Menuju konten utama

Uang Kertas Rp1.000 Baru Bakal Gantikan Logam, Begini Tanggapan BI

BI merilis uang kertas baru tahun emisi 2022 pecahan Rp1.000. Uang kertas ini pun disebut-sebut akan menggantikan uang logam selama ini sudah beredar.

Uang Kertas Rp1.000 Baru Bakal Gantikan Logam, Begini Tanggapan BI
Petugas Bank Indonesia perwakilan Tasikmalaya menghitung uang logam untuk ditukarkan saat kampanye Gerakan Cinta Uang Logam Ku (Cilok) di halaman Kantor BI, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (22/3). Program Cilok diharapkan mampu menarik kembali uang logam yang selama ini tidak kembali ke Bank Indonesia, dan tahun 2016 BI perwakilan Tasikmalaya telah mengumpulkan hasil penukaran uang logam senilai Rp123 juta. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/ama/17

tirto.id - Bank Indonesia (BI) baru saja merilis uang kertas baru atau Rupiah Tahun Emisi 2022 pecahan Rp1.000. Kehadiran uang kertas ini pun disebut-sebut akan menggantikan uang logam selama ini sudah beredar.

Secara desain, pecahan uang kertas Rp1.000 baru memiliki warna hijau dengan gambar utama bagian depan pahlawan Tjut Meutia. Sedangkan tampak belakang menggambarkan tari Tifa, pemandangan alam Banda Neira, dan bunga Anggrek Larat. Secara ukuran, pecahan uang ini memiliki diameter 121 mm x 65 mm.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim mengatakan, untuk pecahan uang Rp1.000 BI memiliki spesifik yang cukup menarik. Di mana bank sentral mengambil kebijakan tetap mencetak pecahan Rp1.000 baik dalam bentuk logam dan kertas dengan jumlah yang berbeda sesuai perhitungan.

"Kenapa kami tetap melakukan itu karena sebagian masyarakat di wilayah tertentu masih membutuhkan pecahan uang logam, jadi masih banyak sehingga kami harus penuhi," kata dia dalam Taklimat Media, secara daring, Kamis (18/8/2022).

Dia mengatakan, berdasarkan prinsipnya Bank Indonesia akan menyediakan kebutuhan uang kartal dalam jumlah cukup, dalam kondisi yang layak edar, dan sesuai dedominasi atau pecahan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

"Tiga inilah yang kita penuhi sehingga uang Rp1.000 logam tadi perlu kita pertahankan walaupun jumlahnya berbeda. Intinya masih ada sebagian masyarakat memerlukan uang logam. Oleh karena itu kami penuhi," ujarnya.

Walaupun demikian, pihaknya tak menampik bahwa uang logam saat ini pencetakannya sedang menurun. Hal itu karena keberadaan uang logam sudah tergantikan fungsinya ke non tunai.

"Sebagai contoh dulu waktu di tol uang kecil itu masih tinggi dengan adanya non tunai jadi turun sekali," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait UANG PECAHAN BARU atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang