Menuju konten utama

Virus Nipah Mengganas di India

Wabah Nipah pertama kali diidentifikasi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia pada 1998 silam. Ditularkan oleh babi dan kelelawar.

Virus Nipah Mengganas di India
Ilustrasi kelelawar buah. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Negara bagian Kerala di India diguncang wabah Nipah. Per Jumat (25/5), sudah ada 11 orang korban yang meninggal dunia.

Pemerintah setempat telah mengeluarkan imbauan untuk melarang para wisatawan mengunjungi empat distrik Kozhikode, Malappuram, Wayanad dan Kannur di Kerala untuk menekan penyebaran virus Nipah lebih luas lagi.

"Bepergian ke setiap bagian Kerala aman. Namun, jika wisatawan ingin ekstra hati-hati, ada empat distrik yang mungkin harus dihindari," kata Menteri Kesehatan Rajeev Sadanandan dikutip dariThe Times of India.

Virus ini diduga pertama kali menyerang keluarga V. Moosa yang tinggal di distrik Kozhikode. Sejak 5 Mei kemarin, sebanyak empat anggota keluarga termasuk Moosa dirawat di Rumah Sakit Perambra Taluk dan semuanya kini meninggal dunia.

Moosa adalah yang terakhir dilaporkan meninggal dunia pada Kamis (24/5) kemarin. Bahkan Lini Puthussery, seorang perawat yang menangani salah satu putra Moosa juga turut meninggal dunia karena tertular Nipah.

Di rumah Moosa, petugas menemukan sebuah sumur dengan banyak bangkai kelelawar di dalamnya. Sumur inilah yang diduga kuat menjadi pusat penyebaran utama virus Nipah yang kini telah merenggut belasan nyawa, dilansir NDTV.

Setidaknya ada 23 pasien yang terkait gejala Nipah dan kini dalam perawatan di berbagai rumah sakit di Kerala per Jumat (25/5). Dua orang yang sempat dinyatakan positif Nipah kondisinya terus kritis.

World Health Organization (WHO) menyatakan Nipah sebagai satu dari delapan penyakit prioritas yang dapat menyebabkan epidemi global, di samping Ebola dan Zika.

Asal-Usul Nipah

Menurut World Health Organization (WHO), wabah Nipah pertama kali diidentifikasi terjadi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia pada 1998 silam. Nama kampung itulah yang kemudian dipakai untuk memberi nama virus baru tersebut. Kala itu, dari 265 orang yang terjangkit Nipah, 105 diantaranya meninggal dunia.

Dalam kasus wabah Nipah di Malaysia, inang atau perantaranya adalah babi. Sembilan puluh persen dari 265 kasus berasal dari lingkungan peternak babi.

Di Bangladesh pada 2004, orang terinfeksi setelah mengkonsumsi getah kurma yang sudah terkontaminasi oleh kelelawar buah yang lebih dahulu terinfeksi Nipah. Dari 209 kasus di Bangladesh, 161 orang meninggal dunia.

Sebenarnya bukan kali ini saja India diserang Nipah. Pada 2001 silam, distrik Siliguri di negara bagian Bengal Barat disambangi Nipah, disusul pada 2007 di distrik Nadia. Dari total 71 kasus, 50 meninggal dunia.

Kasus terbaru di Kerala ini sekaligus menunjukkan proses penularan Nipah dari hewan ke manusia (zoonosis) dan kemudian antar-manusia.

Bila ditotal, wabah Nipah telah merenggut lebih dari 300 orang baik di Malaysia, Singapura, Bangladesh, dan India antara 1998 sampai 2008.

Infeksi Nipah menyebabkan peradangan otak yang disebut ensefalitis. US Centers for Disease Control and Prevention memaparkan, masa inkubasi Nipah berkisar antara 5-14 hari, dilanjutkan dengan kemunculan penyakit antara 3-14 hari yang ditandai dengan demam dan sakit kepala, diikuti rasa kantuk, disorientasi dan perasaan linglung.

Di fase awal infeksi, beberapa penderita mengalami sakit pernapasan dan menunjukkan beberapa tanda gangguan syaraf dan paru-paru hingga koma dalam waktu 24-48 jam. Gejala ini bisa mereda, tetapi virusnya akan tetap tinggal dalam tubuh dan suatu saat bisa aktif lagi. Puncaknya, orang yang terinfeksi akut oleh virus Nipah akan mati dalam hitungan bulan atau tahun.

Upaya memecahkan asal-usul Nipah yang pertama kali menyerang Moosa sekeluarga masih terus dilakukan. Pemeriksaan sampel hewan baik kelelawar maupun ternak peliharaan lainnya yang diteliti di National Institute of High Security Animal Diseases, Bhopal, menunjukkan hasil negatif.

Namun, para ahli di Departemen Kesehatan menyatakan hasil pemeriksaan itu masih sementara. Para pejabat kesehatan juga akan memeriksa riwayat Mohamed Sabith, putra Moosa yang pertama kali terinfeksi Nipah dan meninggal dunia.

Diketahui Sabith pulang ke rumah setelah bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu, dilansir dari The Hindustan Times.

Ketakutan Massal

Wabah Nipah di Kerala pun menciptakan problem lain: ketakutan massal. Sebagaimana dilaporkan oleh The Times of India, sejumlah perawat yang mengurus pasien terindikasi Nipah telah dikucilkan. Beberapa staf di bagian krematorium juga enggan mengkremasi jenazah pasien Nipah.

Cerita lain datang dari salah seorang perawat di Rumah Sakit Perambra, distrik Kozhikode, tempat di mana para korban virus Nipah meninggal dunia dirawat. Saat sang perawat menaiki bus, para penumpang protes dan memutuskan turun dari bus. Begitu pula dengan penarik becak yang enggan melayani para perawat.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga Karnataka, negara bagian tetangga Kerala turut menyarankan para perawat dan mahasiswa dari daerahnya yang bekerja di Kerala agar tidak pulang ke rumah untuk sementara waktu. Mereka juga diperintahkan untuk menjauhi distrik Kozhikode dan Malappuram yang dianggap sebagai zona berbahaya.

Namun menurut Amjad, Ketua Persatuan Perawat Karnataka, aturan tersebut tidak benar. Para perawat masih diperbolehkan pulang dari Kerala dan disarankan untuk tidak kembali ke sana lagi.

infografik teror nipah

Sementara itu, sejak jumat lalu para perawat dan mahasiswa kedokteran di Karnataka sudah dilarang mengunjungi Kerala hingga dua bulan ke depan. Dilansir dari The News Minute, aturan ini juga berlaku untuk para staf rumah sakit di Karnataka. Alasannya, untuk meminimalisir potensi kemungkinan Nipas memasuki Karnataka.

Dampak lainnya, banyak rumah sakit di distrik Kozhikode yang mengalami penurunan jumlah pasien. "Orang-orang ketakutan dan bereaksi," kata Jayasree Vasudevan, petugas medis distrik Kozhikode.

Beberapa panduan tindakan pencegahan sebenarnya sudah dikeluarkan oleh WHO dan Centers for Disease Control and Prevention. Petugas medis diwajibkan memakai masker dan sarung tangan ketika menangani pasien Nipah. Begitu selesai, mereka juga harus segera mencuci tangan, baju, mug, dan lainnya dengan sabun anti-bakteri.

Pencegahan lain yang bisa dilakukan oleh khalayak umum adalah tidak memakan buah yang jatuh langsung dari pohon, khususnya jika terdapat bekas gigitan kelelawar buah, atau tidak menyeduh minuman di bawah pohon palem tempat habitat kelelawar, dan lain sebagainya. Orang yang terlanjur terinfeksi juga wajib dilarikan ke ruang isolasi di rumah sakit.

Sampai saat ini, belum ada obat yang dapat menangkal infeksi virus Nipah. Penelitian dan pengembangannya baru akan segera dimulai di Kerala.

Baca juga artikel terkait WABAH atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf