Menuju konten utama

Waketum Gerindra Soal Cawapres: Anies Lebih Layak dari Kader PKS

Dari sembilan kader yang disodorkan PKS, tidak ada yang elektabilitasnya cukup tinggi untuk mendampingi Prabowo.

Waketum Gerindra Soal Cawapres: Anies Lebih Layak dari Kader PKS
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) bersiap menghadiri acara Rapat Kerja Nasional Bidang Advokasi dan Hukum DPP Gerindra di Jakarta, Kamis (5/4/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Sejumlah politikus Gerindra memastikan belum terjadi kesepakatan dengan PKS tentang penentuan capres-cawapres. “Belum diputuskan. Kan masih harus duduk dengan partai lainnya. Kan ada PAN, bisa jadi ada partai lain,” kata Riza kepada Tirto, Rabu (25/4).

Riza memastikan penentuan cawapres Prabowo tidak hanya dilakukan lewat komunikasi bersama PKS tapi juga partai lain. Ini menurutnya penting guna menghindari konflik di antara partai-partai koalisi pengusung Prabowo di Pilpres 2019. “Maka semua partai nanti akan sepakat dan legowo bahwa calon yang terbaik dari yang baik-baik ini,” ujar Riza.

Senada dengan Riza, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Gerindra Andre Rosiade memastikan Prabowo belum memutuskan siapa orang yang akan ia pilih sebagai cawapres. “Yang jelas cawapres Pak Prabowo akan diputuskan beliau bersama dengan parpol koalisi. Bisa saja dengan PKS. Tapi itu mekanismenya,” kata Andre.

Menurut Andre, sampai sekarang Gerindra masih memperkuat dukungan untuk Prabowo dengan membangun komunikasi ke partai-partai lain seperti PAN dan Demokrat.

Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono menilai kabar bahwa PKS dan Gerindra sudah sepakat soal capres dan cawapres hanya sebatas klaim. Ia beralasan Gerindra belum pernah membahas secara khusus Sembilan nama capres yang diajukan PKS. Padahal untuk menentukan cawapres harus melalui kajian yang serius dan matang.

“Kan harus dibahas person to person. Dari segi kemampuannya, elektoralnya, jaringan, penerimaan masyarakat,” kata Arief.

Arief bahkan terang-terangan menilai Anies Baswedan lebih layak menjadi cawapres Prabowo ketimbang sembilan nama yang diajukan PKS. Menurutnya, dari safari politik Prabowo ke daerah-daerah banyak masyarakat dan kader yang menyampaikan keinginan mendukung pasangan tersebut.

“Secara survei kan memang tinggi Pak Prabowo dengan Anies Baswedan," kata Arief.

Survei Litbang Kompas, Selasa (24/4/2018) menyatakan elektabilitas Anies sebagai cawapres Prabowo berada di angka 6,8% setelah Gatot Nurmantyo. Nama berikutnya adalah nama Wiranto dengan 4,5 persen dan Agus Yudhoyono dengan 3,9 persen. Tidak ada satu pun dari sembilan nama yang ditawarkan PKS masuk dalam 10 besar cawapres pendamping Prabowo.

"Saya yakin PKS akan terima. Kan Anies ini separuh Gerindra dan separuh PKS. Kami kan mengusung dia bersama," kata Arief.

Tidak hanya itu, menurut Arief, secara kepentingan politik, PKS juga masih diuntungkan jika Prabowo memilih Anies. Sebab, jika Anies menjadi wapres, posisi wakil gubernur DKI Jakarta akan diisi oleh kader PKS, sementara Sandiaga Uno naik menjadi gubernur.

"Kalau Pak Prabowo menang dan Pak Sandiaga jadi menteri, kan gubernurnya PKS dan wakilnya Gerindra. Itulah enaknya partai sahabat. Saling menguntungkan," kata Arief.

Namun, Ketua DPP PKS bidang Politik Pipin Sopian percaya kader PKS akan menjadi cawapres Prabowo. Pipin mengklaim jika Prabowo memilih Ahmad Heryawan sebagai cawapres, maka seluruh kader PKS akan serempak mendukung pasangan tersebut. "Saya percaya dia [Aher] akan menaikkan elektabilitas capres pasangannya," kata Pipin.

Sebaliknya, Pipin tidak bisa menjamin dukungan penuh kader terhadap Prabowo jika bukan Aher yang dipilih sebagai cawapres. Namun, saat didesak perihal sikap resmi PKS jika kadernya tak menjadi cawapres, ia tak bisa memastikan.

"Nanti kami lihatlah. Kami nanti ada kejutan. Tapi nanti yang penting duduk bareng. Kan kedudukannya harus setara," kata Pipin.

Gerindra Perlu PKS, Tetapi...

Untuk mencalonkan Prabowo sebagai presiden, Gerindra butuh berkoalisi, dan partai yang paling memungkinkan untuk menjadi partner adalah PKS. Jumlah kursi Gerindra hanya 73, sedangkan untuk memenuhi 20 persen syarat ambang batas pencalonan presiden, dibutuhkan 112 kursi parlemen. PKS memiliki kursi sebanyak 40 di parlemen.

"Ketika melihat proporsi suara yang dimiliki PKS dan Gerindra, PKS harganya jadi sangat mahal. Jadi, menurut saya memang terjadi politik tarik ulur antara PKS dan Gerindra," kata Direktur Charta Politica Yunarto Wijaya kepada Tirto.

Di sisi lain, kata Yunarto, PKS menginginkan kadernya untuk menjadi cawapres Prabowo. PKS tak mau jadi sekadar penyumbang suara dan penggembira kemenangan saja. "Ini kan bukan masalah mendapatkan kemenangan saja. Tapi porsi dalam kemenangan itu. Kalau tidak ada kader yang ada di situ, buat apa menang," kata Yunarto.

Namun, Gerindra belum melihat peluang kemenangan jika Prabowo dipasangkan dengan salah satu dari sembilan nama yang djajukan PKS. Seperti yang dikatakan Arief Poyuono, pasangan Prabowo-Anies masih menjadi opsi terbaik mencapai kemenangan.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Muhammad Akbar Wijaya & Maulida Sri Handayani