tirto.id - Hong Kong kembali gelar sejumlah demonstrasi pada Jumat (23/8/2019), diantaranya aksi para akuntan turun ke jalan di pusat pemerintahan Hong Kong dan "Baltic Chain", yang mana para demonstran berjalan sambil bergandengan tangan di wilayah Pecinan.
Melansir Aljazeera, unjuk rasa sambil bergandengan tangan tersebut terinspirasi dari protes yang terjadi pada 1989, saat dua juta orang bergandengan tangan sepanjang tiga negara bagian Baltic untuk menentang penguasa Soviet Unioin, yang kemudian dikenal dengan Baltic Way atau Baltic Chain.
Para demonstran juga berencana akan mengacaukan transportasi di bandara akhir pekan nanti. Para demonstran pergi ke bandara dengan berbagai cara, seperti naik MRT, bus bandara, taksi, dan sepeda, serta mobil pribadi untuk meningkatkan tekanan pada transportasi bandara.
Tidak hanya itu, pada Kamis (22/8/2019), beberapa pemimpin sekolah mengumumkan mereka akan mogok mengajar menjelang ajaran baru dimulai. Sebagian lainnya khawatir tentang garansi kebebasan di bawah "satu negara dua sistem" yang dianut Hong Kong saat ini, yang berporos pada Cina.
Unjuk rasa yang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan sejak Juni lalu ini menyebabkan beberapa masalah bagi Hong Kong, seperti turunnya aktivitas pariwisata dan pembatalan rencana bisnis.
Yang terbaru, pedagang perhiasan internasional mencari penjadwalan ulang pekan raya dagang karena 40 persen peserta pameran mengatakan akan mundur.
Demo Hong Hari ini, para pengunjuk rasa kembali mengulangi lima tuntutan yang diajukan, yaitu menghapus RUU Ekstradisi sepenuhnya, meminta legislatif yang pro-Cina mundur dari pemerintahan, mencabut label "rusuh" dari para demonstran, memakai jasa penyidik independen untuk menyelidiki tindak kekerasan polisi selama demonstrasi berlangsung, dan reformasi politik.
Selain itu, unjuk rasa berlarut-larut juga membuat Cathay Pacific menjadi korban. Selama demonstrasi berlangsung, Cina meningkatkan pengawasan atas keterlibatan staf operator dalam demonstrasi.
Pada Jumat (16/8/2019), Rebbeca Sy, Kepala Asosiasi Pelayan Penerbangan Cathay Dragon mengundurkan diri dari perusahaan, disusul oleh CEO Cathay, Rupert Hogg, Reuters melaporkan.
Beberapa perusahaan, bank-bank besar, dan pengembang properti telah menyerukan pemulihan hukum dan ketertiban. Event yang rencananya digelar di Hong Kong terpaksa batal atau dijadwalkan ulang karena banyak peserta yang batal untuk hadir.
Di sisi lain, Cina memperingatkan bahwa intervensi Beijing akan dilakukan, dengan pasukan militer yang siaga di perbatasan Shenzhen jika demonstrasi dianggap semakin tidak teratur.
Carrie Lam, pemimpin Hong Kong sempat menawarkan diri untuk berdiskusi mengenai kondisi yang berlangsung, namun sejauh ini masih mengabaikan tuntutan dari para demonstran.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora