tirto.id - Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Mabes Polri, Irjen Pol Suntana mendeteksi terdapat gerakan yang berpotensi mengintervensi pemilu di tempat pemungutan suara (TPS).
Ia menyebut, gerakan tersebut dengan nama ‘Rabu Putih’. Namun, ia tidak menyebutkan inisiator dan organisasinya.
Dalam kegiatan itu, lanjut dia, massa akan berkumpul di masjid untuk menunaikan Salat Subuh pada hari yang telah ditentukan.
Mereka, kata dia, lalu berkeliling mendatangi TPS dan mengintimidasi rakyat untuk tidak datang ke TPS, sehingga tak menggunakan hak pilih. Gerakan itu, kata dia, harus diwaspadai lantaran masyarakat berhak menggunakan hak pilih.
"Itu terkesan seperti upaya mengintimidasi calon pemilih untuk tidak datang ke TPS untuk menggunakan haknya," ucap Suntana dalam 'Rakornas Bidang Kewaspadaan Nasional dalam Rangka Penyelenggaraan Pemilu 2019', di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Ia melanjutkan pemerintah dan aparat dapat menjamin hak pilih masyarakat. "Tidak boleh ada intimidasi apapun oleh kelompok manapun. Tolong diwaspadai kegiatan yang mengatasnamakan agama," tegas Suntana.
Dua kubu paslon Pilpres mengakui menggunakan sebutan gerakan 'putih' pada hari pencoblosan.
Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong membenarkan adanya tulisan dari Joko Widodo menginstruksikan pendukungnya mengenakan baju berwarna putih saat hari pencoblosan Pilpres 2019.
Instruksi ini ditulis Jokowi setelah melaksanakan kampanye terbuka pada hari pertama, Minggu (24/3/2019), di Banten, Jawa Barat.
"Saya menyebutnya elemen of surprise, mengatakan begini ‘Pilih yang pakai baju putih, pilih yang pakai baju putih, kita adalah putih, putih adalah kita'," ucap Usman kepada Tirto, Rabu (27/3/2019).
Juru Kampanye Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Alkhaththath meminta pemilih 02 untuk datang ke TPS mengenakan pakaian serba putih.
"Kalau TPS sudah putih, masjid ulama sudah putih, maka jin setan tidak berani melakukan kecurangan," kata Al Khaththath dalam orasinya pada awal Maret lalu.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Zakki Amali