tirto.id - Kerusuhan Peru kembali pecah saat ribuan demonstran hendak melancarkan protes ke gedung utama pemerintahan, namun dihadang pihak keamanan, hingga berujung bentrokan dan penembakan gas air mata pada Kamis, 19 Januari 2023.
Dilansir AP News, polisi mengklaim, alasan menembakkan gas air mata untuk membubarkan ribuan peserta aksi yang memadati Kota Lima, Ibukota Peru, serta melakukan blokade jalan utama.
Situasi Peru semakin memanas pasca-kudeta terhadap Pedro Castillo dari kursi presiden di penghujung tahun 2022 sehingga memicu kekacauan politik yang dahsyat. Posisinya digantikan oleh Dina Bolartue.
Pedro Castillo yang berasal dari kalangan bawah di pedesaan Andes, dimakzulkan setelah gagal membubarkan Kongres kaum elite Peru.
Latar belakang kerusuhan Peru saat ini diduga dilakukan untuk melengserkan Presiden Dina Bolarue serta menuntut pembubaran Kongres dan pemilihan umum segera.
Situasi Terkini Kerusuhan di Peru
Berdasarkan pemberitaan media setempat, pasca-kudeta politik, situasi kerusuhan di Peru kian meningkat. Hampir setiap hari jalan kota Lima, Peru, dihiasi dengan teriakan dan bentrokan antara demonstran dan petugas keamanan.
Peserta demo kebanyakan hanya menggunakan batu sebagai senjata perlawanan, sedangkan petugas keamanan rezim Presiden Dina Bolartue kerap melepaskan tembakan gas air mata hingga membuat demonstran berlarian, tak sedikit ada yang terluka hingga meninggal akibat bentrokan itu.
Sementara di pusat kota Lima, ribuan polisi mengepung sebuah taman di Miraflores yang memisahkan pengunjuk rasa anti-pemerintah dan kelompok kecil demonstran yang mendukung ditegakkannya hukum yang adil.
Hingga Kamis, 19 Januari 2023, kerusuhan Peru menelan korban jiwa hingga mencapai angka yang besar, yakni 55 orang tewas dalam aksi bentrokan demonstran dan petugas keamanan Peru.
Aksi protes yang sudah berlangsung sejak bulan lalu menjadikannya sebagai kekerasan politik terburuk di Peru dalam dua dekade terakhir.
Selain itu, kekisruhan di Peru itu diduga kuat menjadi bukti adanya kesenjangan sosial antara kaum elite perkotaan di Lima dengan masyarakat daerah pedesaan yang tergolong kalangan bawah.
Meskipun demikian, para aktivis dan demonstran di Peru menyatakan bahwa aksi protes itu ditujukan bukan hanya mendesak Presiden Dina Bolartue mengundurkan diri dari kursi kepemimpinan, melainkan menuntut reformasi struktural yang lebih mendasar juga.
Para demonstran juga menegaskan tidak akan gentar meski dalam aksi protesnya kerap dihujani tembakan gas air mata dan barikade petugas keamanan.
"Ini tidak akan berakhir hari ini, tidak akan berakhir besok, tapi hanya setelah kita mencapai tujuan kita," ungkap seorang demonstran David Lozada, 61 tahun, dikutip AP News.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto