Menuju konten utama

Usmar Ismail dan Tiga Dara, Film Terbaik yang Telah Direstorasi

Tiga Dara yang dianggap sebagai salah satu film terbaik Usmar Ismail telah direstorasi dan ditayangkan kembali di bioskop Indonesia

Usmar Ismail dan Tiga Dara, Film Terbaik yang Telah Direstorasi
tampilan cuplikan sebelum dan sesudah (kiri) hasil restorasi film tiga dara.karya usmar ismail. [foto/www.youtube]

tirto.id - Google Doodle hari ini, Selasa (20/3/2018) merayakan ulang tahun ke-97 Bapak Film Indonesia, Usmar Ismail.

Usmar Ismail adalah pendiri Perfini yang merupakan Studio Film Pertama di Indonesia pada awal tahun 1950an. Salah satu karya Usmar Ismail yang sering disebut-sebut adalah film Tiga Dara (1956) yang pada 11 Agustus 2016 kemarin versi restorasinya ditayangkan kembali di bioskop-bioskop Indonesia.

Tiga Dara seringkali dianggap sebagai salah satu film terbaik Usmar Ismail. Dalam laporan Tirto, Mengawetkan Kala dalam Restorasi Tiga Dara bahkan dijelaskan bahwa untuk ukuran masa itu, Tiga Dara memiliki standar estetika yang cukup tinggi dengan penggarapan yang tidak main-main.

Beberapa nama besar turut dilibatkan ke dalam film Tiga Dara (1956), seperti komponis kenamaan Ismail Marzuki yang menyumbangkan satu lagu tema, Max Tera (salah satu penata kamera terbaik Indonesia) sebagai kameramen, dan legenda dunia pertunjukan Indonesia, Bing Slamet, sebagai pengisi suara dan artis-artis kenamaan Chitra Dewi, Mieke Wijaya, and Indriati Iskak.

Film ini menceritakan kehidupan tiga saudara perempuan yaitu Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya) dan Neni (Indriati Iskak) yang hidup bersama nenek (Fifi Young) dan ayah mereka, Sukandar (Hassan Sanusi).

Untuk menghindari kerusakan, pemerintah Indonesia lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 2013 menggelar program digitalisasi 29 film klasik Indonesia, satu di antaranya adalah Tiga Dara.

Menurut sineas SA Film Yoki P Soufyan, saat konferensi pers Tiga Dara di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (3/8/2016), seluloid film tersebut sudah rusak parah karena jamur dan berada di EYE Museum, Belanda.

"Sudah setengahnya rusak, kami khawatir akan rusak semua maka kami meminta mengambil alih restorasi," ungkap Yoki.

Film penting Usmar Ismail ini direstorasi di studio L'immagine Ritrovata, Italia dan memakan waktu selama 17 bulan dengan dana sekitar Rp3 miliar. Setelah dibersihkan maka masuk ke roses restorasi digital yang ditangani PT Render Digital Indonesia. Film ini kembali tayang di bioskop Indonesia pada 11 Agustus 2016.

Restorasi film, secara teknis, telah menjadi kebutuhan tersendiri bagi Indonesia. Budi Irawanto, dosen Jurusan Komunikasi Universitas Gadjah Mada dan Direktur Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) kepada tirto.id. menjelaskan bahwa iklim tropis Indonesia turut mempunyai andil dalam menyumbang potensi kerusakan seluloid film.

“Indonesia terletak di Asia Tenggara yang iklimnya tropis. Karena itu, faktor humidity (kelembaban) berpotensi merusak film apabila cara penyimpanannya tidak tepat,” ujar Budi.

Baca juga artikel terkait GOOGLE DOODLE atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Film
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani