tirto.id - Para peneliti di Afrika Selatan telah menemukan mutasi virus corona yang berpotensi berbahaya pada seorang wanita berusia 36 tahun dengan HIV lanjut.
Dikutip dari India Today, wanita itu membawa virus Covid-19 selama 216 hari dan selama periode ini, virus tersebut mengumpulkan lebih dari 30 mutasi.
Laporan kasus diterbitkan sebagai pracetak di jurnal medis medRxiv pada hari Kamis (3/6/2021).
Menurut laporan tersebut, wanita itu didiagnosis dengan HIV pada tahun 2006 dan sistem kekebalannya telah melemah secara konsisten dari waktu ke waktu.
Setelah dia tertular Covid-19 pada September 2020, virus tersebut mengakumulasi 13 mutasi pada protein lonjakan dan 19 pergeseran genetik lainnya yang dapat mengubah perilaku virus.
Beberapa mutasi ini telah terlihat pada varian yang menjadi perhatian, seperti mutasi E484K, yang merupakan bagian dari varian Alpha B.1.1.7 (pertama kali terlihat di Inggris), dan mutasi N510Y, yang merupakan bagian dari varian Beta B. 1,351, (pertama kali terlihat di Afrika Selatan).
Menurut para peneliti, tidak jelas apakah wanita tersebut meneruskan mutasi ini kepada orang lain.
Namun, para peneliti mengatakan itu mungkin bukan kebetulan bahwa sebagian besar varian baru telah muncul dari daerah seperti KwaZulu Natal di Afrika Selatan, di mana lebih dari 1 dari 4 orang dewasa merupakan penderita HIV positif.
Meskipun ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi HIV lebih rentan tertular Covid-19 dan mengembangkan konsekuensi medis yang parah, para peneliti mengatakan jika lebih banyak kasus seperti itu ditemukan, pasien dengan HIV lanjut dapat "menjadi pabrik varian untuk seluruh dunia".
Tulio de Oliveira, ahli genetika di University of KwaZulu-Natal di Durban dan penulis studi tersebut mengatakan, pasien yang mengalami imunosupresi dapat membawa virus Covid-19 lebih lama daripada yang lain.
Dalam kasus wanita itu, de Oliveira mengatakan dia hanya menunjukkan gejala ringan Covid-19 selama gejala awalnya, meskipun dia masih membawa virus corona.
Lebih lanjut. de Oliveira menyerukan untuk memperluas pengujian dan pengobatan bagi mereka dengan HIV yang tidak terdeteksi.
“Karena ini akan mengurangi kematian akibat HIV, mengurangi penularan HIV, dan juga mengurangi kemungkinan menghasilkan varian Covid baru yang dapat menyebabkan gelombang infeksi lain,” kata de Oliveira seperti dilansir laman LA Times.
Jika penelitian lebih lanjut menunjukkan hubungan yang kuat antara mutasi dan penyebaran virus Covid-19 pada pasien HIV, maka itu akan menjadi penyebab kekhawatiran bagi India, yang memiliki hampir 1 juta orang dengan infeksi HIV yang tidak diobati.
Editor: Agung DH