Menuju konten utama
Pandemi Covid-19

Epidemiolog Ramal Gelombang Pandemi Bakal Panjang, Ini Alasannya

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menuturkan munculnya BA.2.75 berpotensi memperpanjang durasi gelombang pandemi COVID-19 di tanah air.

Epidemiolog Ramal Gelombang Pandemi Bakal Panjang, Ini Alasannya
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) menyemprotkan disinfektan di SMPN 43 Jakarta, Kamis (20/1/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.

tirto.id - Subvarian Omicron BA.2.75 sudah masuk ke Indonesia dan terdapat 3 orang terdeteksi terinfeksi. Terkait hal itu, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menuturkan munculnya subvarian tersebut berpotensi memperpanjang durasi gelombang pandemi COVID-19 di tanah air.

Dia memprediksi masa krisis Indonesia terhadap COVID-19 hingga Oktober 2022 mendatang. Hal itu terlihat dengan munculnya berbagai subvarian omicron yang ada.

"Saat ini kita masuk gelombang empat dengan faktor yang dominan di [subvarian Omicron] BA.5 misalnya. Nah dengan kehadiran BA.2.75 ini, bisa berpotensi memperpanjang durasi dari gelombang itu," katanya dalam video diterima Tirto ditulis Minggu (14/8/2022).

"BA.2.75 ini memiliki kemampuan penularan, kecepatan transmisi yang jauh lebih tinggi dari BA.5. Saat ini sudah terdeteksi di beberapa puluh negara ya, jadi bukan hanya satu-dua negara, dalam tempo relatif singkat sudah ada di beberapa puluh negara dan termasuk di Indonesia,” tambahnya.

Lebih lanjut, dia menuturkan BA.2.75 perlu diwaspadai. Karena dia menilai orang yang sudah divaksinasi dosis ketiga pun masih bisa terinfeksi virus tersebut.

"Dan orang yang sudah tiga dosis sekalipun, masih bisa terinfeksi oleh BA.2.75 dan akhirnya menyebar, walaupun banyaknya mayoritas tidak bergejala," ungkapnya.

Sementara itu, Dicky menuturkan menurut data yang terdeteksi di beberapa negara, paparan virus tersebut tidak terjadi gejala parah. Tetapi akibat paparan virus berdampak buruk untuk para kelompok rawan di masyarakat seperti lanjut usia (lansia) khususnya usia di atas 65 tahun dengan komorbid. Karena itu, dia kembali mengimbau agar tetap melakukan 3T yaitu tes COVID-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien (treatment).

"Nah inilah yang harus diwaspadai, karena pada gilirannya, pertama, orang yang berkali-kali terinfeksi itu akan berpotensi selain merusak organ, mengalami juga long COVID-19," bebernya.

Kemudian masyarakat juga diimbau untuk melakukan 5M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Tidak lupa untuk melakukan vaksinasi COVID-19.

"Menjadi sangat penting khususnya dosis tiga bahkan dosis keempat untuk kelompok rawan yang sudah menerima dosis ketiganya empat bulan yang lalu," pungkasnya.

“Jadi, apapun variannya, responnya adalah 3T, 5M, vaksinasi, dan disiplin, konsisten. Itu yang harus kita lakukan sepanjang pandemi ini memang belum berakhir,” imbuhnya.

Baca juga artikel terkait PANDEMI CORONA atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Intan Umbari Prihatin