Menuju konten utama

Wabah Flu Babi Serang Asia, dari Vietnam hingga Cina

Flu babi menyerang Vietnam, Cina, Kamboja hingga Korea Selatan.

Wabah Flu Babi Serang Asia, dari Vietnam hingga Cina
Babi di Peternakan. [Foto/istock]

tirto.id - Negara-negara Asia berupaya untuk mencegah wabah flu babi. Pemerintah Hanoi, Vietnam telah memusnahkan 2,6 juta babi guna mencegah penyakit ini.

Sedangkan laporan dari Cina mengatakan, 1 juta babi mati karena flu babi yang sangat berbahaya ini.

Dilansir dari APNews, kasus flu babi pertama kalinya dilaporkan di timur laut Cina, Agustus pada 2018. Wabah flu babi juga telah menyerang Hong Kong, Taiwan, Korea Utara, Kamboja, dan Mongolia.

Organisasi pangan dan Pertanian PBB (FAO) melaporkan, wabah flu babi ini sudah menyebar hingga Laos.

Sebagai produsen daging babi terkemuka, Cina dan Vietnam sangat terpukul dengan berkurangnya pasokan daging babi karena harus memusnahkan babi dalam jumlah yang besar.

Harga babi di pasar secara global pun telah melonjak hingga 40 persen, hal ini kemudian menyebabkan daging babi menjadi langka.

“Ini adalah wabah penyakit hewan terbesar dalam sejarah,” ujar Dirk Pfieffer, ahli epidemiologi veteriner di City University of Hong Kong.

“Kami tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya,” tambahnya.

Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian AS, sejak Agustus 2018, terdapat 139 laporan wabah flu babi dari 32 provinsi di Cina.

FAO memperkirakan, tahun ini populasi babi di Cina akan menyusut sebanyak 18 persen menjadi 350 juta ekor, angka ini menjadi yang terendah sejak 1980-an .

Menurut Rabobank, bank Belanda, populasi babi di Cina tahun ini mungkin akan menurun hingga 35 persen. Cina sangat khawatir wabah flu babi ini menjadi semakin tidak terkendali.

Vietnam melaporkan pada pertengahan Mei 2019, 1,2 juta babi atau sekitar 5 persen dari keseluruhan jumlah ternak babi di Vietnam telah mati atau dimusnahkan.

Perwira militer dan polisi pun telah dimobilisasikan untuk membantu mengatasi wabah flu babi tersebut.

“Pemusnahan massal babi di Vietnam tentunya dapat membuat banyak petani tenggelam dalam kemiskinan”, ujar Wantanee Kalpravidh, Koordinator Regional FAO Pusat Darurat Hewan Penyakit Lintas Batas.

Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phuc mendesak pihak berwenang untuk mencegah penyakit yang telah menyebar ke 58 provinsi dari jumlah keseluruhan 63 provinsi, untuk menghindari terjadinya epidemik.

“Kami harus mencegah dan memerangi wabah ini seperti melawan musuh,” tegas Phuc kepada para pejabat kabinet.

Peternak Ngyuen Van Hoa mengatakan dari jumlah keseluruhan babi yang dimilikinya, terdapat tiga babi yang mati karena flu babi. Namun, pihak berwenang memusnahkan 40 ekor babi lain yang menjadi miliknya.

Babi-babi yang dimusnahkan selama sebulan terakhir ini kemudian dikubur secara masal di daerah My Duc, Vietnam.

Industri babi di Vietnam memiliki nilai yang cukup tinggi, yaitu 18 miliar dolar AS, hal ini kemudian menjadikannya menjadi salah satu industri terbesar di dunia.

Menurut laporan resmi FAO, di Kamboja lebih dari 2.400 babi telah mati atau dimunsahkan sejak april 2019.

Sedangkan, di Hong Kong, 10.700 babi telah dimusnahkan oleh pihak berwenang dalam dua wabah flu babi terakhir.

Sedangkan di Korea Selatan, wabah ini menghancurkan industri babi dengan total 6.300 peternakan yang memelihara lebih dari 11 juta babi.

Thailand, dan negara-negara lain yang masih terbebas dari wabah ini telah mengambil tindakan pencegahan yang kuat. Termasuk melarang mengimpor dagi babi, sosis, ham, atau bacon yang mengandung babi.

Sorawit Taneeto, direktur jenderal Departemen Pengembangan Peternakan Thailand, mendesak orang untuk bekerja sama dengan tentara di pos pemeriksaan di provinsi perbatasan dan daerah karantina Bandara di Thailand untuk membantu proses inspeksi.

Baca juga artikel terkait FLU BABI atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH