tirto.id - Jumlah pemudik yang memanfaatkan transportasi udara tahun ini menurun. Seminggu sebelum Lebaran, berdasarkan data terakhir Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, penumpang di 36 bandara nasional menurun 21,1 persen dibanding tahun lalu.
Penumpang rute domestik seminggu sebelum lebaran sebanyak 231.578 penumpang, padahal pada hari yang sama tahun sebelumnya mencapai 289.552. Enam hari jelang Lebaran, penumpang hanya 180.102, padahal tahun sebelumnya 298.257 orang.
Selain jumlah penumpang, angka penerbangan pun lebih sedikit. Sepekan sebelum Lebaran hanya tercatat 1.870 penerbangan di 36 bandara. Angkanya turun 17,77 persen dibanding h-7 Lebaran 2018 yang mencapai 2.274.
Bersamaan dengan itu, jumlah pemudik jalur darat dan laut meningkat. Per 30 Mei kemarin, Jasa Marga mencatat lalu lintas GT Cikampek Utama mengalami kenaikan 144,9 persen dari 23.439 kendaraan di hari normal menjadi 57.405 kendaraan. Untuk arah selatan dari Jakarta, GT Ciawi Jalan Jagorawi juga naik 18,81 persen dari 28.087 hari normal menjadi 33.370 di H-7 Lebaran.
Sementara di laut, Pelni memprediksi kenaikan penumpang pada momen mudik 2019 bisa mencapai 3,5 persen, atau jadi 625.599 penumpang dari sebelumnya 604.202. Kepala Kesekretariatan Pelni Yahya Kuncoro mencatat kenaikan jumlah penumpang dibanding tahun lalu sudah terasa sejak h-15.
“Penumpang Pelni naik 28 persen sejak H-15 hingga H-6, penumpang yang diangkut mencapai 196.630, tahun lalu 152.901," kata Yahya, Kamis (30/5/2019).
Karena Tiket Pesawat Mahal
Apa penyebab fenomena ini? Pada 23 Mei lalu, Direktur Utama Perum Damri Setia N. Milatia Moemin, mengatakan pengguna bus akan naik 10 persen karena harga tiket pesawat yang mahal. Tiket pesawat mahal bikin orang berpikir dua kali untuk naik pesawat, lantas beralih ke moda transportasi darat atau laut.
“Ada sedikit lonjakan pada permintaan bus antarkota-antarprovinsi sekitar 10 persen karena tiket pesawat yang melonjak,” kata Setia.
Harga tiket pesawat yang melambung memang ramai dibicarakan warganet. Tiket Bandung-Medan, misalnya, bisa dijual enam kali lipat dari hari biasanya. Pun dengan tiket Jakarta-Makassar.
Pengguna Twitter dengan akun @masinusina adalah salah satu yang mengeluhkan kenaikan ini.
“Tahun ini banyak yang batal mudik antarpulau gara-gara tiket pesawat mahal, yes. Gue yang di Jawa juga biasanya mudik pakai pesawat, tahun ini naik kereta. Tol Trans Jawa bakal ramai, nih, kayaknya,” kata @masinusina.
Usman, adalah salah seorang yang beralih moda transportasi. Pada mudik Lebaran tahun ini, Usman memilih naik kapal saja, padahal biasanya pesawat. Dia sudah memegang tiket KM Kelud yang berangkat dari Batam menuju Medan.
“Biasaya saya pulang naik pesawat bersama anak dan istri. Karena harga tiketnya mahal ya kami terpaksa menggunakan kapal laut untuk pulang,” ucap Usman seperti dikutip dalam Antara.
Tidak seperti Usman, Caca (22), yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta, memang tetap akan pakai pesawat untuk pulang ke kampungnya di Medan, Sumatera Utara. Tapi itu pun terpaksa.
“Enggak beralih. Soalnya kalau ke Medan (via non-udara) bisa berhari-hari,” kata Caca saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (31/5/2019).
Oni (23), pegawai swasta di Makassar, Sulawesi Selatan, lain lagi. Dia mengaku tidak akan pulang ke kampungnya di Bandung.
“Enggak balik juga salah satunya karena tiket [pesawat] mahal sih,” kata Oni kepada reporter Tirto.
Menurut Google Flight, harga tiket pesawat rute Makassar-Bandung selama Lebaran berada di kisaran Rp2-3 juta untuk maskapai Garuda dan Lion Air.
Hal serupa akan dilakukan Danang (39), pria asal Solo yang bekerja di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dia mengaku harga tiket pesawat Tanjung Pinang-Solo yang biasanya Rp800 ribu kini mencapai Rp2 juta. Kesempatan menggunakan jalur laut pun pupus usai ia mengetahui Pelni tidak membuka rute langsung ke kotanya.
“Saya punya istri dan dua orang anak. Kalau dihitung-hitung memerlukan biaya sekitar Rp18 juta untuk mudik ke Solo,” katanya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana Pramesti mengakui adanya penurunan ini. Namun ia tetap yakin pertumbuhannya tak bakal negatif.
“Tahun ini prediksi penumpang dibandingkan tahun lalu tumbuh, tapi tumbuhnya lebih kecil daripada tahun sebelumnya,” kata Polana.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino