tirto.id - Gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023 pukul 04.17 waktu setempat telah menewaskan 4.000 jiwa. Gempa ini juga menyebabkan ribuan orang di dua negara tersebut luka-luka, serta menghancurkan ribuan bangunan.
AP News melaporkan, di Turki, Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat menyebut korban tewas mencapai 2.921 jiwa dan hampir 16.000 jiwa terluka. Selain itu, gempa juga menghancurkan lebih dari 5.600 bangunan.
Sedangkan di Suriah, menurut data dari Kementerian Kesehatan negara itu, setidaknya 656 orang tewas dan 1.400 jiwa terluka. Sementara, di Suriah barat laut yang saat ini dikuasi oleh pemberontak, setidaknya 450 jiwa tewas dan ratusan lainnya terluka.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, 224 bangunan di barat laut Suriah hancur dan setidaknya 325 bangunan mengalami kerusakan.
Masih diberitakan AP News, menurut survei Geologi Amerika Serikat, gempa dahsyat ini terjadi pada kedalaman 11 mil (18 kilometer) dan berpusat di Turki selatan, dekat perbatasan utara Suriah.
Alex Hatem, seorang ahli geologi penelitian USGS menjelaskan, setelah guncangan gempa pertama, gempa susulan juga mengguncang Turki dan Suriah.
Dalam kurun waktu 11 jam pertama, wilayah tersebut telah merasakan 13 gempa susulan yang signifikan dengan kekuatan minimal 5 SR.
Gempa kuat lainnya berkekuatan 7,5 SR melanda Turki sembilan jam setelah guncangan utama. Meskipun para ilmuwan sedang mempelajari apakah itu gempa susulan, mereka sepakat bahwa kedua gempa tersebut saling berkaitan.
"Gempa susulan yang lebih banyak diperkirakan terjadi, mengingat besarnya guncangan utama," kata Hatem.
"Kami memperkirakan gempa susulan akan berlanjut dalam beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang," ujarnya.
Upaya Tim Penyelamat di Turki dan Suriah
Tim penyelamat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengevakuasi korban yang terjebak di bawah puing-puing bangunan. Namun, temperatur yang sangat dingin menghambat proses evakuasi.
Mengingat proses penyelamatan masih terus berlangsung, kemungkinan besar korban masih akan terus bertambah.
Melansir Reuters, Presiden Turki Tayyip Erdogan, menyebut gempa sebagai bencana bersejarah dan gempa terburuk yang melanda negara itu sejak 1939, dia juga mengatakan bahwa pihak berwenang melakukan semua yang mereka bisa.
"Semua orang mengerahkan hati dan jiwa mereka ke dalam upaya meskipun musim dingin, cuaca dingin dan gempa yang terjadi pada malam hari membuat segalanya menjadi lebih sulit," kata Erdogan.
Di lain pihak, Suriah saat ini sangat bergantung dengan bantuan kemanusiaan internasional. Terlebih, wilayah itu tak hanya tengah menghadapi gempa dahsyat, namun juga wabah kolera dan cuaca ekstrem.
"Masyarakat Suriah secara bersamaan dilanda wabah kolera yang sedang berlangsung dan peristiwa musim dingin yang keras termasuk hujan lebat dan salju selama akhir pekan," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di New York.
Sementara itu, di Suriah bagian barat daya yang dikuasi pemberontak, tim penyelamat bernama Syria White Helmets, saat ini sedang berusaha menyelamatkan nyawa korban yang tertimbun reruntuhan.
"berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang berada di bawah reruntuhan," kata Raed al-Saleh dari Syria White Helmets.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto