Menuju konten utama

Warga Keberatan Jalan di Stasiun Tanah Abang Ditutup

Pemprov DKI Jakarta memulai penutupan Jalan Jati Baru Raya meski belum ada sosialisasi ke seluruh warga yang terdampak.

Warga Keberatan Jalan di Stasiun Tanah Abang Ditutup
Kebijakan penutupan jalan Jatibaru Raya di depan Stasiun Tanah Abang, Jumat (22/12). tirto.id/Lalu Rahadian

tirto.id - Penutupan Jalan Jati Baru Raya yang terletak persis di depan Stasiun Tanah Abang resmi diberlakukan hari ini (22/12), dari pukul 08.00 sampai 18.00. Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini bisa jadi berkah bagi para Pedagang Kaki Lima (PKL), tapi tidak dengan yang lain.

Said, Ketua RW 04, Kelurahan Kampung Bali, Tanah Abang, mengatakan penutupan itu ditolak sebagian warga karena akses jalan ke tempat tinggal jadi tertutup. Ada 11 RT dengan 800 kepala keluarga yang terdampak kebijakan jangka pendek itu. Salah satunya adalah RT 10 yang akses masuknya berada tepat di pinggir Jalan Jati Baru Raya, depan stasiun Tanah Abang.

"Dari semalam saya masih mikirin, karena warga masih ada yang pro kontra," kata Said saat ditemui Tirto di kediamannya, Jumat (22/12/2017).

Warga RT 01 juga menyatakan keberatan yang sama. Bahkan sejak awal bulan lalu, Ketua RT-nya getol menolak rencana Pemprov dan menyampaikan keberatan itu ke pihak kecamatan. "Karena dia memang orangnya vokal. Dia sudah pernah sampaikan itu ke kecamatan," kata Said.

Aduan tersebut tidak ditanggapi. Menurut Said, pihak kecamatan tidak bisa memenuhi keinginan Ketua RT dan sebagian warga karena soal penataan kawasan Stasiun Tanah Abang sudah dibicarakan bersama PKL dan pihak terdampak lain, termasuk soal penutupan jalan.

Nina, salah seorang warga RT 10 yang rumahnya berjarak 100 meter dari Jalan Jati Baru Raya, menolak penutupan ini karena takut terjadi sesuatu yang tidak terduga terhadap ibunya yang sudah tua.

"Khawatirnya kalau ada apa-apa ya, kan kita enggak tahu sakit datangnya bisa siang, pagi, malam. Enggak mungkin kan kalau orang tua sakit harus jalan," ujarnya. Belum lagi kalau misal terjadi kebakaran. Penutupan jalan membuat mobil damkar lebih sulit menjangkau lokasi.

Menurutnya Pemprov memikirkan hal-hal hingga sedetail itu sebelum menerapkan kebijakan. "Kalau bisa jangan selamanya begini [jalan ditutup] lah. Secepatnya sih [dibuka lagi]," imbuhnya.

Bukan cuma warga, penolakan juga disuarakan pedagang pemilik kios.

Rio, salah satu pedagang, mengatakan kalau pendapatan mereka terancam menurun lantaran para pejalan kaki lebih memilih berbelanja di depan stasiun. Ia berdagang dengan resmi sehingga merasa harus lebih diperhatikan. "Gubernur kalau bikin kebijakan itu dipikirkan dulu. Orang enggak bisa lewat, ke sini jauh, ya kita yang 'mati'," kata Rio.

Penutupan Jalan Jati Baru juga mempersulit bongkar muatan barang. "Kalau gini kita musti nunggu sampai sore. Jam kerja nambah, biaya nambah. Harusnya kita yang diajak komunikasi. Bukan yang di jalan (PKL)," ujarnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak mau ambil pusing terhadap penolakan itu. Ia kembali mengatakan kalau penutupan hanya dilakukan dari pukul 08.00-18.00, atau dengan kata lain tidak mengganggu aktivitas warga seharian penuh.

Kepentingan warga yang tinggal di kawasan tersebut, ujar Anies, juga tetap diakomodasi dengan adanya 10 shuttle bus Transjakarta.

"Karena itulah penutupannya tidak dimulai jam 6 pagi tapi jam 8 pagi. Supaya semua bisa memiliki akses," kata Anies usai meninjau kawasan tersebut pagi tadi.

Baca juga artikel terkait PENATAAN TANAH ABANG atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Rio Apinino