Menuju konten utama

Uni Eropa Batasi Sawit, Pemerintah Jangan Paksakan Ekspor Biofuel

Terkait pembatasan sawit di Uni Eropa, INDEF menilai pemerintah tak perlu memaksakan untuk mengekspor biofuel.

Uni Eropa Batasi Sawit, Pemerintah Jangan Paksakan Ekspor Biofuel
Buruh kerja memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (13/7/2018). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi.

tirto.id - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Berly Martawardaya mengatakan pemerintah tak perlu gegabah menyikapi pembatasan sawit Uni Eropa.

Menurut Berly, kendati RED II nantinya melarang sawit sebagai bahan baku biofuel, ia menilai CPO Indonesia seharusnya tetap dapat diterima sebagai minyak nabati untuk industri selain bahan bakar. Seperti makanan dan minuman atau produk rumah tangga.

"Pemerintah gak perlu terlalu overreacted. Ekspor kita ke sana kan gak hanya biofuel tapi ada juga untuk industri seperti Unilever," ucap Berly saat dihubungi reporter Tirto pada Rabu (20/3/2019).

"Dampaknya ke ekspor Uni Eropa seharusnya gak terlalu parah," tambah Berly.

Berly mengatakan saat ini kebijakan Uni Eropa membatasi sawit sebagai bahan baku biofuel juga tak perlu dipersoalkan. Sebab tren teknologi bahan bakar kini mengarah pada penggunaan baterai dan listrik.

"Dalam 5 tahun lagi tren ke mobil listrik pasar biofuel memang dying out saja," ucap Berly.

Kalau pun pemerintah masih ingin menggenjot biofuel, Berly menyarankan pemerintah mencari pasar alternatif selain Eropa. Seperti negara-negara Afrika dan India yang masih cukup bergantung pada ekspor sawit Indonesia.

"Gak harus lagi ke biggest market. Sekarang bisa diversifikasi pasar," ucap Berly.

Peringatan tentang pasar biofuel ini pernah diutarakan oleh Anggota Dewan Pakar Kadin Indonesia, Bayu Krisnamurthi.

Ia menilai masa depan biofuel untuk penggunaan bahan bakar nabati (BBN) kurang cemerlang. Pasalnya, perusahaan-perusahaan otomotif saat ini belum banyak yang tertarik mengembangkan kendaraan berbasis BBN, tetapi condong pada energi listrik.

"10-15 tahun mendatang mobil nggak akan mengarah ke biofuel," ucap Bayu dalam diskusi di Gedung Kadin pada Senin (11/3/2019).

Sebaliknya, ia menyarankan agar pemerintah dan pelaku usaha dapat mempertimbangkan pasar sawit untuk produksi plastik. Menurutnya, minyak nabati nantinya dapat menggantikan bahan baku plastik yang masih bergantung pada bijih plastik konvensional yang dinilai kurang ramah lingkungan

"Kita perlu outlet pasar yang gede. 10-15 tahun bukan biofuel lagi tapi plastik," ucap Bayu.

Baca juga artikel terkait SAWIT atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri