Menuju konten utama

WHO Rilis Daftar 12 Bakteri yang Resistan Antibiotik

WHO merilis daftar bakteri yang dianggap sebagai ancaman terbesar kesehatan manusia. Sebabnya, bakteri tersebut resistan terhadap obat yang digunakan untuk melawan infeksi.

WHO Rilis Daftar 12 Bakteri yang Resistan Antibiotik
Ilustrasi. Petugas laboratorium Rumah Sakit Husada memeriksa jenis bakteri yang belum teridentifikasi di Jakarta, Rabu (8/2). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan daftar 12 bakteri yang menimbulkan ancaman terbesar bagi kesehatan manusia karena resistan terhadap antibiotik.

WHO mengkategorikan bakteri ke dalam kelompok prioritas kritis, tinggi, dan menengah, sesuai dengan mendesaknya kebutuhan untuk antibiotik baru. Dua belas bakteri itu memiliki kemampuan untuk menemukan cara-cara baru melawan pengobatan dan dapat menyampaikan materi genetik yang memungkinkan bakteri lain untuk menjadi resistan terhadap obat juga.

Para ahli kesehatan sebelumnya telah memperingatkan bahwa resistansi bakteri terhadap obat yang digunakan untuk melawan infeksi bisa menyebabkan ancaman yang lebih besar bagi umat manusia dari kanker. Jika antibiotik kehilangan efektivitas mereka, prosedur medis utama (termasuk transplantasi organ, operasi Caesar, penggantian sendi dan kemoterapi) bisa menjadi terlalu bahaya untuk dilakukan.

Tim Jinks, kepala infeksi resistan obat di Wellcome Trust, mengatakan, “Tanpa obat yang efektif, dokter tidak dapat mengobati pasien. Dalam satu generasi tanpa antibiotik baru, kematian akibat infeksi yang resistan terhadap obat bisa mencapai 10 milyar setahun. Tanpa obat-obatan baru untuk mengobati infeksi yang mematikan, menyelawatkan nyawa melalui kemoterapi dan transplantasi organ atau operasi Caesar dan pinggul akan berakibat fatal,” seperti dilansir dari laman The Guardian.

Kelompok yang paling penting termasuk bakteri resistan menimbulkan ancaman tertentu di rumah sakit dan panti jompo. Bakteri dalam daftar ini dapat menyebabkan infeksi parah dan sering mematikan, misalnya infeksi aliran darah dan pneumonia. Sedangkan bakteri yang dianggap prioritas tinggi dan menengah menyebabkan penyakit yang lebih umum seperti gonore dan keracunan makanan yang disebabkan oleh Salmonella.

Asisten direktur jenderal WHO untuk Sistem Kesehatan dan Inovasi, Dr Marie-Paule Kieny mengatakan, “Daftar ini adalah alat baru untuk memastikan penelitian dan pengembangan dalam merespon kebutuhan kesehatan masyarakat yang mendesak”.

“Resistansi antibiotik terus tumbuh dan kami kehabisan pilihan pengobatan. Jika kita menyerahkan kepada kekuatan pasar saja, antibiotik baru yang paling mendesak tidak akan sempat dikembangkan,” tambahnya.

WHO mengatakan bahwa pihaknya berharap daftar tersebut akan memacu pemerintah untuk menempatkan kebijakan dalam mendorong pengembangan obat baru.

Sekitar 700.000 orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat infeksi yang resistan terhadap obat, dan jika tidak ada tindakan yang diambil, telah diperkirakan bahwa infeksi tersebut akan membunuh 10 juta orang per tahun pada 2050 mendatang.

Adapun daftar bakteri yang dikeluarkan WHO adalah sebagai berikut.

Tiga bakteri dianggap prioritas penting :

Pseudomonas aeruginosa, carbapenem-resistant

Enterobacteriaceae, carbapenem-resistant, ESBL-producing

Acinetobacter baumannii, carbapenem-resistant

Enam bakteri dianggap prioritas tinggi :

Enterococcus faecium, vancomycin-resistant

Staphylococcus aureus, methicillin-resistant, vancomycin-intermediate and resistant

Helicobacter pylori, clarithromycin-resistant

several species of Campylobacter, fluoroquinolone-resistant

Salmonellae, fluoroquinolone-resistant

Neisseria gonorrhoeae, cephalosporin-resistant, fluoroquinolone-resistant

Tiga bakteri dianggap prioritas menengah:

Streptococcus pneumoniae, penicillin-non-susceptible

Haemophilus influenzae, ampicillin-resistant

Shigella, fluoroquinolone-resistant

Baca juga artikel terkait BAKTERI SALMONELLA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari