Menuju konten utama

Wisata ke "Surga Jakarta" Berbuah Bencana

Minggu pagi, 1 Januari 2017, ratusan orang menumpang kapal Zahro Express menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu untuk merayakan Tahun Baru. Tapi belakangan kapal yang mereka tumpangi terbakar. Puluhan nyawa melayang.

Wisata ke
Kapal motor Zahro Express saat bersandar. Foto/redytourpulauseribu.com

tirto.id - Minggu pagi, 1 Januari 2017, ratusan orang menumpang kapal Zahro Express menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu untuk merayakan Tahun Baru.

Pulau Tidung hanya seluas 109 ha, tapi di sana "surga" yang tak jauh dari Jakarta itu bisa ditemukan: dua pulau kecil--Pulau Tidung besar dan Pulau Tidung--terhubung dengan jembatan, penduduk menamainya "jembatan cinta". Di pulau seukuran desa itu, pengunjung bisa pula menikmati pantai dengan sepeda.

Di sana pula jernih air laut dan pasir putih masih bisa dilihat, berbeda 180 derajat dengan Muara Angke, tempat kapal-kapal menuju Pulau Tidung diberangkatkan.

Pagi itu cerah pukul 06.30 WIB, nakhoda kapal Zahro Express mengajukan permohonan keberangkatan kapal tujuan Pulau Tidung. Setengah jam selanjutnya kapal bertolak dari Muara Angke. Kapal diperkirakan akan berlabuh di Pulau Tidung tiga jam setelahnya sekitar pukul 10.00 WIB.

Tapi pada pukul 08.35 WIB petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta menerima laporan: kapal Zahro Express terbakar di koordinat 06 04' 776" S / 106 46' 243" E.

Pemadam kebaran lantas meluncurkan 10 mobil pemadam kebakaran dan satu unit kapal pemadam kebakaran untuk memadamkan api kapal Zahro Express.

Sementara itu di lokasi kejadian, dari video-video detik-detik terbakarnya kapal diketahui, nampak bagian atas kapal terbakar. Asap mengepul tinggi, sementara kapal-kapal lain di dekatnya mencoba menolong para korban.

"Asap mengepul dari bagian mesin. Penumpang panik dan berhamburan," kata Lauren, korban selamat.

Sementara jaket pelampung tak mencukupi untuk seluruh penumpang. Akhirnya di antara mereka nekat menceburkan diri ke laut berenang. Sebagian dari mereka berhasil selamat setelah ditolong kapal nelayan.

Pada pukul 10.24 WIB, bangkai Kapal Zahro Ekpress ditarik ke Pelabuhan Kali Adem oleh KNP 348. Bangkai itu sampai Pelabuhan Kali Adem dua jam setelahnya. Dari foto-foto yang beredar nampak bagian atas kapal ludes dimakan api. Tak satu pun kursi penumpang berbahan fiber itu tersisa.

Belakangan, Petugas piket Pusat Pengendalian Operasional dan Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD DKI Jakarta Seply Madreta kepada Antara di Jakarta, menyampaikan jumlah korban akibat kebakaran Kapal Zahro Express di Muara Angke, Jakarta Utara.

"Betul, 23 orang meninggal, 17 orang luka-luka, 17 orang hilang dan 194 orang selamat," ujarnya.

Manifest Penumpang Kapal Zahro Ekspress Tak Jelas

Soal jumlah korban pasti kebakaran kapal wisata itu sebenarnya belum jelas betul. Pelaksana Tugas Kepala Kantor SAR Jakarta Hendra Sudirman mengatakan pencarian korban masih diteruskan mengingat manifest penumpang kapal tersebut belum diketahui.

"Awalnya bilang 100 penumpang, lalu berubah jadi 240 dan 16 hilang, tapi ternyata yang dikeluarkan barusan 20 kantong jenazah. Jadi manifestnya masih belum diketahui," kata Hendra kepada Antara.

Menurut dia 20 kantong jenazah yang baru dikeluarkan dari kapal tidak termasuk dua jenazah yang ditemukan terlebih dulu. Sehingga belum bisa disebutkan secara pasti berapa sebenarnya korban dari kapal yang terbakar ini.

Pihaknya mengaku pencarian masih terus dilakukan dari tim gabungan Basarnas, PMI, Kepolisian, dan lainnya. Pencarian dilakukan di kapal naas yang sudah dipadamkan dan bersandar di dermaga Pelabuhan Muara Angke maupun di lokasi perairan terjadinya kebakaran.

Karena persoalan ini pula Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono yang mendatangi pusat evakuasi korban kapal Zahro Ekpress langsung menyoroti kesimpangsiuran manifest kapal--termasuk kemungkinan terjadinya kelebihan jumlah penumpang.

Menurutnya, di manifes yang ada, hanya ada 100 penumpang di kapal tersebut. Namun, berdasarkan penuturan saksi-saksi, kapal tersebut mengangkut lebih dari 100 penumpang.

"Kenyataanya setelah saya tanya, ada sekitar 200-an penumpang. Jadi memang ada perbedaan manifest dengan penumpang yang di kapal," kata Soerjanto.

Manifest penumpang itu penting untuk tidak menyulitkan pelbagai pihak, karenanya polisi kini telah menahan nahkoda kapal Zahro Express, Muhammad Nali. Ia akan dicecar karena kelalaiannya menjadi nahkoda puluhan nyawa melayang.

Baca juga artikel terkait KAPAL ZAHRO EKSPRESS atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH