Menuju konten utama

Ketua Presidium Alumni 212 Bantah Klaim Khaththath Soal La Nyalla

Slamet menyebut pernyataan Al-Khaththath tidak mewakili sikap Presidium Alumni 212.

Ketua Presidium Alumni 212 Bantah Klaim Khaththath Soal La Nyalla
Ratusan orang yang dikoordinir komunitas bernama Presidium Alumni 212 melakukan aksi di depan Kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat, (19/5). Mereka membentangkan spanduk dan membuat petisi dengan menampung tanda tangan warga yang ingin membela Rizieq Shihab dan Al Khaththath. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Ketua Presidium Alumni 212 Slamet Ma'arif mengakui pihaknya pernah menggelar pertemuan dengan tiga partai politik yang terdiri dari Gerindra, PAN, dan PKS untuk membahas Pilkada 2018. Namun, Slamet membantah jika dalam pertemuan itu pihaknya secara aktif merekomendasikan nama calon kepala daerah “Kami tidak pernah menunjuk atau merekomendasikan nama siapa pun,” katanya saat dihubungi Tirto, Jumat (12/1).

Slamet mengklaim Presidium Alumni 212 hanya meminta agar tiga partai tersebut menjaga spirit gerakan 212 dengan mencalonkan pemimpin muslim di Pilkada 2018. Kalapun kemudian ada alumni 212 yang merekomendasikan nama calon kepala daerah ke tiga partai tersebut, Slamet menilainya sebagai sikap pribadi.

Salah satu alumni itu misalnya Sekretaris Jendral Forum Umat Islam Al-Khaththath yang mendukung pencalonan La Nyalla Mataliti sebagai calon gubernur Jawa Timur dari Partai Gerindra. Menurut Al-Kaththath, La Nyalla merupakan satu dari lima nama calon gubernur yang direkomendasikan alumni untuk Pilkada 2018. “Itu kan (pernyataan Al-Khaththath) atas nama pribadi alumni 212. Kami hargai pendapat alumni. Presidium tidak mempermasalahkan itu,” ujar Maarif.

Siap Meninggalkan

Slamet mengatakan selama ini Gerindra, PKS, dan PAN merupakan partai di DPR yang aktif menolak penodaan agama dan Perppu Ormas. Dalam konteks itu ia menilai wajar keinginan Presidium Alumni 212 agar ketiga partai berkoalisi merekomendasikan calon pemimpin muslim di Pilkada 2018. Kalaupun dalam Pilkada 2018 partai-partai itu tidak menjalankan rekomendasi presidium maka Slamet memastikan pihaknya tidak akan mendukung proses pemenangan. “Kalau masih menjaga spirit [212] ya kami dukung. Kalau tidak (mengabaikan) ya kami tinggal,” ujarnya.

Rekomendasi Presidium Alumni 212, menurut Slamet tidak saja menyangkut keharusan mencalonkan pemimpin muslim, tapi juga melarang ketiga partai tersebut berkoalisi dengan partai-partai yang dianggap mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta 2017. Karena dukungan kepada Basuki mereka anggap sama dengan mendukung penoda agama. “Adapun partai itu (Gerindra, PKS, PAN) mengkhianati dengan bercampur (berkoalisi) dengan partai penoda agama ya kami tinggal, gak ada urusan,” katanya.

“Kami objektif saja. Karena perjuangan kami menegakkan [perintah] surah Al-Maidah. Bukan perjuangan untuk partai.”

Meski demikian, Slamet mengingatkan pengabaian ketiga partai terhadap rekomendasi Presidium Alumni 212 bisa disikapi secara bijaksana oleh para alumni yang tergabung dan tidak tergabung di presidium. Dia khawatir sikap reaktif justru akan memecah soliditas yang hingga saat ini relatif terjaga. “Jangan sampai merugikan perjuangan kita akhirnya menguntungkan rezim,” katanya.

Al-Khaththath Mengatasnamakan Presidium Alumni 212

Pernyataan Slamet bahwa Presidium Alumni 212 tidak merekomendasikan nama secara aktif ke tiga partai politik berbeda dengan apa yang disampaikan Al-Khaththath saat mendampingi La Nyalla Mattaliti dalam konferensi pers di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (11/1). Menurut Al-Khaththath La Nyalla merupakan satu dari lima tokoh yang direkomendasikan ulama dan Presidium Alumni 212 maju menjadi kepala daerah. Namun seluruh rekomendasi itu diabaikan. Padahal, menurut Al-Khaththath, La Nyalla dan empat nama lainnya merupakan para kader aksi bela Islam 212.

“Jadi dari 5 nama, salah satunya adalah Mas La Nyalla, itu ternyata tidak satupun yang diberikan rekomendasi,” katanya.

Al-Khaththath mengatakan Aksi 212 saat Pilkada Jakarta tidak digelar dengan cek kosong. Menurutnya aksi yang berhasil membawa pasangan Anies-Sandi menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta itu bertujuan menyebarkan perintah surah Al-Maidah ayat 51 di Pilkada 2018. “Padahal kami mendukung munculnya Gubernur Anies-Sandi itu adalah dengan semangat 212, semangat Al Maidah 51. Oleh karena itu, kita berharap hal itu terjadi di tempat-tempat yang lain,” ujarnya.

Keterlibatan aksi 212 dalam memenangkan Anies-Sandi di Pilkada Jakarta juga pernah disinggung oleh penasihat Presidium Alumni 212, Eggi Sudjana. Ia menyatakan tanpa bantuan para demonstran Anies-Sandi yang diusung oleh koalisi Gerindra dan PKS tidak akan menang melawan Ahok. Sebab menurutnya "mesin partai" PKS dan Gerindra tidak banyak membantu. "Yang bantu dia cuma umat, partai-partai enggak bisa," kata Eggi 5 November 2017 saat mengungkapkan kekecewaan atas ketidakhadiran Anies-Sandi di acara satu tahun aksi 411 yang menjadi embrio aksi 212.

Setelah Anies-Sandi menang, maka yang perlu dilakukan adalah terus mengingat jasa-jasa dan berhubungan baik dengan kelompok pendukungnya ini. "Jangan seperti kacang lupa kulitnya... Jangan belagu pokoknya," kata Eggi.

infografik mozaik 212

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018 atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Politik
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Jay Akbar