan yang juga mesti dipulihkan, walau tak mungkin berlangsung dalam waktu singkat, sehingga setiap orang dituntut untuk mengelolanya sebaik mungkin. Proses adaptasi finansial inilah yang gampang-gampang susah.

Jika dalam diri kita ada kesadaran tentang urgensi untuk memulihkan kehidupan dan produktivitas, maka adaptasi finansial menjadi lebih mudah dijalani. Sebaliknya, akan sangat merepotkan bila yang ada di pikiran hanya agenda menghilangkan penat setelah berbulan-bulan diam di rumah, padahal keuangan bermasalah.

Hidup Hemat dan Cermat Tangkap Peluang

Upaya untuk mengelola keuangan dengan tepat dimulai dari belajar menerima keadaan. Jika kondisi keuangan saat ini tak lebih baik dari beberapa waktu lalu, ini waktunya bagi kita untuk mengadaptasi frugal living, gaya hidup yang didasari oleh konsep hemat. Mungkin kedengarannya tak menyenangkan, tetapi hidup hemat adalah kunci untuk menyelamatkan masa depan.

Nigel Barber, seorang peneliti, menulis dalam Psychology Today, “Satu pemahaman penting yang mendasari gerakan hidup hemat adalah bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi manusia berakhir di tempat pembuangan sampah.”

Perlahan, kita perlu belajar menghindari segala sesuatu yang sifatnya berlebihan, dan mulai meningkatkan kesadaran untuk mengelola dengan baik aset yang dimiliki. Frugal living membuat kita tahu prioritas sehingga mampu memetakan banyak hal, termasuk hal kecil seperti pemetaan pengeluaran bulanan. Bukan asal potong anggaran, tetapi mencoba alternatif yang lebih terjangkau dan tetap sustainable.

Frugal living pun perlu diterapkan untuk meminimalisasi potensimu menambah beban keuangan dalam waktu dekat dengan berutang. Hentikan kebiasaan boros. Jika ada dana lebih, alihkan untuk kebutuhan yang jauh lebih penting dan berguna di masa depan, menyiapkan dana darurat, misalnya.

Infografik Advertorial Jenius E

Infografik Advertorial Hidup Hemat Untuk Adaptasi Finansial. tirto.id/Mojo

Untuk memudahkan usaha berhemat ini, kamu bisa memanfaatkan sejumlah fitur yang ada di aplikasi Jenius. Pertama, kamu bisa mengalokasikan uang dari kebiasaan hidup hemat ke Flexi Saver. Misalnya, bujet transportasi yang tidak sebesar sebelum bekerja dari rumah bisa dimasukkan ke Flexi Saver. Apalagi sekarang kamu bisa membuat tiga Flexi Saver yang fleksibel mengikuti pos-pos kebutuhanmu.

Selanjutnya, Jenius juga merilis Moneytory—buku harian keuangan. Fitur ini membantumu menata arus kas dengan lebih mudah karena semua transaksi di Saldo Aktif maupun m-Card tercatat dan terkategori secara otomatis. Kamu bisa melihat ringkasan kondisi keuangan, mulai dari jumlah pemasukan/pengeluaran, selisih keduanya, hingga transaksi yang paling sering dilakukan. Moneytory pun terintegrasi dengan fitur Send It, e-Wallet Center, Split Bill, dan Pay Me.

Jika kamu masih merasa kesulitan menekan pengeluaran, ada cara lain: mengatur limit belanja maupun penarikan harian saldo Kartu Debit Jenius sesuai kebutuhan di Card Center. Dengan begitu, tak ada lagi transaksi yang melebihi anggaran, apalagi membuatmu terpaksa berutang.

Pakar ekonomi Emil Salim menyarankan masyarakat untuk menjaga stabilitas kondisi finansial dengan membuat skala prioritas. Setelah punya prioritas, umumnya kita akan tahu rencana yang akan dicapai dalam waktu dekat maupun jangka panjang.

Dalam sebuah wawancara dengan Branding Consultant Evin Trianisa Ibrahim di Youtube MomEvin123 (27/6) itu, Emil mengatakan saat keuangan seseorang dalam kondisi terbatas, yang mesti diutamakan adalah hal-hal terkait kelangsungan hidup—pangan, obat-obatan, dan pendidikan.

“Pangan supaya bisa hidup, obat supaya bisa menghadapi dan mencegah virus,” jelasnya. Sementara biaya pendidikan diperlukan agar otak dapat terus berkembang. Otak adalah bagian penting yang dimanfaatkan untuk mencari peluang usaha. Emil menambahkan, berbagai hal yang tadinya berhubungan langsung, sekarang terputus. "(Ada peluang) memunculkan jasa-jasa baru. Kembangkan itu.”

Imbauan untuk tetap di rumah, misal, membuat banyak orang membeli kebutuhan pokok secara online. Ini bisa menjadi peluang untuk mengembangkan bisnis, baik makanan maupun kebutuhan harian. Hasil survei MarkPlus Inc mengungkap transaksi online perdagangan retail melonjak 6 kali lipat selama pandemi. Di samping berhemat, kita perlu cermat menangkap peluang bisnis semacam ini untuk menambah pemasukan, dan tentunya modal keberanian untuk memulai.

Tak perlu pusing dengan urusan teknis, sebab Jenius—melalui Jenius untuk Bisnis—mengembangkan inovasi yang tujuannya membantu kehidupan keuangan sekaligus mendorong perkembangan bisnis yang masyarakat bangun. Ada dua layanan yang bisa kamu manfaatkan: Akun Bisnis yang bisa diakses di aplikasi Jenius dan Bisniskit yang merupakan aplikasi terpisah untuk mengelola usaha.

Di dalam aplikasi Jenius, terdapat dua akun yang bisa kamu manfaatkan: akun personal untuk keuangan pribadi dan Akun Bisnis untuk keuangan usaha. Fitur ini memang dibuat untuk memisahkan antara keuangan pribadi dan keuangan bisnis tanpa perlu membuat rekening baru. Proses aktivasinya juga mudah dan cepat.

Sementara itu, Bisniskit bisa dihubungkan dengan Akun Bisnis di aplikasi Jenius agar pelacakan transaksi lebih mudah. Aplikasi yang bisa diunduh di App Store dan Google Play ini juga membantu pebisnis pemula memantau dan mempelajari perkembangan bisnis yang dijalani sehingga dapat berkembang secara maksimal. Dengan Bisniskit, aktivitas mengelola bisnis jadi lebih fleksibel karena bisa dilakukan lewat ponsel pintar, di mana dan kapan saja.

Sejak dirilis pada 2016, Jenius memang berusaha membantu para penggunanya untuk mencapai kondisi finansial yang lebih baik melalui beragam inovasi. Keinginan itu tak berhenti pada penggunaan harian serta aktivitas yang lebih mudah dan praktis. Ada mimpi besar yang ingin diraih Jenius: masyarakat bebas berkarya, dengan begitu perekonomian terus meningkat dan terciptalah kehidupan yang lebih baik dari hari ini.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis