tirto.id - Kecerdasan seseorang, kata Einstein, bisa dilihat lewat kemampuannya untuk berubah. “Kita tidak bisa menyelesaikan masalah kita dengan pemikiran yang sama yang kita gunakan ketika kita menciptakannya. Kegilaan adalah melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda.”
Pernyataan itu terasa relevan dalam situasi pandemi sekarang. Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan, bahkan, sebagaimana yang kita saksikan sendiri, penyakit yang ditimbulkan Virus Corona ini telah memaksa warga dunia untuk menyesuaikan diri dengan segala situasi. Bagi mereka yang terkena dampak—terutama yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan—berubah adalah sebuah keharusan.
“Kondisi kami berat sejak awal bulan Maret. Benar-benar zero income, semua event dibatalkan. Dalam kondisi seperti itu, di tengah banyaknya tanggungan—selain gaji karyawan dan cicilan—proses relaksasi dan restrukturisasi yang ditawarkan pemerintah juga ternyata sulit. Saya memutuskan: daripada mengharap hal-hal seperti itu, lebih baik melakukan manuver baru saja,” kata Baru Fajri Hadyan, owner dan founder@Segarsvara.
Sebelum pandemi, Bayu adalah penyedia sewa soundsystem dan lighting. Usahanya, @Bayusvara, dikenal sebagai langganan anak-anak skena musik independen (indie) di Jakarta. Covid-19 membuatnya banting setir menjadi penjual sayuran.
“Segarsvara hadir sejak awal April. Saat itu PSBB baru diberlakukan, jadi otomatis demand-nya tinggi. Tapi semakin ke sini harus ada usaha lebih untuk mempertahankan penjualan,” sambung Bayu.
Bayu memasok kebutuhan konsumennya dari Tangerang Selatan. Meski demikian, ayah satu anak ini juga membuka layanan pemesanan untuk mereka yang tinggal di Depok, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat.
“Customer yang mau saya sasar adalah mereka yang kesulitan menggunakan aplikasi. Banyak lho customer dengan karakteristik seperti itu. Nah, makanya kami datang dengan format yang memudahkan mereka. Tinggal klik, langsung terhubung ke WA admin sesuai area. Mau tanya apa pun, mau request apa pun, silakan.”
Ditanya soal manajemen keuangan, juga seni memisahkan uang pribadi dengan uang hasil usaha selama pandemi, Bayu menyebut tak mendapati kesulitan. Sebelum membuat Segarsvara, perusahaannya terdahulu memang sudah berbentuk PT. “Jadi ketika shifting dari Bayusvara ke Segarsvara, untuk pembayaran pun kami tetap menggunakan rekening PT Bayusvara.”
Penggunaan akun bisnis, kata Bayu, penting, terutama dalam kaitannya dengan kepercayaan pelanggan. “Di satu sisi, pembayaran langsung ke akun bisnis membuat income kami jelas, di lain sisi, trust dari customer juga terbangun. Kalau pembayaran dilakukan via rekening pribadi kesannya usaha ini kurang pro.”
Lain Bayu lain pula Havitz Maulana. Fotografer sekaligus pegiat skena indie Jakarta ini mengaku secara pribadi, khususnya dari segi keuangan, diri dan keluarganya tidak terdampak Covid-19. Namun demikian, fenomena melakukan aktivitas dari rumah membuatnya terinspirasi untuk merintis usaha.
“Intinya mau bikin sesuatu yang bermanfaat, ada pemasukan tambahan, sekalipun belum tentu menjadi bisnis jangka panjang.”
Tinggal di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Havitz menyebut di lingkungan rumahnya masih terdapat rawa-rawa. “Di tempatku banyak genjer,” katanya.
Bertolak dari kesadaran itulah Havitz membuat usaha @lidahkiri, dengan menu utama tumis genjer dan lidah sapi. Beda dengan Bayu, Havitz tak punya usaha resmi sebelumnya. Namun demikian, selain lewat jaminan rasa—menu Lidah Kiri diolah oleh tangan telaten sang ibu—Havitz ingin menumbuhkan kepercayaan lewat manajemen keuangan. Semua transaksi bisnisnya dilakukan lewat akun bisnis.
“Aku pakai akun bisnis Jenius,” kata Havitz, mantap.
Havitz mengaku belum lama menjadi nasabah Jenius, kira-kira 6 bulan. Dia membuat akun Jenius saat hendak mengikuti perlombaan fotografi di Malaysia, yang pendaftarannya menggunakan dolar.
“Enak, sih. Punya akun Jenius ini kayak punya harddisk. Kamu bisa bikin partisi: menyimpan uangmu sendiri di folder pribadi, tabungan di folder tabungan, dan penghasilan dari usaha di folder bisnis. Jenius membuat kamu lebih mudah mengelola keuangan.”
Dalam kondisi seperti sekarang, kemudahan dalam berbagai layanan adalah keharusan. Selama PSBB, Havitz pun membuka layanan akun bisnis via aplikasi Jenius saja. “Praktis, dan prosesnya tidak lama.”
Layanan akun bisnis Jenius memang dibuat untuk memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis, dalam satu aplikasi. Selain proses pembuatannya mudah—tanpa perlu repot ke bank dan mengisi formulir—pembuatannya juga dilakukan tanpa setoran minimum dan dokumen tambahan apa pun.
Pengguna akun bisnis juga bisa memantau semua transaksi via aplikasi, bahkan bisa mencetaknya (rekening koran) tanpa perlu ke bank.
“Dengan mengaktivasi akun bisnis, kamu akan memperoleh nomor rekening akun bisnis yang terpisah dari akun personal. Kamu juga akan memperoleh kartu debit elektronik (e-Card) yang bisa kamu pakai bertransaksi online dengan aman. Selain itu, kamu bisa memiliki $Cashtag khusus untuk usahamu,” tulis situs orangkamar.com.
Keterangan Bayu dan Havitz menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 memang berhasil mengubah banyak hal dalam kehidupan, tapi dalam bidang usaha, krisis ini tak sedikit pun membuat mereka menjadi orang-orang tak profesional. Penggunaan akun bisnis dalam usaha mereka menunjukkan hal demikian.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis