tirto.id - Varian Covid-19 terbaru adalah varian Omicron yang memicu ledakan infeksi Covid-19 lagi setelah sebelumnya sempat melandai. Beberapa waktu lalu, sempat muncul varian Delta yang amat berbahaya. Lantas, apa perbedaan antara virus Omicron dan Delta, serta apa saja gejala-gejala keduanya?
Sejak pertama kali muncul, virus corona atau SARS-CoV-2 terus berkembang dan menyebar secara global hingga muncul berbagai varian baru yang diidentifikasi di banyak negara.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa untuk mengidentifikasi varian Covid-19, para ilmuwan memetakan materi genetik virus (dikenal sebagai sequencing) dan mencari perbedaan-perbedaannya.
Hingga kini, virus SARS-CoV-2 memiliki berbagai varian, di antaranya adalah varian Omicron dan Delta. Apa perbedaan antara keduanya?
Perbedaan Varian Omicron dan Delta
Dilansir Healthline, berikut adalah ciri-ciri yang membedakan masing-masing varian Omicron dan Delta, ditinjau dari aspek gejala, tingkat keparahan, dan penularan virus.
1. Gejala
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa varian Omicron atau Delta masih merupakan virus SARS-CoV-2 yang sama.
Artinya, meski pada masing-masing varian terdapat satu atau lebih gejala yang menonjol, umumnya gejala pada semua varian Covid-19 tampak serupa.
Di samping itu, penelitian ZOE COVID yang dipimpin oleh Tim Spector, ahli epidemiologi genetik di King's College London menemukan perbedaan gejala antara varian Omicron dan Delta.
Data studi ini didasarkan atas pengalaman para penderita Covid-19 yang melaporkan gejala penyakit mereka melalui sebuah aplikasi khusus.
Adapun lima gejala teratas yang terkait dengan kasus Omicron meliputi:
- Pilek
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Bersin-bersin
- Sakit tenggorokan
Sementara itu, gejala yang menonjol pada kasus Delta meliputi:
- Pilek
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
Berbeda dari varian Covid-19 lainnya, penderita Omicron atau Delta jarang melaporkan kehilangan indera penciuman mereka.
Tingkat Keparahan Omicron dan Delta
CDC juga melaporkan perbandingan keparahan antara varian Omicron dan Delta. Berdasarkan data sistem perawatan kesehatan Kaiser Permanente Southern California, CDC menemukan bahwa tingkat keparahan Omicron lebih rendah daripada Delta.
Dari 69.279 pasien—52.297 dengan varian Omicron, dan 16.982 dengan varian Delta—antara 30 November 2021 hingga 1 Januari 2022, ditemukan bahwa kasus Omicron menghasilkan 53% lebih sedikit risiko rawat inap, 74% lebih sedikit risiko masuk ICU, dan 91% lebih sedikit risiko kematian.
Studi ini juga menemukan bahwa tidak ada pasien Omicron yang membutuhkan ventilasi mekanis.
Penyebab tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah bukan disebabkan karakteristik virus itu sendiri, melainkan karena peningkatan populasi yang telah divaksinasi.
Menurut data terbaru dari pelacak vaksin COVID The New York Times, 61,3% dari populasi global telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Sejak awal pandemi, total 318,108,614 orang yang terpapar telah sembuh dari Covid-19, sebagaimana dikutip dari Worldometers (Selasa, 8/2/2022).
Berkaitan dengan itu, Joel Chua, kepala penyakit menular bedah di University of Maryland Medical Center dan asisten profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland menjelaskan bahwa “populasi yang telah terpapar Covid-19 sebelumnya, melalui vaksinasi atau infeksi, memiliki beberapa kemiripan kekebalan [imunitas] yang dapat melindungi dari penyakit parah.”
Penularan Virus Omicron dan Delta
Berdasarkan tingkat transmisi atau penularan virusnya, studi di Denmark menemukan bahwa varian Omicron menyebar lebih cepat daripada Delta.
Studi tersebut melihat penyebaran Omicron dan Delta dalam rumah tangga yang sama dan menemukan bahwa Omicron sekitar 2,7 - 3,7 kali lebih menular daripada Delta pada orang yang divaksinasi dan menerima booster.
Namun, pada orang yang tidak divaksinasi, tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat infeksi.
Dengan demikian, peningkatan penularan Omicron disebabkan oleh kemampuan varian dalam menghindari antibodi atau kekebalan yang dipicu oleh vaksin, sebagaimana dipaparkan Carlos del Rio, seorang ahli epidemiologi dan spesialis penyakit menular dari Universitas Emory di Atlanta.
Faktor lain yang mendukung Omicron lebih cepat menyebar dibanding Delta adalah masa inkubasinya.
Masa inkubasi Omicron adalah tiga hari, lebih pendek sehari dari masa inkubasi Delta, yakni empat hari.
Artinya, orang yang terpapar Omicron memiliki lebih sedikit waktu untuk mengambil tindakan pencegahan.
Selain itu, Omicron memiliki kemampuan untuk tetap berada di saluran pernapasan bagian atas dan berkembang lebih cepat di sana.
Penelitian oleh Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong menemukan bahwa Omicron menginfeksi dan berkembang biak 70 kali lebih cepat di bronkus (saluran udara yang menghubungkan trakea ke paru-paru) daripada Delta dan varian SARS-CoV-2 lainnya, yang lebih berpotensi untuk mempengaruhi kondisi paru-paru.
Meski memiliki perbedaan sedemikian rupa, tindakan pencegahan Omicron dan Delta tetap sama, yakni dengan vaksinasi, mengenakan masker, menjaga jarak, serta menjauhi kerumunan.
Penulis: Syaima Sabine Fasawwa
Editor: Abdul Hadi