tirto.id - Tiga orang anggota TNI yang tergabung dalam Satgas Nanggala dilaporkan tewas saat kontak tembak dengan kelompok bersenjata di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua pada Kamis (7/3/2019).
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Yoshua Sembiring membenarkan telah terjadi kontak tembak yang menyebabkan tiga prajurit TNI tersebut gugur.
"Memang benar ada laporan tentang kontak tembak, namun perkembangannya sejauh mana belum. Silakan hubungi Kapendam [Kepala Penerangan Kodam] karena saat ini [saya] sedang berada di luar Papua," kata Yoshua melalui sambungan telepon, Kamis (7/3/2019).
Saat ditanya perihal adanya laporan sembilan kelompok bersenjata tewas dan lima pucuk senjata api yang dibawa kelompok bersenjata berhasil diamankan oleh TNI, Yoshua membenarkan. Namun, ia mengatakan, untuk informasi dan data yang lebih lengkap silakan bisa menghubungi Kapendam langsung.
Dari data yang dihimpun, sementara ini tiga prajurit dinyatakan gugur dalam kontak tembak dengan kelompok bersenjata. Ketiganya adalah Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin dan Serda Siswanto.
Dalam kontak senjata tersebut dilaporkan sembilan anggota kelompok bersenjata tewas dan lima pucuk senjata api berhasil diamankan.
Lebih dari 20-an kasus telah terjadi sejak 2014 hingga November 2018. Bahkan, data monitoring dan olahan Tim Riset Tirto menunjukkan jumlah kasus membesar pada dua tahun terakhir.
Sepanjang 2017, kekerasan bersenjata telah membunuh tiga aparat Indonesia dan dua orang dari kelompok bersenjata. Pada tahun itu, tercatat ada sembilan kasus yang terekam pemberitaan media.
Pada tahun berikutnya, jumlah korban membengkak. Tercatat ada empat korban warga sipil dan tiga aparat Indonesia. Korban itu muncul dari tujuh kasus yang terjadi hingga November 2018. Data tersebut belum menyertakan insiden di Nduga yang menimpa pekerja pembangunan Trans Papua.
Selama 2014 hingga November 2018, setidaknya 15 warga sipil dan 14 aparat Indonesia menjadi korban tewas dari berbagai insiden kekerasan bersenjata.
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Maya Saputri