tirto.id - Presiden Joko Widodo mengumumkan pusat pemerintahan akan dipindahkan ke Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara kemarin. Sebelumnya pun sudah beredar desain ibu kota baru.
Namun, dari paparan tersebut ibu kota baru dinilai hanya akan mengulang kesalahan Jakarta.
"Akan jadi sama saja [dengan Jakarta]," kata Manajer Kampanye Perkotaan, Tambang dan Energi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dwi Sawung di kantornya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Selasa (27/8/2019).
Misalnya dalam paparan tersebut tidak tampak sumber energi terbarukan yang digunakan di ibu kota baru.
Sawung menduga, batu bara akan lagi-lagi digunakan sebagai sumber listrik utama.
Sawung pun mengingatkan, saat ini saja setidaknya sudah ada dua PLTU yang berada di sekitar ibu kota baru, tepatnya di dekat Balikpapan dan dekat Samarinda. Selain itu ada pula rencana pembangunan PLTU di Kalimantan Utara.
"Jadi kalau kita bilang polusi udara parah, jadi ketika pindah ke sana dia juga sedang merancang polusi udara yang sama dengan di Jakarta," kata Sawung.
Selain itu, dalam paparan tersebut juga belum terlihat bagaimana pengelolaan air limbah.
Menurutnya, hal ini fatal sebab Jakarta pun tidak merencanakan hal itu dan kini air limbah menjadi masalah.
Jaringan transportasi massal pun belum terlihat. Selain itu jarak antar gedung yang tampak jauh dan dihubungkan dengan jalan menunjukkan ibu kota baru dibangun berorientasi pada penggunaan mobil, bukan kendaraan umum dan pejalan kaki.
Sawung sadar paparan yang beredar di masyarakat memang masih kasar. Namun dia menilai tak akan ada banyak evaluasi oleh pemerintah.
Sebab, paparan itu sudah jadi gambaran umum soal ibu kota baru. Menurutnya, jika nanti ada desain yang lebih rinci, itu akan tetap berdasar pada desain awal yang beredar itu.
"Kalau idenya masih gimana caranya kendaraan enggak macet, ya dari ide aja dia belum memasukkan memudahkan manusia. Nah dari ide dasar saja dia salah," pungkasnya.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno