tirto.id - Pemerintah Peru mengumumkan situasi darurat di ibukota Lima, serta 3 wilayah lainnya, yakni Cusco, Callao, dan Puno. Sekitar 40 orang lebih dilaporkan telah meninggal di Peru imbas kerusuhan yang terjadi sejak Desember 2022.
Seperti diberitakan AFP News, Senin, 16 Januari 2023, pemerintah Peru telah menerbitkan dekrit situasi darurat yang berlaku selama 30 hari. Pihak militer juga diberi wewenang untuk mengatasi keadaan di negara tersebut.
Selama 1 bulan ke depan, militer dapat menurunkan kekuatannya sebagai upaya mendukung polisi dalam memulihkan ketertiban. Situasi darurat ini membuat hak-hak konstitusional warga menjadi ditangguhkan, seperti kebebasan bergerak dan berkumpul.
Apa sebenarnya masalah yang memicu konflik di Peru hingga mengakibatkan pemerintah mengeluarkan dekrit situasi darurat setelah 40 lebih warga tewas akibat kerusuhan?
Awal Mula Kerusuhan Peru
Kerusuhan Peru dipicu penggulingan eks Presiden Pedro Castillo pada Desember 2022. Ia dicopot dari jabatannya setelah mencoba membubarkan kongres demi menghindari aksi pemakzulan. Akhirnya, posisinya diganti Dina Boluarte, wakil presidennya sendiri.
Pada pendukung Castillo langsung melakukan gelombang aksi protes di sejumlah wilayah, terutama di Peru bagian selatan yang selama ini menjadi basis mantan presiden berhaluan kiri itu.
Mayoritas pendukung Castillo merupakan warga yang tinggal di daerah pedesaan miskin. Mereka turun ke jalan untuk menuntut adanya pemilu yang baru.
Seperti dikutip New York Times, Menteri Dalam Negeri Peru, Victor Rojas, mengatakan aksi protes di kota Juliaca pada Senin, (9/1), sebenarnya sempat berlangsung aman.
Akan tetapi, situasi berubah menjadi kekerasan setelah 9 ribu pengunjuk rasa mencoba menguasai bandara. Mereka bersenjatakan perlengkapan seadanya dan menyerang para petugas kepolisian. 17 orang disebutkan meninggal dunia.
"Sangat mustahil untuk bisa mengendalikan massa," kata Victor Rojas.
Tidak hanya di Juliaca, aksi unjuk rasa juga terjadi di Cusco pada Rabu, (11/1). Para pengunjuk rasa merangsek ke dalam Bandara Internasional Alejandro Velasco Astete. Selama ini, bandara tersebut merupakan pintu masuk menuju tempat wisata terkenal, Machu Picchu.
Dalam laporan Al-Jazeera, 37 warga dan seorang polisi mengalami cedera akibat bentrok. Petugas setempat menyebutkan 1 orang akhirnya meninggal terkena tembakan.
Menurut badan ombudsman setempat, setidaknya 47 orang kini sudah tewas semenjak penggulingan terhadap mantan Presiden Pedro Castillo.
Sebagian besar dari mereka merupakan warga sipil. 39 orang dan 1 polisi meninggal dunia saat terjadi insiden di lapangan. Sedangkan 7 lainnya tewas akibat kecelakaan lalu lintas sebagai imbas blokade warga.
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto