tirto.id - Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah permintaan kepada pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing dalam ASEAN Leaders Meeting (ALM) di Jakarta, Sabtu (24/4/2021). Salah satunya meminta mereka berdialog dengan rakyat Myanmar yang menentang kekuasaan militer.
“Proses dialog yang inklusif harus dimulai,” ucap Jokowi dalam konferensi pers yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (24/4/2021).
Myanmar Min Aung Hlaing memimpin kudeta militer terhadap pemerintahan terpilih yang dipimpin kelompok pro-demokrasi Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu. Setidaknya 737 warga tewas per Senin kemarin, menurut Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) Burma.
Jokowi mengatakan “perlu dibentuk special envoy ASEAN yaitu Sekjen dan Ketua ASEAN untuk mendorong dialog dengan semua pihak di Myanmar.”
Kemudian, permintaan kedua, “tahanan politik harus segera dilepaskan.”
Permintaan selanjutnya: “Penghentian penggunaan kekerasan dari militer Myanmar, di saat yang sama semua pihak harus menahan diri sehingga ketegangan dapat diredakan.”
Jokowi juga meminta junta militer Myanmar membuka “akses bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang dikoordinir Sekjen ASEAN bersama AHA Center.” AHA Center biasa dikenal sebagai Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management.
Jokowi mengatakan poin-poin yang ia sampaikan sejalan dengan pemikiran para pemimpin ASEAN lain. Pernyataan yang akan disampaikan secara resmi oleh Ketua dan Sekjen ASEAN juga kurang lebih sama dengan apa yang ia sampaikan.
“Kami bersyukur bahwa apa yang disampaikan Indonesia ternyata sejalan dengan apa yang disampaikan para pemimpin ASEAN sehingga dapat dikatakan para pemimpin ASEAN telah mencapai konsensus,” ucap Jokowi.
Saat rapat tingkat tinggi ini berlangsung, di luar gedung pertemuan berbagai kelompok masyarakat menggelar demonstrasi menolak kedatangan Min Aung Hlaing. Namun mereka dibubarkan dari polisi dan ada beberapa yang ditangkap.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino