tirto.id - Sisi barat Jalan Panglima Besar Sudirman di Pusat Kota Denpasar, Bali disulap menjadi lokasi festival meriah pada Jumat (18/10/2024). Tepat di tengah Jalan Panglima Besar Sudirman, berdirilah sebuah panggung megah dengan deretan puluhan stan di bahu jalan. Ribuan pengunjung dari berbagai kalangan dan usia datang memadati helat yang diberi nama Sudirman Festival.
Semarak Sudirman Festival digelar oleh oleh Komunitas Anak Serdadoe Inovatif dan Kreatif (ASIK). Usut punya usut, komunitas tersebut terdiri atas anak-anak perwira dan bintara, baik pensiun maupun belum, yang telah mengabdikan diri untuk Indonesia. Tahun ini adalah kali pertama mereka mengadakan acara Sudirman Festival yang seluruhnya didedikasikan untuk memperingati Hari Ulang Tahun TNI ke-79 dan Sumpah Pemuda.
“Sudirman Festival 2024 ini merupakan cermin dari menghormati jasa-jasa pahlawan Jenderal Besar Sudirman dan khususnya yang di Bali ini menghormati Pahlawan Brigjen TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai,” ungkap Komandan Resor Militer (Danrem) 163/Wirasatya, Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra saat ditemui wartawan, Jumat (18/10/2024).
Acara perdana ini digelar selama tiga hari, mulai tanggal 18 hingga 20 Oktober 2024. Sepanjang periode tersebut, berbagai kegiatan dikemas untuk menghibur pengunjung. Sejumlah penyanyi, band lokal, atraksi, dan perlombaan hadir untuk dinikmati masyarakat. Rekor MURI untuk kategori Parade Kostum Pahlawan Terbanyak pun ditorehkan pada seremoni pembuka, usai 1.000 orang remaja berpakaian selayaknya pejuang hadir satu per satu di atas panggung.
“Sudirman Festival yang pertama ini harapannya menjadi tolak ukur untuk persatuan bangsa melalui Bali yang kental dengan kearifan lokal, kental dengan kebersamaan, dan budaya,” sambung Danrem Dewa Agung.
Dukung UMKM Lokal untuk Berkembang
Stan yang memadati bahu jalan menjadi destinasi utama para pengunjung Sudirman Festival dari kalangan masyarakat awam. Pilihannya pun bermacam-macam, mulai dari jajanan pasar, minuman, aksesoris, suvenir, dan kerajinan tangan. Menariknya, seluruh stan diisi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari Kota Denpasar.
Salah satu stan yang berpartisipasi miliki rak display yang terbuat dari bambu. Pada display tersebut, berjajar tas beraneka warna dan motif yang dilukis apik dengan tangan. Pemilik tempat tersebut bernama Dwi Ismawati yang telah menekuni usaha hand-painted craft (lukisan tangan) ini semenjak 9 tahun yang lalu.
“Sudah berjalan sekitar dalam 9 tahun. Dulu kami di Yogyakarta, terus pindah ke Bali. Alhamdulillah bertambah (dari segi peminat). Untuk bidang suvenir, banyak peminatnya,” ungkap Dwi pada kontributor Tirto saat ditemui di Sudirman Festival, Jumat (18/10/2024).
Wanita kelahiran Pulau Jawa ini turut menyebutkan bahwa craft yang dibuat olehnya sudah diminati berbagai kalangan, termasuk tentara, polisi, dan kejaksaan. Produk yang Dwi tawarkan bervariasi antara tas, dompet, pouch, clutch, masker, mukena dan blus dengan motif lukis di atas kulit sapi (leather), kanvas, atau jeans.
“Kami produksi hand painting orisinal, dari baju, tas, dompet, apa saja yang bisa dilukis. Dominan dari kulit, kanvas, jeans, juga tekstil. Bisa dari kain katun, tenun, dan endek (kain khas Bali),” sebutnya sambil tersenyum.
Dwi menambahkan, produk yang dia jual dibuat sepenuhnya dengan tangan, mulai dari proses melukis hingga penjahitannya. Rumah produksinya terletak tidak jauh dari lokasi festival, hanya beberapa blok di dalam Kompleks Asrama Militer TNI Angkatan Darat Kodam Udayana. Di sana pun, pihaknya memiliki showroom untuk memajang dan menjual karya-karya tangan yang telah selesai dibuat.
Sayangnya, penghasilan dari hasil berjualan karya lukis ini tidak menentu. Meskipun bisa meraih omzet jutaan pada suatu waktu, tetapi terkadang kurang di situasi lainnya. “Apalagi untuk suvenir seperti ini memang harus telaten. Kita harus berpikir bagaimana cara meningkatkan produktivitas kita agar bisa bertahan, bisa maju,” bebernya.
Pemilik Ayunani Bali ini mengungkap bahwa diundangnya UMKM ke dalam festival-festival yang ada di Bali sangat menguntungkan. Tidak hanya meningkatkan pendapatan usaha mikro yang ada di Bali, tetapi juga turut menambah eksposur di mata masyarakat. Menurutnya pula, masih banyak pihak yang belum mengetahui tentang hand-painted craft.
“Masyarakat yang tidak begitu mengetahui bahwa lukis bisa kita aplikasikan di dompet, tas, dan baju, akhirnya tahu. Kebanyakan tahunya di dinding,” ucap Dwi.
Dwi mengungkap, Pemerintah Kota Denpasar memang sudah berupaya cukup maksimal untuk merangkul UMKM yang ada di wilayahnya. Namun, dengan terselenggaranya Festival Sudirman ini, Dwi berharap UMKM di Bali bisa meraup lebih banyak atensi sehingga masyarakat lebih tahu tentang karya-karya dari usaha kecil.
“Mereka (Pemerintah Kota Denpasar) perhatian. Sebenarnya, upaya mereka luar biasa untuk memajukan UMKM dari yang kecil seperti saya. Namun, karena situasi sekarang, banyak orang yang membuat usaha. Jadinya kadang yang kecil seperti ini, mereka tidak tahu,” tutur Dwi.
Diketahui, sekitar seratus UMKM dari berbagai sektor menyemarakkan Sudirman Festival selama tiga hari ke depan. Ketua Panitia Sudirman Festival, Tonny Kushartanto, berkata bahwa kegiatan ini mampu menjadi peluang pelaku UMKM, baik dari Kota Denpasar maupun luar Denpasar, untuk bangkit dan berkembang.
“Ini juga bentuk sinergitas TNI dan rakyat,” kata Tonny.
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Andrian Pratama Taher