tirto.id - Tangan kiri Pradiptajati Kusuma memanjang naik. Telunjuknya mengarah kepada layar proyektor. Sebuah foto laki-laki berambut pendek muncul di layar. "Ini adalah Presiden Madagaskar Andry Rajoelina," ujar laki-laki yang akrab disapa Pai itu.
Pai menjadikan wajah Presiden Andry sebagai salah satu wujud orang Madagaskar dalam pemaparan hasil risetnya mengenai keterhubungan genetis antara orang Madagaskar dengan orang Indonesia pada Rabu (14/2) di Sitoplasma Auditorium, Eijkman Institute, Jakarta. Selain menampilkan foto Presiden Andry, Pai juga memperlihatkan tiga foto anak-anak Madagaskar.
"Kalau saya tidak sebut bahwa itu orang Madagaskar, sulit bagi Anda untuk membedakannya dengan orang Indonesia," sebut Pai.
Jejak Genetika dan Bahasa
Kemiripan antara orang Indonesia dan Madagaskar memang bukan sekadar isapan jempol.
Denis Pierron dkk. dalam makalah berjudul "Genome-wide Evidence of Austronesian–Bantu Admixture and Cultural Reversion in a Hunter-Gatherer Group of Madagascar" (2014) mengatakan gen orang Madagaskar memuat 60 persen gen orang Bantu, suku yang sebagian besar menghuni benua Afrika seberang barat pulau Madagaskar.
Sedangkan 30 persen lainnya, dalam kata-kata Pierron, "datang dari wilayah Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi."
Hasil tersebut didapatkan setelah menganalisis keterhubungan gen tiga suku yang menghuni Madagaskar, yakni Mikea (21 orang), Vezo (24 orang), dan Temoro (24 orang), dengan data gen orang Asia Tenggara dan Afrika.
Sedangkan Maurizio Serva dkk. dalam "Malagasy Dialects and the Peopling of Madagascar" (2011) menyebutkan bahasa Malagasi yang digunakan penduduk Madagaskar dekat dengan bahasa yang digunakan orang-orang Ma'anyan di Kalimantan bagian selatan dengan tingkat kesamaan kosakata dasar sekitar 45 persen. Makalah tersebut menerka pengguna bahasa Ma'anyan tiba di Madagaskar sejak 650 M.
Dua riset tersebut memang menyebutkan moyang, baik secara genetik maupun lingustik, orang Madagaskar berasal dari wilayah Indonesia atau Asia Tenggara. Namun, Pierron dkk. tidak menyebut wilayah mana hulu moyang Madagaskar tepat berada. Selain itu, gen populasi Ma'anyan yang diduga kuat pewaris kosakata dalam bahasa Malagasi tidak ikut dibandingkan. Alhasil, asal-usul moyang Madagaskar pun menyisakan misteri.
Ma'anyan plus Melayu Jadilah Banjar
Pada 2016, Pai dkk. menjawab misteri tersebut melalui makalah berjudul "Malagasy Genetic Ancestry Comes from an Historical Malay Trading Post in Southeast Borneo". Dia menemukan gen orang Madagaskar punya komposisi 68 persen gen Afrika dan 32 persen gen Asia.
Tidak mengejutkan, riset yang dilakukan Pai di Universite' de Toulouse, Perancis itu menemukan gen Afrika dalam orang Madagaskar berasal dari suku Bantu.
Sementara itu, gen Asia yang mengisi gen orang Madagaskar berasal dari populasi suku yang punya gen campuran di Kalimantan, seperti Banjar, Ngaju, Dayak Kalimantan Selatan, Lebbo, Murut, Dusun, dan Bidayuh.
Secara lebih rinci, Pai mengemukakan sebanyak 37 persen gen orang Madagaskar memuat gen orang Banjar. Sedangkan 63 persen lainnya adalah gen suku Bantu. Pai, dkk. menerka percampuran ini sudah berusia lebih dari 7 abad, sejak 1275.
"Kita melihat ternyata bukan Ma'anyan. Malah orang Banjar. Cuma saat migrasi tersebut, Kesultanan Banjar belum ada, tetapi Sriwijaya," ujar Pai kepada Tirto.
Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak maritim yang berpusat di wilayah Sumatera. Menurut Pai, orang Sriwijaya sejatinya orang Melayu. Berdasarkan Hikayat Banjar, Sriwijaya pernah mendirikan pos dagang di Kalimantan bagian selatan. Di sana, mereka pun akhirnya beranak-pinak dengan masyarakat lokal, termasuk Ma'anyan.
Itu bisa dilihat dari komposisi gen orang Banjar. Pai, dkk. menyebutkan gen orang Banjar terdiri atas 77 persen gen Melayu dan 23 persen Ma'anyan. Percampuran ini terjadi terakhir pada 1525 dan itu bersesuaian dengan masa kemunduran Kerajaan Sriwijaya.
"Kalau kita lihat waktu historisnya, dokumennya minim sekali. Tetapi, yang memiliki kemampuan navigasi dan time frame yang memungkinkan adalah Sriwijaya," ujar Pai kepada Tirto.
Meski telah mampu melacak orang Banjar sebagai pewaris gen Asia orang Madagaskar, Pai mengakui bahwa riset genetiknya belum mampu mengungkap rute mana yang digunakan para moyang tersebut untuk bisa sampai ke Madagaskar.
Soal rute perjalanan tersebut, melalui analisis linguistik, makalah Maurizio Serva dkk. menyebutkan pantai tenggara Madagaskar adalah lokasi moyang mendara pertama. Menurutnya, lokasi tersebut juga menunjukkan para moyang itu menempuh perjalanan laut dari Kalimantan, melalui selat Sunda, dan kemudian, sepanjang arus samudera besar, menuju ke Madagaskar.
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Maulida Sri Handayani