Menuju konten utama

100 Lebih Kasus Cacar Monyet di Dunia, Epidemiolog: Bisa Pandemi

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menyebut penyakit endemi cacar monyet sangat mungkin menjadi pandemi jika tak segera dikendalikan.

100 Lebih Kasus Cacar Monyet di Dunia, Epidemiolog: Bisa Pandemi
Ilustrasi Cacar Monyet. foto/IStockphto

tirto.id - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menyebut status endemi terhadap penyakit cacar monyet (monkeypox) merupakan bukan kondisi yang ideal dan aman, bahkan bisa berakibat pandemi pada gilirannya.

Hal ini merespons hampir 20 negara non-endemis telah melaporkan kasus cacar monyet (monkeypox), dengan lebih dari 100 kasus yang terkonfirmasi (confirmed) dan sebagian besar berada di Eropa, dilansir dari kantor berita Reuters, Rabu (25/5/2022).

“Adanya outbreak [kejadian luar biasa] dari monkeypox ini, menunjukkan bahwa pesan pentingnya adalah status endemi itu bukan satu kondisi yang ideal, bukan kondisi yang aman. Yang bahkan cenderung bisa berakibat adanya epidemi, bahkan mungkin jadi pandemi pada gilirannya, suatu penyakit endemi itu,” terang Dicky kepada Tirto saat dihubungi, Kamis (26/5/2022).

Oleh karena itu, dia mengatakan cacar monyet harus dicegah dan harus diberantas, atau dikendalikan. Dia juga menyebut cacar monyet bisa dan sangat berpotensi, serta mungkin terdeteksi kasusnya di Indonesia, walaupun hingga saat ini belum ada kasusnya.

“Ya ini perkara waktu, karena ini kan bicara potensi dari arus globalisasi, dari perilaku yang juga hampir sama semua manusianya,” ucap Dicky.

Hal tersebut menjadikan aspek mitigasi menjadi penting, kata dia. Seperti penyediaan vaksinasinya, penyediaan antiviralnya, deteksinya, serta literasinya menjadi penting.

“Meskipun bahwa potensi ini menjadi pandemi tentu sangat jauh lah ya. Tapi bahwa dia bisa menjadi wabah yang meluas, ya sangat mungkin,” sambung Dicky.

Lanjut dia, terutama karena masa inkubasinya yang lama dan juga kemampuan deteksi dari banyak negara khususnya di luar negara maju masih minim. Dia pun mengimbau agar semua berhati-hati terhadap penyakit cacar monyet.

Sementara itu, dia menerangkan bahwa masa transmisi dari pandemi ke pascapandemi itu tidak serta-merta menghilangkan masalah, karena dampak langsung dan tidak langsung dari pandemi itu tetap ada.

Cacar monyet, menurutnya, memiliki potensi berkaitan dengan dampak langsung atau tidak langsung dari pandemi COVID-19.

“Nah apa keterkaitannya? Ya tentu ini yang harus kita telusuri lebih lanjut,” ujar Dicky.

Dia menjelaskan, bahwa salah satunya ini terjadi di tengah pelonggaran-pelonggaran yang menurut dia terkesan balas dendam terutama di negara-negara maju.

Pelonggaran tersebut membuat orang ingin bepergian ke manapun dan cenderung abai. Di sisi lain, sistem skriningnya juga akhirnya turun level kewaspadaannya karena mungkin “kelelahan”.

“Dan ini yang harus jadi pembelajaran, bahwa surveilans, deteksi dini, perubahan perilaku yang lebih sehat, bersih, ini tidak boleh kita tanggalkan. Bahkan harus kita tingkatkan,” kata Dicky.

“Pesan pentingnya lagi adalah penyakit endemik yang termarginalkan, dikesampingkanlah oleh dunia, itu akan menjadi ancaman bagi seluruh dunia. Dan akhirnya yang rugi dunia itu sendiri,” pungkas dia.

Akan tetapi, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono memiliki pandangan yang berbeda.

Dia justru tak mencemaskan terhadap ratusan kasus cacar monyet di dunia yang sudah terkonfirmasi itu, karena menurut dia dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) dapat menekan risiko penularan penyakit tersebut.

“Tidak perlu dicemaskan, jaga prokes bisa menekan risiko penyakit yang dusebabkan virus,” ujar Pandu kepada Tirto hari ini.

Lebih dari 100 kasus cacar monyet terkonfirmasi di hampir 20 negara non-endemis, terutama Eropa.

Wabah ini meningkatkan kewaspadaan karena cacar monyet menyebar melalui kontak erat. Cacar monyet pertama kali ditemukan pada monyet, sebagian besar terjadi di Afrika Barat dan Afrika Tengah, serta hanya sesekali menyebar di tempat lain.

Berikut daftar negara yang sejauh ini telah melaporkan kasus suspek (dugaan) atau kasus yang terkonfirmasi:

Asia Pasifik

  • Australia pada 20 Mei 2022 melaporkan kasus pertamanya pada seorang pelancong yang baru saja kembali dari Inggris. Kasus lain yang dicurigai juga sedang diidentifikasi.

Eropa

  • Austria mengonfirmasi kasus pertamanya pada 22 Mei 2022.
  • Belanda melaporkan kasus pertamanya pada 20 Mei 2022. Sejak itu mereka telah mengonfirmasi “beberapa” pasien lagi, tanpa menyebutkan jumlah pastinya.
  • Belgia mendeteksi 2 kasus pada 20 Mei 2022.
  • Denmark mengonfirmasi kasus keduanya pada 24 Mei 2022, sehari setelah kasus pertama.
  • Finlandia menemukan kasus pertama yang “sangat mungkin”, kata rumah sakit di distrik Helsinki pada 25 Mei 2022.
  • Inggris mendeteksi 14 kasus baru pada 24 Mei 2022, sehingga total kasus yang teridentifikasi menjadi 70.
  • Italia telah mengonfirmasi 6 kasus pada 25 Mei 2022. Kasus pertamanya terdeteksi pada 19 Mei 2022.
  • Jerman telah mengonfirmasi 3 kasus, dengan yang pertama tercatat pada 20 Mei 2022.
  • Portugal melaporkan 14 kasus baru yang dikonfirmasi pada 23 Mei 2022, sehingga total menjadi 37.
  • Prancis mencatat jumlah kasus terkonfirmasinya naik menjadi 5 kasus pada 25 Mei 2022.
  • Republik Ceko mendeteksi kasus pertamanya pada 24 Mei 2022.
  • Slovenia mengonfirmasi kasus pertamanya pada 24 Mei 2022.
  • Spanyol mengonfirmasi 11 kasus baru di wilayah Madrid pada 24 Mei 2022, sehingga total kasus di negara itu menjadi 48.
  • Swedia mengonfirmasi kasus pertamanya pada 19 Mei 2022.
  • Swiss melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi pada 21 Mei 2022.

Timur Tengah

  • Israel mengonfirmasi kasus pertamanya pada 21 Mei 2022.
  • Uni Emirat Arab (UEA) mendeteksi kasus pertamanya pada 24 Mei 2022, kantor berita negara WAM melaporkan.

Amerika

  • Amerika Serikat (AS) telah mengonfirmasi 2 kasus, yang pertama pada 18 Mei 2022. Kasus ketiga diduga pada 23 Mei 2022.
  • Argentina melaporkan kasus suspek pertamanya pada 23 Mei 2022. Belum ada kasus yang dikonfirmasi di Amerika Selatan.
  • Kanada telah mengonfirmasi 15 kasus di Provinsi Quebec pada 24 Mei 2022. Departemen kesehatan provinsi memperkirakan lebih banyak kasus dari bagian lain negara itu.

Baca juga artikel terkait CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri