tirto.id - Perusahaan bioteknologi AS Moderna melaporkan hasil awal tes klinis pertama dari pengujian vaksin terhadap novel Coronavirus yang telah dilakukan pada sejumlah kecil sukarelawan pada Senin (18/5/2020).
Hasilnya, kandidat vaksin dari Moderna yang diberi nama mRNA-1273 itu menghasilkan respons kekebalan pada delapan orang yang menerimanya dan hal ini serupa dengan yang terlihat pada orang yang sembuh dari virus COVID-19.
"Data sementara Fase 1 ini menunjukkan bahwa vaksinasi dengan mRNA-1273 menimbulkan respons kekebalan terhadap besarnya yang disebabkan oleh infeksi alami," kata kepala petugas medis Moderna Tal Zaks seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (19/5/2020).
"Data ini memperkuat keyakinan kami bahwa mRNA-1273 memiliki potensi untuk mencegah penyakit COVID-19 dan memajukan kemampuan kami untuk memilih dosis untuk uji coba penting," tambah Zaks.
Perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts ini mengatakan, vaksin mRNA-1273 secara umum aman, dapat ditoleransi dengan baik, dan bahwa pasien hanya menderita kemerahan atau rasa sakit akibat suntikannnya.
Dalam sebuah konferensi pers virtual, CEO Moderna Stephane Bancel menyatakan, tes pendahuluan menginspirasi keyakinan bahwa mRNA-1273 memiliki probabilitas tinggi untuk memberikan perlindungan terhadap virus.
"Kami tidak bisa lebih bahagia tentang data sementara ini," ujar Bancel menanggapi uji Fase 1 dari tiga fase pengembangan vaksin.
Bancel menyebutkan, tes terpisah yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa vaksin ini mencegah virus dari replikasi di paru-paru mereka.
Pemerintah AS telah menginvestasikan hampir setengah miliar dolar dalam pengembangan kandidat vaksin Moderna.
Uji vaksin ini juga sedang dikembangkan dalam kemitraan dengan Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional yang dipimpin oleh Anthony Fauci dan uji klinis dilakukan oleh National Institutes of Health.
Tiga kelompok yang terdiri dari 15 pasien berusia 18 hingga 55 tahun menerima tiga dosis vaksin yang berbeda dalam uji Fase 1, yang hasilnya belum diketahui.
Uji coba Fase 2, dengan 600 subjek, telah menerima lampu hijau dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS dan Moderna mengatakan mereka harus memulai pada kuartal ini.
Sementara dalam uji coba Fase 3, merupakan yang terbesar dan paling penting untuk memvalidasi kemanjuran vaksin, sudah harus dimulai pada bulan Juli.
"Tim Moderna terus fokus bergerak secepat mungkin untuk memulai studi penting Tahap 3 kami pada bulan Juli," kata Bancel.
Berdasarkan hasil parsial Fase 1, Moderna mengatakan mereka tidak akan lagi mempelajari dosis tertinggi karena dosis yang lebih rendah tampaknya memberikan efek.
"Semakin rendah dosisnya, semakin banyak orang yang kami harapkan dapat terlindungi," imbuh Presiden Moderna Stephen Hoge.
Sementara itu, Stephen Evans, seorang Profesor pharmaco-epidemiology di London School of Hygiene & Tropical Medicine mengatakan, ada sejumlah poin bagus yang menunjukkan optimisme bahwa vaksin ini dapat bekerja.
"Harus dicatat bahwa ini adalah studi Fase 1 yang memiliki tujuan menunjukkan vaksin yang mampu memicu respons antibodi dan kisaran dosisnya sesuai," kata Evans.
"Ini akan selesai sebelum tahap uji coba ketiga selesai, dan akan diketahui apakah vaksin benar-benar bisa mencegah penyakit COVID-19," katanya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan, dia ingin 300 juta dosis vaksin pada Januari 2021 untuk melindungi populasi AS dan pemerintahannya telah menyediakan dana untuk Moderna, Johnson & Johnson, dan Sanofi Prancis.
Pengembangan vaksin biasanya memakan waktu bertahun-tahun tetapi pandemi coronavirus, yang telah menyebabkan lebih dari 315.000 kematian, telah memberikan urgensi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pencarian.
Moderna mengatakan, perusahaannya akan segera memulai produksi vaksin bahkan sebelum selesainya semua uji klinis.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Dhita Koesno