tirto.id - Jauh sebelum Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym sohor berkat ceramahnya, pernah ada Kiai Haji Zainuddin MZ. Di tahun 1990-an, wajahnya kerap nongol di televisi, salah satunya dalam sebuah iklan. Tentu saja, wajahnya sangat dikenal jutaan orang Indonesia.
Dalam iklan yang banyak diingat orang itu, Zainuddin berpesan: “Hakikat puasa adalah membentuk manusia yang bertakwa. Intinya pengendalian diri, agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, sekaligus memiliki kepekaan sosial yang tinggi.”
Lebih lanjut, Zainuddin menyebut: “Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kalau di bulan ini diberikan keluasan rizki, jangan lupa! Di sana ada hak anak-anak yatim, janda-janda tua, orang-orang jompo yang tidak mampu. Yang hak itu harus kita berikan kepada mereka.”
Gaya ceramah legendaris Zainuddin dengan pertanyaaan “betul?” pernah ditiru pelawak yang kini jadi pendakwah juga, Kiwil. Zainuddin dikenal generasi yang sudah nonton televisi di tahun 1990-an dan sesudahnya. Ceramahnya amat dinantikan orang-orang Islam masa itu. Selain karena materi yang sederhana, juga karena gaya berceramahnya yang tak jarang mengundang tawa. Saat ini, video ceramahnya mudah ditemukan di YouTube.
Baca juga: Mengapa Para Dai Bisa Amat Populer di Media Sosial
Dari Panggung Ceramah ke Panggung Politik
Membuat orang tertawa memang keahlian Zainuddin. Selain juga berpolitik. Setelah lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, Zainuddin pernah terlibat di beberapa partai politik. Jika pada masa Orde Baru dia lama di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), setelah lengsernya Soeharto, “Zainuddin MZ dan Jafar Badjeber membentuk Partai Bintang Reformasi (PBR) yang pada Pemilu 2004 berhasil merebut 13 kursi di DPR,” tulis Syamsuddin Haris dalam Partai, Pemilu dan Parlemen Era Reformasi (2014: 93). Bahkan, ia sempat dijadikan calon presiden dari PBR.
Di masa Orde Baru, Zainuddin adalah salah satu juru kampanye PPP. Bersama PPP, “Ia terlibat dalam percaturan politik pada tahun 1977,” tulis Mahfudh Syamsul Hadi MR dalam K.H. Zainuddin M.Z.: Figur Daʾi Berjuta Umat (1994: 41).
Sebelum ada PPP, menurut Partai-partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program, 2004-2009 (2004: 329), “dalam Pemilu 1971, ulama kondang ini pernah menjadi juru kampanye (jurkam) untuk partai Nahdlatul Ulama (NU).” PPP merupakan fusi partai-partai Islam: Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan Parmusi.
Baca juga: Walk Out Legendaris NU-PPP di Era Orde Baru
Membanyol dan mendongeng adalah dua hal yang gemar dilakoni Zainuddin remaja. Ketika dirinya belajar di Madrasah Aliyah Darul Ma'arif, sekolah yang berafiliasi dengan Nahdatul Ulama, dia belajar berpidato. Dan latihan berpidato menjadi saluran membanyol dan mendongengnya.“Buku-buku sastra yang dibacanya diungkapkan kembali dalam acara itu,” seperti ditulis dalam buku Dakwah & Politik Da'i Berjuta Umat (1997: 43). Di antaranya karya Di bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya Kapal van der Wijk karya Buya Hamka, Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Kisah Seribu Satu Malam, bahkan cerita silat Khoo Ping Ho.
Dari beberapa tokoh Islam dia belajar pidato, seperti K.H. Syukron Ma'mun, K.H. Idham Chalid, Buya Hamka; juga tokoh nasionalis Sukarno. Waktu duduk di kelas dua MA, antara akhir 1960-an, Zainuddin dapat tugas sekolah untuk mengisi pengajian di sekitar daerah Cipete dan Cilandak. Zainuddin tak menyangka pidatonya menyentuh hati masyarakat (Dakwah & Politik Da'i Berjuta Umat, 1997: 44). Penampilan berpidatonya punya daya tarik dan kerap dapat aplaus.
“Saya belum terpikir akan ke arah itu sebagai jalan hidup,” aku Zainuddin dalam Dakwah & Politik Da'i Berjuta Umat (hlm. 45). Lebih penting baginya untuk bisa bicara, lalu membuat orang tertawa. Sementara materi nomor dua. Zainuddin muda pun akhirnya sering diundang pengajian dari kampung ke kampung.
Lahirnya Dai Sejuta Umat
Kuliahnya boleh saja berantakan karena ceramah sana-sini, tapi bintang Zainuddin sebagai penceramah sudah benderang sekitar 1975. Dia makin memperoleh tempat di hati masyarakat sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Virgo Record tahu nilai jual ceramahnya. Zainuddin pun diajak rekaman. Tak hanya Virgo Record, Naviri Record pun menawarinya. Honor dari rekaman bisa bikin Zainuddin naik haji bersama istrinya.
Kaset-kaset ceramah Zainuddin lalu menyebar luas. Tak perlu mengundang Zainuddin untuk mendengar ceramah kocaknya. Cukup beli kasetnya saja di pasar. Kaset-kaset ceramah Zainuddin juga kerap diputar di radio-radio swasta. Selain radio-radio, atau rumah-rumah warga yang punya tape recorder, langgar atau masjid pun memutarkan kaset-kasetnya. Lewat toa pengeras suara, kuping orang Islam di kampung-kampung akan mendengar dengan diiringi senyum karena gaya dakwah yang memancing tawa.
Baca juga:
- Tak Ada Demo dan Dakwah Tanpa Toa
- Acara Dakwah jadi Program Hiburan, Lahirlah Ustaz Seleb
- Sejarah Dangdut, dari Dakwah hingga Goyang
Jadwal ceramahnya pun makin padat. Tak hanya kawasan sekitar Jabodetabek saja. Daerah luar Jawa, seperti Ternate, jadi sasarannya. Koordinator pusat dan daerah akhirnya diadakan untuk mengatur jadwal ceramah. “Biar tidak ada daerah yang kering dakwah,” aku Zainuddin. Sudah pasti Zainuddin makin populer. Selain suaranya terdengar di radio, sosok Zainuddin juga nongol di film Nada dan Dakwah (1991) bersama penyanyi dangdut Rhoma Irama.
“Saya kira Zainuddin M.Z. ini sudah memasuki dunia show, bukan lagi dakwah. Unsur yang utama adalah entertainment, hiburan, bukan isi informasinya. Jadi, kalau isi pembicaraannya yang panjang lebar itu kita simpulkan, mungkin cuma jadi satu baris. Ada juga unsur dakwahnya, tetapi kecil,” tulis Jalaluddin Rakhmat dalam Catatan Kang Jalal: Visi Media, Politik, dan Pendidikan (1997: 491).
Di dunia hiburan Indonesia, belakangan Zainuddin apes. Gosip miring antara dirinya dengan penyanyi dangdut Aida Saskia sempat ramai. Lepas dari itu, Zainuddin dianggap selebritis dalam dunia hiburan nasional. Meski namanya besar bukan karena sensasi, melainkan berkat ceramahnya.
Zainuddin meninggal pada 5 Juli 2011, tepat hari ini 7 tahun lalu, setelah menderita komplikasi jantung dan diabetes. Namanya dikenang sebagai pendakwah hebat hingga hari ini.
Editor: Ivan Aulia Ahsan