tirto.id - Usia Kiran baru 19 tahun dan ia masih SMA. Ketimbang menjalani pendidikan di sekolah formal, ia memilih jalur homeschooling. Sistem ini membuat Kiran hanya bersekolah setiap Sabtu. Hari-hari lain ia gunakan untuk syuting ragam program televisi, iklan, atau film. Aktivitas ini biasanya dijalaninya empat sampai lima hari dalam seminggu. Acara yang pernah ia ikuti di antaranya sinetron Jodoh Wasiat Bapak (ANTV), FTV Cermin Kehidupan (Trans7), dan reality show Katakan Putus (Trans TV).
Sejak kecil Kiran sudah tahu ia ingin jadi artis. Saat itu sang ibu belum mengizinkannya jadi bintang televisi karena menilai menjadikan buah hati sebagai artis sama artinya mengeksploitasi anak. Langkahnya untuk melayari industri hiburan baru direstui ibunya saat ia berusia 17 tahun. Ia membekali diri dengan berlatih peran di sebuah sanggar seni. Setelahnya ia ikut sekolah akting.
Saat di sekolah akting inilah Kiran diberitahu ada agen pencari bintang televisi. Ia pun mulai rajin menyebar portofolio ke pelbagai agen. Sampai akhirnya salah satu agen menelepon dan memintanya tampil di acara Rumah Uya, beberapa waktu lalu.
Kiran menyanggupi. Menurutnya, tampil di acara realitas berguna untuk mengasah kemampuan akting. Ia bermimpi jadi bintang film layar lebar. Tapi, ia sadar ia masih perlu banyak pengalaman. Selagi belum lolos audisi film, tak ada salahnya mengambil peran kecil berdurasi satu jam.
Kiran bercerita saat menghadiri salah satu episode Rumah Uya, program acara realitas di Trans7 yang dipandu Uya Kuya itu, ia hanya diberitahu garis besar cerita. Kalimat yang diucapkan sepanjang acara adalah kreativitasnya. Hari itu ia melatih diri untuk secara lihai mengekspresikan rasa gundah dan marah serta meluapkannya kepada para pemain lain yang tak ia kenal sebelumnya.
Hampir sepanjang acara, kedua alisnya nyaris menyatu. Mulutnya dibuat tetap tak tersenyum meski jeda iklan tiba. Ia berupaya mempertahankan perasaan khawatir agar tetap masuk akal dengan cerita.
Perempuan yang pernah membawakan acara program fesyen ini menganggap skenario cerita yang disampaikan kepadanya adalah kisah nyata. Hanya saja, untuk keperluan program, ia diminta untuk mereka ulang adegan.
Sekitar 15 menit usai syuting, Kiran bersama ibunya berjalan menuju area parkir motor. Sudah waktunya pulang. Rumah mereka di kawasan Cibubur, jauh dari lokasi syuting di Mampang, Jakarta Selatan. Setidaknya uang transportasi yang diterimanya, antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta, bisa menutupi biaya perjalanan tersebut.
Kisah Kiran serupa yang dijalani Dara, perempuan dari Medan dan baru saja menuntaskan pendidikan kedokteran. Sembari menunggu pengumuman kelulusan, ia datang ke Jakarta untuk melihat peluang pekerjaan sebagai model atau bintang layar kaca.
Saya berjumpa dengan Dara beberapa hari lalu di lokasi syuting Rombak Warung, acara realitas yang tayang di GTV. Dara berperan sebagai wanita yang bertugas mewawancara pemilik warung tentang kisah hidupnya. Ini kali pertama Dara mendapat panggilan pekerjaan sebagai bintang di reality show.
Ia berkata akting adalah salah satu kegemarannya. Sebelum impian sebagai dokter kecantikan terwujud, menurut Dara, tak ada salahnya menjalani profesi sebagai figur publik.
Dara enggan terikat dengan agen. Sampai sekarang ia lebih nyaman jadi freelance talent. Setiap minggu, ia rutin datang ke tempat tinggalnya di sebuah apartemen di kawasan Pakubuwono, Kebayoran, Jakarta Selatan. Bukan untuk istirahat, tetapi menjalani panggilan pekerjaan.
Di samping Dara, ada pula Putri Amelia. Di akun Instagram, Putri menulis beberapa prestasi seperti Miss Tourism Queen of The Year Indonesia 2016 dan Miss Sport Tourism Indonesia 2016. Pada tahun yang sama Putri mulai mengambil pekerjaan sampingan sebagai model, pembawa acara, dan penyanyi.
Seiring waktu, perempuan yang punya latar pendidikan teknik ini mengembangkan diri sebagai bintang layar kaca. Setelah sempat tampil jadi bintang tamu di sebuah acara reality show, ia beberapa kali mendapat panggilan sebagai pembawa acara pendamping sekaligus arsitek dan desainer interior acara Rombak Warung. Di acara ini ia mendapatkan ruang untuk mengasah keterampilan sebagai pembawa acara televisi.
