tirto.id - TPS 37 Pasar Kaget di bilangan Ayub, RT 03 RW 8, Rawa Belong, Jakarta Barat, menjadi catatan tersendiri dalam Pilkada DKI Jakarta. Di TPS inilah, dulu, Ahok didemo oleh sejumlah orang yang mengaku warga asli dan menolak kedatangannya bertemu warga sambil berteriak takbir "Allahu Akbar".
Lantaran penolakan itu, Ahok pun mempercepat kunjungannya, bahkan ia diamankan ke dalam mikrolet M24 tujuan Grogol-Srengseng dan dibawa ke Polsek Kebon Jeruk. Karena penghadangan itu Ketua RT 01/07 bernama Dayat yang hendak menenangkan massa pun terluka pada pelipis sebelah kanan yang membuatnya harus divisum dan dilarikan ke rumah sakit.
Namun pada gelaran Pilgub Jakarta, Rabu (15/2/2017), di TPS 37 masih sepi. Belum banyak warga yang ke luar rumah untuk mencoblos. Menurut salah satu penjaga TPS, michropone mushola sedang terganggu, sehingga belum bisa memberi tahu warga dengan maksimal untuk datang ke TPS. Pemilih di TPS 37 sampai pukul 09.00 baru mencapai 120 pemilih dari total 474.
"Mohon maaf kepada para pemilih untuk tidak menggunakan atribut kampanye. Karena ini sudah masa pencoblosan, bukan kampanye lagi," kata ketua KPPS TPS 37 yang enggan disebutkan namanya.
Beberapa warga yang baru hadir bertanya kepada tugas KPPS tentang tatacara pencoblosan. Mereka yang bertanya kebanyakan mengaku keluarganya belum terdaftar sebagai pemilih tetap.
"Mohon diperhatikan kertas suaranya dalam kondisi baik, tidak ada bolongan, tidak ada cacat," kata ketua KPPS.
Sampai pukul 09.30 belum ada pemilih tambahan yang akan memilih. Berdasarkan peraturan Bawaslu dan KPUD DKI Jakarta, seseorang yang belum terdaftar bisa ikut sebagai pemilih tambahan jika ia membawa surat pengantar dari Disdukpil atau e-KTP dan KK.
Warga yang mencoblos juga diminta untuk tidak membawa tas dan ponsel. Ini juga peraturan yang diminta oleh Bawaslu. Bang Husein, penjaga TPS yang bertugas berulang kali memperingatkan warga untuk tidak foto di bilik coblosan. "Hapenya sini'in, mau mati juga, ini tugas." katanya.
Waras Widodo, (34), warga RT 3 RW 8, melakukan pencoblosan di TPS 37. Ia memutuskan memilih sebagai tanggung jawab warga,"Ini kan menentukan masa depan gubenur (Jakarta)," katanya.
Waras sudah 13 tahun tinggal di ibukota ia datang bersama anak dan istrinya yang juga orang Jakarta. Keduanya mengaku memilih tanpa paksaan siapapun.
Tentang penolakan terhadap Ahok yang sempat terjadi di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat itu ia mengaku tidak tahu apa-apa.
"Tentang dia (Ahok) Saya pribadi ga ada masalah," lanjutnya.
Waras merupakan warga pendatang, sebelumnya ia merupakan warga Kebumen, Jawa Tengah.
Tak jauh dari TPS 37, ada TPS 32 yang bertempat di Yayasan Bina Siswa, Jakarta Barat. Tempat pencoblosan berada di salah satu ruang kelas. Di TPS ini merupakan tempat pencoblosan bagi warga, RT 3 RW 7. Ada 593 orang yang terdaftar sebagai pemilih tetap dengan komposisi 304 laki laki dan 289 perempuan.
Salah satu warga, Ade Sulaiman, 29 tahun, mengaku datang ke TPS sekitar pukul 10.00. Seperti pemilu-pemilu di tahun sebelumnya, Ade selalu ikut mencoblos.
"Tujuan kita kasih perubahan untuk Indonesia, terutama Jakarta. Kalo dari muda ga ambil bagian gimana nanti," katanya.
Ade juga tahu tentang kabar penolakan Ahok di lingkungan tempat ia tinggal. Secara pribadi Ade mengaku tak ada masalah dengan calon nomor urut dua itu. Ia mengaku bahwa selama ini ia juga punya sikap terhadap calon dukungannya.
"Sebenarnya beda pendapat adalah warna dan setiap orang punya pemikiran beda," kata Ade.
Ia sendiri mempertimbangkan dua hal dalam memilih, pertama kepribadian si calon dan kedua rekam jejaknya.
"Tiga calon ini bukan orang baru. Sepak terjangnya," katanya.
Tentang Ahok ia merasa memang ada sesuatu padanya. "Cara bicaranya (Ahok) terhadap umat muslim, taulah. Kalau dari cara kerja sih ga ada masalah," lanjutnya.
Dewi (33 tahun) juga mencoblos di TPS 32. Pada pemilihan gubenur DKI Jakarta sebelumnya ia memilih Jokowi. Kali ini ia ingin Jakarta jadi lebih baik, seperti tempat tinggal yang nyaman.
"Secara pribadi (saya) ga ada masalah (terhadap Ahok). Selama kerjanya bagus ga ada masalah," katanya.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Agung DH