tirto.id - Corona COVID-19 dan influenza memiliki kemiripan dalam hal menularkan virus ke manusia, yakni melalui tetesan kecil cairan dari hidung dan mulut seseorang yang sedang sakit
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui keterangan resminya di laman WHO yang dikutip Rabu (4/3/2020).
Meski memiliki persamaan, kata Tedros, ada beberapa perbedaan dari kedua virus tersebut.
Pertama, COVID-19 tidak seefisien influenza penularannya, di mana orang yang terinfeksi dan belum sakit adalah pendorong utama penularan, sedangkan untuk kasus COVID-19 tidak begitu.
“Bukti dari Cina hanya 1 persen dari kasus yang dilaporkan tidak memiliki gejala, dan sebagian besar dari kasus tersebut mengalami gejala dalam 2 hari,” jelasnya.
Ia menyebutkan, beberapa negara mencari kasus COVID-19 menggunakan sistem pengawasan untuk influenza dan penyakit pernapasan lainnya. Negara-negara seperti Cina, Ghana, Singapura dan lainnya menemukan sangat sedikit kasus COVID-19 di antara sampel tersebut atau tidak ada kasus sama sekali.
Satu-satunya cara untuk memastikannya adalah dengan mencari antibodi COVID-19 pada sejumlah orang, dan beberapa negara sekarang melakukan penelitian tersebut.
“WHO telah mengembangkan protokol tentang bagaimana studi ini harus dilakukan, dan kami mendorong semua negara untuk melakukan studi ini dan membagikan datanya,” terang Tedros.
Kemudian, perbedaan utama kedua adalah COVID-19 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada influenza musiman.
Sementara banyak orang secara global telah membangun kekebalan terhadap jenis flu musiman, COVID-19 adalah virus baru yang tidak memiliki kekebalan.
“Itu berarti lebih banyak orang yang rentan terhadap infeksi, dan beberapa akan menderita penyakit parah,” imbuhnya.
Secara global, sekitar 3,4 persen dari COVID-19 kasus dilaporkan telah meninggal. Sebagai perbandingan, flu musiman umumnya membunuh jauh lebih sedikit dari 1 persen mereka yang terinfeksi.
“Perbedaan ketiga, kami memiliki vaksin dan terapi untuk flu musiman, tetapi saat ini tidak ada vaksin dan tidak ada pengobatan khusus untuk COVID-19. Namun, uji klinis terapi sekarang sedang dilakukan, dan lebih dari 20 vaksin sedang dalam pengembangan,” terang dia.
Kemudian perbedaan terakhir, lanjutnya, virus influenza tidak mungkin dikendalikan, sementara virus corona sangat mungkin dikendalikan.
"Penyebaran COVID-19 tidak seefisien influenza, penularannya tampaknya tidak didorong oleh orang yang tidak sakit, sehingga menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada flu, serta belum ada vaksin untuk mengendalikannya. Itu sebabnya WHO merekomendasikan pendekatan yang komprehensif,” pungkas Tedros.
Editor: Agung DH