Peluang untuk tampil di muka publik juga dimanfaatkan Reza Rahasia. Namanya sempat jadi perbincangan setelah Reza mengunggah tayangan video konfirmasi usai mengikuti acara Karma, acara realitas di ANTV. Video yang sudah ditonton 1,4 juta orang ini mengungkap bahwa perkataan Roy Kiyoshi, sang pembawa acara Karma, tidak sepenuhnya tepat. Pada tayangan yang sama ia berkata 30 persen isi acara Karma ialah rekayasa.
Ia bersyukur karena Karma membuka jalannya untuk jadi bintang. Setelah acara dan video tersebut tayang, Reza mendapat banyak permintaan untuk berbagi informasi terkait hal-hal mistis. Ia lantas merancang konten laman YouTube dengan serius. Kini akun tersebut punya 10.000 pengikut.
Ia punya beberapa program andalan, yakni tayangan "uji nyali" dan "tafsir mimpi". Program ini dikemas dengan mendatangi serta mengulas "kehadiran" makhluk halus di sebuah bangunan kosong untuk menunjukkan ke pemirsa bahwa tayangan mistis yang dibuatnya tidak penuh gimmick, minim rekayasa, minim adegan reka ulang.
Sepuluh tahun belakangan, Reza sering mengikuti beragam acara realitas, di antaranya Termehek-Mehek (Trans TV), Masih Dunia Lain (Trans7), dan Pro Warriors (NET). Ia selalu mengingat pengalaman mengikuti program Masih Dunia Lain. “Sebelum syuting, kami seperti diberi terapi psikis agar kami takut. Mata kami ditutup. Lantas kami ditaruh di sebuah ruangan dan diperdengarkan dengan suara-suara gaduh. Saat hendak masuk ke ruang uji nyali, saya diminta untuk berpura-pura takut."
Reza mengaku ia indigo. Hal ini yang membuatnya sulit merasa takut. Hal ini pula yang akhirnya membuat ia yakin untuk menjadi YouTuber acara mistis.
“Saya juga mau mengedukasi orang tentang hal-hal gaib dan menolong orang yang kesusahan atau menderita karena hal gaib seperti susuk atau santet,” ujarnya.
Sarana 'Berbuat Baik' pada Reality Show
Bagi para talent, acara realitas bisa saja jadi loncatan untuk masuk ke industri hiburan. Tetapi, bagi beberapa pembawa acara, program reality show adalah sarana untuk "berbuat baik."
Itu diungkapkan Billy Kalangi, seorang chef selebritas yang berperan sebagai pembawa acara Rombak Warung. Dalam program tersebut, ia diharuskan merancang menu baru. Ia juga mesti "mengedukasi" sang pemilik warung dalam hal memilih dan mengolah bahan masakan.
Tugas itu membuat Billy berpikir lebih keras. Ia harus bisa bersiasat menciptakan menu enak dengan harga di bawah Rp10 ribu; harga lazim bagi warung-warung pinggir jalan yang jadi target acara tersebut. Hal seperti ini tentu tidak terjadi saat Billy membintangi sejumlah acara lain yang membebaskannya untuk mengkreasikan berbagai menu dengan bahan makanan premium.
“Sikap para target memang bermacam-macam. Ada yang tidak kooperatif atau menyebalkan. Ada juga yang baik. Tapi, buat saya, menjadi presenter acara seperti ini bisa menghasilkan kepuasan tersendiri. Saya belajar empati dan membantu orang lain juga,” kata Billy yang kali pertama terlibat dalam reality show.
Perkataan itu senada dengan ucapan Kris Hatta, presenter acara realitas Uang Kaget di RCTI. Kris menilai ia merasa bersyukur. “Salah satu target yang saya ingat adalah satu anak muda yang ibunya mengalami gangguan jiwa. Buat saya hidup dia berat dan dari situ saya bisa belajar lebih menghargai hidup."
Setelah menjadi pembawa acara Uang Kaget, Kris kerap diminta menjadi pembawa acara keagamaan di televisi. “Mungkin ini pengaruh orang yang menganggap Mr. Money—sebutan bagi pembawa acara Uang kaget—seperti superhero. Sehingga tawaran acara yang datang setelah itu pun sifatnya bernuansa kebaikan,” ujar pria yang semula berprofesi sebagai aktor ini.
Begitupun Ratna Listy, yang sempat jadi pembawa acara Bedah Rumah (GTV). Ia mengisahkan pada 2004 ketika Helmy Yahya, orang yang malang melintang dalam industri hiburan televisi dan kini menjabat Direktur Utama TVRI, meneleponnya dan meminta menjadi pembawa acara derma tersebut.
Ratna berkata "beruntung" terlibat dalam acara itu, "Saya mendapatkan banyak pelajaran, dari hal sepele seperti tidak menyisakan makanan sampai hal besar semacam mengasah kepedulian sosial.”
Ia bangga konsep acara itu diadaptasi oleh program serupa. "Saya senang terlibat dalam aksi membantu orang lain, dan bangga karenanya," ujar Ratna yang membawakan acara Bedah Rumah selama delapan tahun.
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Fahri Salam