Menuju konten utama

Ubah Nama, Alumni 212 Singgung Komunisme dan Nawacita Jokowi

Presidium Alumni 212 berganti nama menjadi Persaudaraan Alumni 212. Mereka bantah keputusan ini terkait polemik Al Khaththat.

Ubah Nama, Alumni 212 Singgung Komunisme dan Nawacita Jokowi
Mantan Ketua MPR yang juga Ketua Penasehat Presidium Alumni 212 Amien Rais berbicara dalam Kongres Nasional Alumni 212 di Wisma PHI, Cempaka Putih, Jakarta , Kamis (30/11/2017). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Presidium Alumni 212 mengubah nama menjadi Persaudaraan Alumni 212. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil musyawarah nasional tokoh dan aktivis 212 ke I di Cisarua, Bogor, Sabtu (27/1). "Pertimbangan agar lebih egaliter, terbuka, dan demokratis," kata Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif kepada Tirto.

Slamet mengatakan pengubahan nama tidak terkait polemik pernyataan politis Sekjen Forum Umat Islam Al Khaththath beberapa waktu lalu tentang gagalnya Lanyala Mataliti menjadi calon gubernur Jawa Timur dari Gerindra. "Enggak ada kaitannya," ujar Slamet.

Selain mengubah nama, Slamet menyatakan munas juga membahas tentang persoalan yang dihadapi umat Islam. Menurutnya persoalan umat Islam dapat dibagi menjadi dua: internal dan eksternal. Faktor internal terkait friksi dan perpecahan di kalangan umat. Menurutnya umat Islam perlu menguatkan rasa persaudaraan melalui masjid. "Menjadikan seluruh masjid sebagai pusat-pusat ukhuwah Islamiyah dan arena pembangunan jiwa tauhid," katanya.

Dalam konteks itu umat Islam diminta memperhatikan tiga poin penting di tahun politik ini. Pertama, tidak menjual dan menggandaikan agama untuk hal duniawi. Kedua, umat Islam Indonesia mesti sadar dengan ancaman kelompok Islamophobia. Ketiga, umat Islam Indonesia harus menghentikan pertikaian di berbagai bidang.

Sedangkah faktor eksternal Slamet menyatakan kelompok Islamophobia semakin berani menunjukkan diri karena mendapatkan dukungan pihak asing. Selain itu munas juga menilai rezim penguasa saat ini terlalu memberi ruang bagi kebangkitan komunisme dan PKI. Menurutnya rakyat diberi propaganda menyesatkan seolah-olah komunisme sudah tidak ada lagi. "Padahal tiga negara Asia yaitu Republik Rakyat Cina, Vietnam, dan Korea Utara dikendalikan sepenuhkan oleh Partai Komunis," katanya.

Munas meminta agar rezim penguasa memberi perhatian serius atas persoalan komunisme dan tidak mempelopori sekularisme. "Dengan mengenyahkan nilai-nilai agama dari politik dan pemerintahan," ujarnya.

Tak cuma itu, jargon Trisakti dan dan janji politik Nawacita saat Jokowi ingin mencalonkan diri sebagai presiden juga disinggung. Munas menilai peerintah Jokowi gagal mewujudkan janji nawacita dan trisakti. Mereka meminta agar rezim penguasa tidak mengeluarkan janji mulu di sisa akhir pemerintahan.

Slamet mengatakan munas meminta pemerintah berhenti melakukan pinjaman hutang luar negeri. Munas menyerukan agar umat Islam merintis pembangunan ekonomi umat. Seperti membuat toko ritel, gerai, warung. Di sisi lain umat Islam juga diminta berbelanja di toko-toko milik Muslim.

Baca juga artikel terkait PRESIDIUM ALUMNI 212 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Jay Akbar