Menuju konten utama

Wiranto Menuding, Benny Wenda dan OPM Menjawab

Wiranto menuding Benny Wenda menggerakkan TPNPB-OPM. Namun TPNPB-OPM tak pernah akui Wenda sebagai pemimpin mereka.

Wiranto Menuding, Benny Wenda dan OPM Menjawab
Menko Polhukam Wiranto (kiri) berbincang dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, sebelum Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) tingkat menteri di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (30/9/2019). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/ama.

tirto.id - Menko Polhukam Wiranto menuding Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda sebagai dalang kerusuhan di Wamena, Papua. Dia menganggap Benny telah menginstruksikan, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau yang disebut pemerintah sebagai, kelompok kriminal bersenjata (KKB) untuk melakukan hal itu.

"Mereka dapat instruksi dari Benny Wenda untuk menyerang pendatang dan kerusuhan di kota-kota. Termasuk media sosial," ujarnya di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2019).

Meski begitu, Wiranto berujar, hingga kini pemerintah masih terus mengejar orang-orang yang diduga turut memprovokasi kerusuhan di Wamena. Dia berharap, warga turut bergerak di sosial media untuk mendinginkan suasana.

"Serangan-serangan itu kan kemarin dilakukan oleh KKB, kelompok bersenjata mereka," imbuhnya.

Dampak kerusuhan di Wamena tersebut, terdapat 11.410 orang yang mengungsi ke luar Papua. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Penerangan (Kapen) Lanud Silas Papare Mayor Sus Rindar Noor di Jayapura, kemarin. Selain itu, ribuan warga lainnya masih mengungsi di beberapa institusi pemerintahan daerah Papua.

"Dua ribuan pengungsi tersebut tersebar di 13 titik atau tempat pengungsian," kata Sus Rindar Noor seperti dikutip dari Antara.

"Saya Tidak Pernah Keluarkan Perintah Operasi"

Benny Wenda menegaskan, ia tak menginstruksikan penyerangan terhadap sipil di Papua. Apalagi di Wamena.

"Saya tidak pernah keluarkan perintah operasi untuk membunuh rakyat yang tidak berdosa yang hanya tandang ke Papua untuk cari hidup," kata Benny ketika dihubungi reporter Tirto, Selasa (8/10/2019).

"Keterlibatan saya tidak ada bukti," tuturnya.

Wenda berulang kali menegaskan kembali, musuh utamanya untuk memerdekaan Papua ialah: Kolonialisme. Bagi dia, pemerintah Indonesia telah menjajah Tanah Papua, sejak 1 Desember 1961.

"Keberadaan pemerintah Indonesia dan militer di Papua dalam hukum internasional adalah ilegal," tuturnya.

Ini tudingan kedua Wiranto terhadap Wenda. Awalnya Wiranto menuding Wenda sebagai "provokator" protes besar-besaran di Papua terkait tindak pidana rasisme di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, pada Jumat (16/8/2019). Wenda menganggap wiranto telah, "Lempar batu sembunyi tangan". Model kepemimpinannya diragukan.

TPNPB-OPM Tak Akui Benny Wenda

Penanggung Jawab Politik TPNPB-OPM Romanak Jefrey tak mengakui Benny Wenda sebagai pemimpin mereka. Menurutnya TPNPB-OPM berdiri sendiri.

"OPM hanya mengakui militer West Papua yang resmi berdasarkan konstitusi 1 Juli 1971 yang berjuang sejak tahun 1960-an hingga detik ini masih eksis adalah TPNPB," kata Jefrey dalam suratnya kepada reporter Tirto, Rabu (2/10/2019).

Sedangkan Panglima TPNPB-OPM Kodap Sinak Bridgen Militer Murib menegaskan, perang yang mereka lakukan bukan di wamena, melainkan Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Saling serang dengan TNI dan Polri itu terjadi sejak 23 September lalu hingga kini.

Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengklaim, perang itu telah merenggut nyawa dua aparat keamanan Indonesia.

"Dalam keadaan kritis dan untuk sementara dirawat di Rumah sakit di Ilaga, Papua. Dan pihak TPNPB-OPM belum ada yang korban," kata Sebby kepada reporter Tirto, Senin (7/10/2019).

Selain itu, kata Sebby, mereka telah membakar rumah dan kios milik warga, bangunan sekolah, serta gedung pemerintahan di Ilaga. Tuntutan mereka, pemerintah Indonesia harus angkat kaki dari Sorong hingga Samarai.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi & Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dieqy Hasbi Widhana