Menuju konten utama

3 Tips Pulihkan Kondisi Psikologis pada Anak Korban Penculikan

Tips pemulihan kondisi psikologis anak korban penculikan di antaranya berikan kasih sayang lebih hingga cobalah untuk membangun rasa aman.

3 Tips Pulihkan Kondisi Psikologis pada Anak Korban Penculikan
Ilustrasi penculikan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Anak yang pernah menjadi korban penculikan cenderung akan memiliki masalah psikologis. Jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan traumatis berkepanjangan. Terlebih anak korban penculikan yang kemungkinan besar juga mengalami kekerasan fisik hingga pelecehan seksual.

Ketika anak korban penculikan berhasil diselamatkan dan kembali ke pelukan orang tuanya. Anak yang sebelumnya mengalami kejadian tidak menyenangkan, kembali ke lingkungan semula tempat seharusnya dan akan mengalami masa transisi untuk menyesuaikan dirinya kembali.

American Psychological Association (APA)menjelaskan bahwa pada masa transisi ini biasanya akan ada perubahan dari cara berpikir, emosional, dan interaksi anak.

Pasca penculikan cara berpikir anak mungkin saja berubah, gejalanya bisa jadi seperti penolakan, gangguan ingatan, penurunan konsentrasi, menjadi terlalu berhati-hati atau waspada, kebingungan, hingga ketakutan.

Anak juga mungkin mengalami emosi yang kurang stabil seperti mudah terkejut, mati rasa, cemas, marah, tidak berdaya, dan depresi.

Hal lain yang mungkin bisa diperhatikan adalah perubahan interaksi. Anak korban penculikan cenderung menarik diri dari pergaulan, anak akan menghindari keluarga teman, dan sejumlah aktivitas.

Gejala seperti itu sebenarnya adalah hal yang wajar, biasanya akan menurun setelah jangka waktu tertentu. Reaksi yang terjadi mungkin saja bereda tergantung individu masing-masing anak.

Psikolog UGM Edilburga Wulan Saptandari menjelaskan bahwa kasus penculikan perlu dilihat kasus per kasus. Selain itu, perlakuan selama penculikan bisa memengaruhi muncul tidaknya trauma pada anak korban penculikan anak.

Misalnya, lanjut Edilburga, penculik melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun seksual serta perlakuan buruk lainnya, dan hal ini membuat anak korban penculikan bisa lebih rentan mengalami trauma.

Namun hal berbeda akan muncul pada anak korban penculikan yang diperlakukan dengan baik selama penculikan.

APA juga menjelaskan bahwa selama penculikan terjadi, korban bisa saja mengembangkan ikatan secara tidak sadar dengan penculiknya, korban akan sedih jika penculiknya disakiti. Kondisi seperti ini biasanya disebut dengan sindrom Stockholm.

Tips pemulihan kondisi psikologis anak korban penculikan

Pemulihan kondisi psikologis anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Orang tua dan lingkungan sekitar berperan penting untuk mengembalikan kondisi mental anak seperti semula.

Dosen Psikologi Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani menjelaskan dalam keterangan resminya bahwa tindakan awal pemulihan kondisi psikologis yang perlu dilakukan adalah mengamati sikap, perilaku, dan kebiasaan anak. Apakah ada perubahaan setelah dan sebelum kejadian penculikan?

Jika anak kembali beraktivitas seperti biasanya, orang tua bisa lebih tenang karena kemungkinan anak tidak mengalami trauma. Namun lain halnya jika anak menunjukkan gejala yang tidak biasa sebelum dan sesudah penculikan terjadi.

Ratna memberikan tiga tips untuk memulihkan kondisi psikologis anak korban penculikan. Berikut penjelasannya.

1. Menjadi pendengar yang baik

Luangkan waktu untuk menjadi pendengar yang baik bagi anak. Biarkan anak bercerita tanpa perlu memberikan penilaian. Tidak perlu memaksa anak untuk menceritakan secara rinci mengenai kejadian penculikan yang dia alami. Tunggu mereka mengungkapkannya saat memang mereka ingin bercerita.

2. Membangun rasa aman

Bangun rasa aman untuk anak, yakinkan anak bahwa saat ini dia berada di situasi yang baik. Tidak ada bahaya yang mengancamnya. Situasi aman harus dibangun bersama dengan orang-orang di sekitar.

3. Berikan Kasih Sayang

Berikan curahan kasih sayang yang ekspersif agar anak merasa bahwa mereka disayangi. Anak harus mengerti bahwa orang-orang di sekitarnya peduli dan sayang. Ini akan sangat membantu pemulihan pasca trauma.

Jika setelah melakukan sejumlah cara di atas masih belum berhasil, anak masih menunjukkan gejala serius atas trauma penculkan yang dialaminya. Maka, orang tua perlu meminta bantuan Psikolog untuk melakukan terapi dan konseling.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari