tirto.id - Kasus kematian ternak babi akibat terserang penyakit virus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kenaikan yang signifikan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan, mengatakan sejak Oktober 2024 hingga awal Maret 2025 kasus kematian babi akibat terserang virus ASF mencapai 609 ekor. Kematian terbanyak ternak babi pada Februari 2025 sebanyak 383 ekor.
Dalam catatan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, sejak Januari hingga awal Maret 2025 kasus kematian babi meluas ke 21 desa dan 7 kelurahan.
"Dalam lima bulan terakhir angka kematian ternak babi terus bertambah. Saat ini sudah meluas di 21 desa dan 7 kelurahan yang ada di 12 kecamatan," ungkap Yohanes Emil Satriawan kepada Tirto, Jumat (7/03/2025).
Ia mencatat berdasarkan pemeriksaan 24 sampel babi mati, 16 diantaranya dinyatakan postif terserang penyakit flu babi Afrika.
Emil juga mengimbau para peternak terus meningkatkan penerapan bio security, sebab sampai saat ini belum ada vaksin untuk mengatasi serangan virus ASF.
Ia juga menyarankan kepada para peternak untuk memisahkan ternak babi yang sakit dengan ternak yang sehat. Jika dibiarkan, virus ASF bisa menyerang ternak lain yang sehat tersebut.
Kata Emil, selama ini pihaknya melalui Bidang Kesehatan Hewan terus melakukan edukasi dan informasi kepada para peternak. Selain itu, pengawasan lalu lintas ternak di perbatasan juga dilakukan.
Dengan berbagai langkah ini, pihaknya masih menemukan kendala masih rendahnya kesadaran masyarakat.
Ia juga menyampaikan, beberapa kasus yang ditemukan, misalnya, ternak babi yang sakit justru dikonsumsi dan dibagikan kepada warga yang lain, bahkan dijual ke pasar. Ada juga yang membuang begitu saja di aliran sungai.
"Kami mengimbau para pembeli untuk jangan dulu membeli babi maupun daging babi yang dijual bebas di pasar-pasar karena tidak ada pemeriksaan petugas Keswan," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, Dinas Pertanian Sikka saat ini mendapatkan bantuan vitamin dosis tinggi (biodin) dan desinfektan dari Dinas Pertanian Provinsi NTT.
Salah seorang peternak babi, Wiliam Toka, mengatakan dirinya adalah salah seorang peternak babi yang ternaknya mati akibat terserang virus ASF pada Januari di Desa Reruwairere, Kecamatan Palue.
Sebagai peternak, dirinya meminta Dinas Pertanian Sikka untuk mencari solusi jangka panjang yang efektif untuk mengatasi virus ASF, tidak sekedar meminta peternak menerapkam bio security.
"Kematian ternak babi akibat virus ASF di Sikka sudah terus terjadi, namun hingga kini Dinas Pertanian belum ada langkah efektif yang mampu menyelamatkan ternak babi. Mesti dipahami bahwa ini ternak babi punya nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat," ujarnya.
Penulis: Mario Wihelmus PS
Editor: Bayu Septianto