Menuju konten utama

7 Tips Mengatur Keuangan Saat Ramadhan Agar Tidak Boros

Tips mengatur keuangan saat Ramadhan agar tidak boros di antaranya kenali kebutuhan dan keinginan hingga menyusun anggaran pengeluran bulanan.

7 Tips Mengatur Keuangan Saat Ramadhan Agar Tidak Boros
ilustrasi uang. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Menjalankan ibadah puasa Ramadhan mengharuskan kita tidak mengonsumsi makanan dan minuman di siang hari. Namun, meski demikian kerap kali pengeluran untuk kebutuhan konsumsi justru malah meningkat dibandingkan hari biasanya.

Akibatnya, sedikit banyak hal ini akan mempengaruhi kondisi keuangan keluarga. Apabila tidak disiasati dengan cermat, maka bukan tidak mungkin akan terjadi krisis sebelum Hari Raya tiba.

Biasanya, hal yang menjadi pemicu pengeluran meningkat pesat adalah karena nafsu untuk membeli makanan lebih banyak dan beragam saat puasa.

Apalagi saat lapar berpuasa, kontrol diri terhadap makanan adalah tantangan yang sulit dihadapi. Orang cenderung akan membeli atau memasak beragam macam makanan dengan jumlah yang banyak dengan dalih dalam diri untuk bekal berpuasa (sahur dan berbuka) atau “reward” terhadap diri yang telah bekerja keras menahan lapar dan dahaga.

Tapi pada kenyataannya karena memang itu hanya nafsu mata sesaat, makanan tersebut tidak jarang hanya mampu dimakan sedikit saja, sisanya malah terbuang percuma. Perilaku ini yang acap membuat pengeluaran saat Ramadhan semakin membengkak.

Tips Mengatur Keuangan Saat Ramadhan Agar Tidak Boros

Berikut ini adalah tips yang dapat diikuti untuk mengatur keuangan saat Ramadhan agar tidak boros mulai dari mengenali kebutuhan hingga menghindari terprovokasi diskon.

1. Kenali kebutuhan dan keinginan

Keterampilan dasar dalam mengelola keuangan adalah mengenali atau memahami kebutuhan dan keinginan. Nur Kholis, dosen Program Studi Ekonomi Islam FIAI Universitas Islam Indonesia (UII) mengingatkan untuk selalu mendahulukan terlebih dahulu kebutuhan di atas kepentingan.

Nur Kholis menyarankan saat berpuasa untuk mengelola konsumsi dengan takaran pengutamaan kebutuhan. Misalnya saat berbuka puasa hal yang dibutuhkan adalah mencukupi nutrisi pada makanan, yang mungkin bisa terpenuhi dengan sejumlah menu dengan harga yang terjangkau.

Tapi terkadang, ini malah tercampur dengan keinginan yang memicu pengeluaran ekstra seperti menyantap makanan mahal di tempat yang mewah.

“Dalam menata tata kelola konsumsi selalu membuat skala prioritas yang memperhatikan kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan sangat berbeda. Contohnya ketika mau berbuka puasa lihat piringmu, apakah tersedia nutrisi yang dibutuhkan. Dengan sepuluh ribu saja sebenarnya sudah terpenuhi, tapi kita kadang malah tidak melakukan itu, kita inginnya makan di tempat mewah. Sehingga kebutuhan kita yang terpenuhi akhirnya menjadi seratus ribu,” tutur Nu Kholis pada laman resmi UII.

Infografik SC Mengatur Keuangan Saat ramadan

Infografik SC Mengatur Keuangan Saat ramadan. tirto.id/Quita

2. Belanja lebih awal

Arin Setiyowati Pakar Ekonomi UM Surabaya mengatakan belanja bulanan di awal Ramadhan dapat menjadi tindakan antisipatif yang dapat menjadi upaya mencegah pengeluaran lebih.

Pasalnya, biasanya pada saat Ramadhan acap terjadi kenaikan harga bahan pokok seperti beras, minyak goreng, hingga bumbu dapur. Menyetok bahan pokok sebelum Ramadhan tiba bisa menjadi langkah ekonomis.

3. Jadwalkan buka puasa bersama (bukber)

Sederet agenda bukber dadakan juga salah satu jebakan keuangan yang kerap menimpa saat Ramadhan. Masih menurut Arin, agar terhindar dari jebakan tersebut Anda perlu menjadwalkan buka puasa dengan cermat.

Jadwal buka puasa yang mendadak biasanya menjadi salah satu sebab keuangan bulanan terganggu. Terlebih, menu bukber biasanya di atas rata-rata konsumsi harian.

“Maka usahakan jadwal buka bersama secara bijak di awal bulan supaya tidak membebani keuangan bulan Ramadan,” kata Arin pada laman resmi UM Surabaya.

4. Jangan terprovokasi diskon

Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri diskon bertebaran di mana-mana, terprovokasi diskon adalah jebakan finansial yang nyata.

Akibatnya, tidak sedikit orang malah melupakan kewajiban yang harus ditunaikan saat Ramadhan seperti membayar zakat fitrah dan zakat mal.

“Maka jangan terprovokasi dengan gemerlap diskon harga barang jasa namun melupakan kewajiban untuk menunaikan pembayaran zakat fitrah dan zakat mal. Hal tersebut sebagai bagian dari ibadah, juga bentuk kepedulian sosial kita,”ujar Arin.

5. Pisahkan pengeluaran Ramadhan dan Hari Raya

Pisahkan pengeluaran Ramadhan dan Hari Raya, dua pengeluaran tersebut sangat berbeda, sebab khusus untuk Ramadhan pengeluaran yang diperlukan adalah untuk memenuhi konsumsi harian. Lain halnya dengan pengeluaran Hari Raya yang berfokus pada THR hingga pembelian baju baru.

“Jika kebutuhan Ramadan hanya fokus untuk kebutuhan pokok harian, maka lain halnya dengan Hari Raya yang biasanya ada pos untuk menyiapkan hadiah maupun THR (Tunjangan Hari Raya) untuk keluarga, hingga pembelian baju baru untuk lebaran,” kata Arin.

6. Menyusun anggaran pengeluran bulanan

Muhammad Faizin, Pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Lampung pada laman NU Online menganjurkan untuk menyusun anggaran pengeluran bulanan sebagai upaya menekan pemborosan saat Ramadhan.

Penyusunan pengeluaran bisa dilakukan untuk semua aspek yang berkaitan dengan kebutuhan ketika Ramadhan seperti kebutuhan makanan, minuman, transportasi, dan aktivitas keagamaan seperti sedekah dan zakat.

7. Mengurangi penggunaan listrik dan BBM

Masih menurut Muhammad Faizin, saat Ramadhan aktivitas di malam hari mungkin akan lebih banyak dibandingkan hari biasanya. Itulah sebabnya penggunaan listrik dapat meningkat.

Tidak hanya itu BBM juga salah satu kebutuhan yang perlu dihemat untuk menghindari tambahan pengeluaran saat Ramadhan.

Baca juga artikel terkait WORK AND MONEY atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari